Profil

Minggu, 21 Juni 2009

SUNGSANG

SUNGSANG

Latar Belakang

Letak sungsang terjadi dalam 3-4% dari persalinan yang ada. Terjadinya letak sungsang berkurang dengan bertambahnya umur kehamilan. Letak sungsang terjadi pada 25% dari persalinan yang terjadi sebelum umur kehamilan 28 minggu, terjadi pada 7% persalinan yang terjadi pada minggu ke 32 dan terjadi pada 1-3% persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm. Faktor-faktor lain yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang diantaranya adalah multiparitas, kehamilan kembar, hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa, panggul sempit, dan kadang-kadang letak sungsang disebabkan oleh kelainan uterus dan kelainan bentuk uterus, Sebagai contoh, 3,5 persen dari 136.256 persalinan tunggal dari tahun 1990 sampai 1999 di Parkland Hospital merupakan letak sungsang.
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala.

Letak sungsang atau letak lintang. Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala. Sayangnya, beberapa fetus tidak seperti itu. Sebagian dari mereka berada dalam posisi sungsang.
Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni: Presentasi bokong (frank breech) (50-70%). Pada presentasi bokong akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki terangkat ke atas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin. Dengan demikian pada pemeriksaan dalam hanya dapat diraba bokong.
Presentasi bokong kaki sempurna ( complete breech ) ( 5-10%). Pada presentasi bokong kaki sempurna disamping bokong dapat diraba kaki.
Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki ( incomplete or footling ) ( 10-30%). Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna hanya terdapat satu kaki di samping bokong, sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas. Pada presentasi kaki bagian paling rendah adalah satu atau dua kaki.
Angka kejadiannya adalah 3-4% dari seluruh kehamilan. Beberapa peneliti lain seperti Greenhill melaporkan kejadian persalinan presentasi bokong sebanyak 4-4,5%. Sedangkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang sendiri pada tahun 2003-2007 didapatkan persalinan presentasi bokong sebesar 8,63%.Angka morbiditas dan mortalitas perinatal pada presentasi bokong masih cukup tinggi. Angka kematian neonatal dini berkisar 9-25%, lebih tinggi dibandingkan pada presentasi kepala yang hanya 2,6%, atau tiga sampai lima kali dibandingkan janin presentasi kepala cukup bulan (Mbah Yat, 2009 Asuhan Kebidanan dengan Multigravida Letak Sungsang).
Dengan meningkatnya morbiditas dan mortalitas, baik pada ibu maupun bayi dengan kehamilan presentasi bokong, maka diupayakan beberapa usaha untuk menghindari terjadinya persalinan dengan bayi presentasi bokong, salah satu diantaranya adalah dengan cara knee-chest position.
Insidens presentasi bokong meningkat pada kehamilan ganda; 25% pada gemelli janin pertama, dan 50% pada janin kedua. Kehamilan muda juga berhubungan dengan meningkatnya kasus ini, 35% pada kehamilan kurang dari 28 minggu, 25% pada kehamilan 28-32 minggu, 20% pada kehamilan 32-34 minggu, 8% pada kehamilan 34-35 minggu, dan 2-3% setelah kehamilan 36 minggu (Mbah Yat, 2009, Asuhan Kebidanan dengan Multigravida Letak Sungsang).

1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan IV
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui masalah kehamilan dengan letak lintang dan sungsang.
2. Untuk mengetahui dan bisa mendeteksi kelainan letak janin.
3. Untuk bisa memberikan Asuhan Kebidanan pada kelainan letak.\

1.3 Manfaat Penulisan
1.3.1 Untuk pendidikan
Menambah wawasan bagi penulis dan mahasiswa akademi lainnya, khususnya dalam kelainan letak .
1.3.2 Untuk mahasiswi
Sebagai bahan bacaan dan sebagai acuan dalam pembuatan penelitian adik kelas selanjutnya.
1.3.3 Bagi Profesi
Diharapkan dapat memberikan masukan bagi bidan dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil khususnya konseling, serta bisa memberikan asuhan pada kasus kelainan letak.
1.3.4 Bagi Masyarakat
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan ibu hamil tentang kehamilan dengan kelainan letak.
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam pembuatan makalah ini adalah membahas kelainan letak pada janin yaitu letak lintang dan sungsang, pengambilan study kasus melalui data fiktif untuk kehamilan dan persalinan dengan letak sungsang dan lintang.


