Senin, 28 Januari 2013

Pengetahuan Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Campak

Pengetahuan Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Campak
Salah satu kegiatan KIA adalah pelayanan imunisasi. Hal ini dilakukan karena imunisasi merupakan hal yang terpenting dalam usaha melindungi kesehatan anak. Imunisasi merupakan suatu cara yang efektif untuk memberikan kekebalan khusus terhadap seseorang yang sehat, dengan tujuan utama untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian karena berbagai penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.  Salah satunya adalah penyakit campak yang sering sekali menyerang anak dibawah usia lima tahun (Christopher A.P, S. Ked, Yayan A. Israr, S. Ked, FKUR, 2009).

Campak (Rubeola) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit.  Campak merupakan penyebab kematian bayi umur kurang 12 bulan dan anak usia 1-4 tahun. Diperkirakan 30.000 per tahun anak Indonesia meninggal akibat komplikasi campak.  Campak berpotensi menyebabkan kejadian luar biasa atau pandemik  (Dr. Suharjo,J.B, Sp.PD, dkk,  2010).

Untuk mewujudkan kesehatan dan menghindari penyakit yang disebabkan oleh virus campak maka haruslah adanya pemahaman atau pengetahuan para orang tua khususnya ibu yang tentunya lebih memiliki perhatian penuh terhadap buah hatinya mengenai pemberian imunisasi campak, maka dari itu penulis bermaksud untuk memberikan informasi mengenai penyakit campak dan imunisasi campak sebagai pencegahannya melalui buku ini yang berjudul “Pengetahuan Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Campak”.

Campak
 Berdasarkan laporan WHO tahun 2002, setiap tahun terjadi kematian sebanyak 2,5 juta anak dibawah lima tahun (balita), disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi.  Radang paru yang disebabkan oleh pneumokokus menduduki peringkat utama (716.000 kematian), diikuti penyakit campak (525.000 kematian), rotavirus (diare), Haemophilus influenzae tipe B, pertusis dan tetanus.  Dari jumlah semua kematian tersebut 76 % kematian balita terjadi di negara-negara berkembang, khususnya di Afrika dan Asia Tenggara (termasuk Indonesia) (Dr. Suharjo,J.B, Sp.PD, dkk,  2010).

Hingga kini penyakit campak dan polio masih menjadi ancaman kecacatan dan kematian bagi anak-anak Indonesia.

 Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus measles, disebarkan melalui droplet bersin atau batuk dari penderita, gejala awal penyakit adalah demam, bercak kemerahan, batuk, pilek, conjunctivitis (mata merah), selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher, kemudian menyebar ke tubuh, tangan serta kaki (Buku Informasi PP&PL, 2008).

Penyebab penyakit campak adalah virus campak atau morbili. Pada awalnya, gejala campak agak sulit dideteksi (Nakita.com).  Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh paramiksovirus, genus morbilli, virus campak dapat hidup dan berkembang biak pada selaput lendir tenggorokan, hidung, dan saluran pernafasan (Dr. Suharjo,J.B, Sp.PD,  2010).


Penularan penyakit campak berlangsung sangat cepat melalui perantara udara atau semburan ludah (droplet) yang terisap lewat hidung atau mulut. Penularan terjadi pada masa fase kedua hingga 1-2 hari setelah bercak merah timbul  (Dr. Suharjo,J.B, Sp.PD,  2010)

 Penampilan klinis campak dapat dibagi menjadi 3 tahap, sebagai berikut :
a).  Fase Pertama
               Fase pertama disebut masa inkubasi yang berlangsung sekitar 10-12 hari. 
              Pada fase ini, anak sudah mulai terkena infeksi tapi pada dirinya belum tampak gejala apa pun. Bercak-bercak merah yang merupakan ciri khas campak belum keluar (Dr. Suharjo,J.B, Sp.PD,  2010).
b). Fase Kedua
Pada fase kedua (fase prodormal) barulah timbul gejala yang mirip penyakit flu, seperti batuk, pilek, dan demam. Mata tampak kemerah-merahan dan berair. Bila melihat sesuatu, mata akan silau (photo phobia). Di sebelah dalam mulut  muncul bintik-bintik putih (bercak koplik) yang akan bertahan 3-4 hari. Terkadang anak juga mengalami diare. Satu-dua hari kemudian timbul demam tinggi yang turun naik, berkisar 38-40,5 derajat Celcius  (Dr. Suharjo,J.B, Sp.PD,  2010).
c). Fase Ketiga
Fase ketiga ditandai dengan keluarnya bercak merah seiring dengan demam tinggi yang terjadi. Namun, bercak tak langsung muncul di seluruh tubuh, melainkan bertahap dan merambat. Bermula dari belakang kuping, leher, dada, muka, tangan dan kaki. Warnanya pun khas; merah dengan ukuran yang tidak terlalu besar tapi juga tidak terlalu kecil (Dr. Suharjo,J.B, Sp.PD,  2010).

Bercak-bercak merah ini dalam bahasa kedokterannya disebut makulopapuler. Biasanya bercak memenuhi seluruh tubuh dalam waktu sekitar satu minggu. Namun, ini pun tergantung padadaya tahan tubuh masing-masing anak. Bila daya tahan tubuhnya baik maka bercak merahnya tak terlalu menyebar dan tak terlalu penuh. Umumnya jika bercak merahnya sudah keluar, demam akan turun dengan sendirinya. Bercak merah pun makin lama menjadi kehitaman dan bersisik (hiperpigmentasi), lalu rontok atau sembuh dengan sendirinya. Periode ini merupakan masa penyembuhan yang butuh waktu sampai 2 minggu (Nakita.com).
Biasanya, komplikasi sering terjadi pada anak-anak dibawah usia 5 tahun dan anak-anak dengan gizi buruk.  Komplikasi dapat terjadi berupa radang telinga tengah, radang paru (pneumonia) atau radang otak (ensefalitis).  Kematian pada penyakit campak bukan karena penyakit campaknya sendiri, melainkan karena komplikasinya (radang otak/paru) (Dr. Suharjo,J.B, Sp.PD,  2010).