LETAK SUNGSANG

Definisi dan macam letak sungsang

Letak sungsang dimana janin yang memanjang (membujur) dalam rahim kepala di fundus (Mochtar, 1998, 1998 : 350)
Letak sungsang pada persalinan justru kepala yang merupakan bagian terbesar bayi akan lahir terakhir (Manuaba, 1998 : 360)
Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian yang terendah (presentasi bokong). Kejadiannya ± 3 %, pada kehamilan setelah 37 minggu, didapatkan 5-7% letak sungsang, pada kehamian trimester ke -2 (21-24 minggu) 33%, pada awal trimester ke-3 (29-32 minggu) 14%, letak sungsang dibagi sebagai berikut:
1. Letak bokong murni: presentasi bokong murni, dalam bahasa Inggris “frank breech”. Bokong saja yang menjadi bagian depan sedangkan kedua tungkai lurus ke atas.

2. Letak bokong kaki (presentasi bokong kaki)/“complete breech”. Disebut letak bokong kaki sempurna atau tidak sempurna jika disamping bokong teraba kedua kaki atau satu kaki saja.
3. Letak lutut (presentasi lutut)
4.Letak kaki (presentasi kaki)
Tergantung pada terabanya kedua kaki atau lutut atau hanya teraba satu kaki atau lutut disebut letak kaki atau lutut sempurna dan letak kaki atau lutut tidak sempurna. Dari letak-letak ini letak bokong murni paling sering dijumpai. Punggung biasanya terdapat di kiri depan. Frekuensi letak sungsang lebih tinggi pada kehamilan muda dibandingkan dengan kehamilan aterm dan lebih banyak pada multigravida daripada primigravida (Sulaeman, 1984).
Letak sungsang merupakan keadaan dimana bokong janin atau kaki berada di bagian bawah kavum uteri (rongga rahim) (haryoga, 2008).

Diagnosa

Diagnosis letak sungsang pada umumnya tidak sulit. Pada pemeriksaan luar, di bagian bawah uterus tidak dapat diraba bagian yang keras dan bulat, yakni kepala, dan kepala teraba di fundus uteri. Kadang-kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakan semudah kepala. Seringkali wanita tersebut menyatakan bahwa kehamilannya terasa lain dari pada kehamilan yang terdahulu, karena terasa penuh dibagian atas dan gerakan terasa lebih banyak di bagian bawah. Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada umbilicus. Apabila diagnosis letak sungsang dengan pemeriksaan luar tidak dapat dibuat, karena misalnya dinding perut tebal, uterus mudah berkontraksi atau banyaknya air ketuban, maka diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan dalam. Apabila masih ada keragu-raguan, harus dipertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografik atau M.R.I (Magnetic Resonance Imaging). Setelah ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas adanya bokong yang ditandai dengan adanya sacrum, kedua tuber ossis iskii, dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak kadang sulit untuk membedakan bokong dengan muka. Pemeriksaan yang teliti dapat membedakan bokong dengan muka karena jari yang akan dimasukan ke dalam anus mengalami rintangan otot, sedangkan jari yang dimasukkan ke dalam mulut akan meraba tulang rahang dan alveola tanpa ada hambatan. Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba di samping bokong, sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak sempurna, hanya teraba satu kaki di samping bokong.
Pergerakan anak teraba oleh si ibu di bagian perut bawah, di bawah pusat dan ibu sering merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga. Pada palpasi teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus uteri. Punggung anak dapat diraba pada salah satu sisi perut dan bagian-bagian kecil pada pihak yang berlawanan. Di atas sympisis teraba bagian kurang bundar dan lunak.
Bunyi jantung terdengar pada punggung anak setinggi pusat. Kalau pembukaan sudah besar maka pada pemeriksaan dalam dapat teraba 3 tonjolan tulang ialah tubera ossis ischii dan ujung os sacrum sedangkan os sacrum dapat dikenal sebagai tulang yang meruncing dengan deretan processi spinosi ditengah-tengah tulang tersebut (Sulaeman, 1984).
Antara tiga benjolan tulang tadi dapat diraba anus dan genetalia anak, tapi jenis kelamin anak hanya dapat ditentukan kalau oedema tidak besar. Terutama kalau caput succedenum besar, bokong harus dibedakan dari muka karena kedua tulang pipi dapat menyerupai tuber ossis ischii, dagu menyerupai ujung os Sacrum sedangkan mulut disangka anus. Yang menentukan ialah bentuk os sacrum yang mempunyai deretan prosessi spinosi yang disebut crista sacrsalis media.
Perbedaan kaki dan tangan:
a. Pada kaki ada kalkaneus, jadi ada tiga tonjolan tulang ialah mata kaki, dan kalkaneus, pada tangan hanya ada mata tangan.
b. Kaki tidak dapat diluruskan terhadap tungkai, selalu ada sudut.
c. Jari kaki jauh lebih pendek dari telapak kaki
(Sulaeman, 1984).
Untuk menegakkan diagnosis letak sungsang diperlukan beberapa hal, yaitu anamnesis yang komunikatif dan terarah, pemeriksaan fisik yang teliti dan seksama, dan penunjang diagnosis dalam hal ini yaitu pemeriksaan ultrasonografi yang sangat membantu diagnosis dan pelaksanaan terapi serta intervensi lebih dini bisa dilakukan. Dalam kehamilan, mengingat bahaya-bahayanya, sebaiknya persalinan dalam letak sungsang dihindarkan. Untuk itu bila pada waktu pemeriksaan antenatal dijumpai letak sungsang, terutama pada primigravida, hendaknya diusahakan melakukan versi luar menjadi presentasi kepala.

Etiologi

Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan di dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relative lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang. Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relative berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai yang terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala. Faktor-faktor lain yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang adalah :
1. Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong, air ketuban masih banyak dan kepala anak relatif besar.
2. Hydramnion karena anak mudah bergerak
3. Placenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas panggul.
4. Bentuk rahim yang abnormal
5. Panggul sempit
6. Kelainan bentuk kepala : hydrocephalus, anenchephalus, karena kepala kurang sesuai dengan bentuk pintu atas panggul (Sulaeman, 1984).
Etiologi maternal yaitu kelainan uterus (septum, uterus unikornis), tumor ginekologi (mioma uteri, tumor adneksa) sedangkan etiologi fetal yaitu kelainan cairan ketuban (poly atau oligohidramnion), kelainan fetus (Anenchefalus, hydrochefalus, kelainan neuromuscular seperti distrofia miotonik).

Versi Spontan
Presentasi bokong yang dijumpai pada 29-32 minggu, 75 % mengalami versi spontan pada kehamilan 38 minggu. Pada kehamilan 37 minggu, versi spontan sebesar 18 %. Posisi knee-chest ibu selama 15 menit tiap 2 jam selama 5 hari berturut-turut, diharapkan dapat memperbesar pada trimester 3 akhir (catatan kuliah obstetri, Persalinan sungsang).


Mekanisme Persalinan



Bokong masuk ke dalam rongga panggul dengan garis pangkal paha melintang atau miring. Setelah menyentuh dasar panggul paha menempati diameter anteposterior dan trokanter depan berada di bawah simfisis. Kemudian terjadi fleksi lateral pada badan janin berada di posterior yang memungkinkan bahu melewati pintu atas panggul dengan garis terbesar bahu melintang atau miring. Terjadi putaran paksi dalam pada bahu, sehingga bahu depan berada dibawah simfisis dan bahu belakang melewati perineum. Pada saat tersebut kepala masuk ke dalam rongga panggul dengan sutura sagitalis melintang atau miring. Di dalam rongga panggul terjadi putaran paksi dalam kepala, sehingga muka memutar ke posterior dan oksiput ke arah simfisis. Dengan suboksiput sebagai hipomokliom, maka dagu, mulut, hidung, dahi dan seluruh kepala lahir berturut-turut melewati perineum. Ada perbedaan nyata antara kelahiran janin dalam presentasi kepala dan kelahiran janin yang terbesar, sehingga bila kepala telah lahir, kelahiran badan tidak memberi kesulitan. Sebaliknya pada letak sungsang, berturut-turut lahir bagian-bagian yang makin lama makin besar, dimulai dari lahirnya bokong, bahu dan kemudian kepala. Dengan demikian meskipun bokong dan bahu berlangsung dengan lancar.
Garis pangkal paha masuk serong ke dalam pintu atas panggul. Pantat depan memutar ke depan setelah mengalami rintangan dari otot-otot dasar panggul. Dengan demikian dapat terjadi laterofleksi badan untuk menyesuaikan diri dengan lengkungan panggul.
Pantat depan nampak terdahulu dalam vulva dan dengan trochanter depan sebagai hypomochlion dan laterofleksi dari badan lahirlah pantat belakang pada pinggir depan perineum disusul dengan kelahiran pantat depan.
Setelah bokong lahir terjadi putaran paksi luar agar punggung berputar sedikit ke depan sehingga bahu dapat masuk dalam pintu bawah panggul dalam ukuran serong dari pintu atas panggul. Sesudah bahu turun, terjadilah putaran paksi dari bahu sampai ukuran bisakromial dalam ukuran muka belakang dari pintu bawah panggul. Oleh karena itu punggung berputar lagi ke samping, pada saat bahu akan lahir maka kepala dalam keadaan fleksi masuk dalam pintu atas panggul dalam ukuran melintang.
Kepala ini mengadakan putaran paksi sedemikian rupa hingga kuduk terdapat di bawah sympisis dan dagu sebelah belakang, berturut-turut lahir pada perineum: dagu, mulut, hidung, dahi, dan belakang kepala (Sulaeman, 1984).

Prognosa

a. Bagi Ibu
Prognosa bagi ibu pada letak sungsang tak banyak berbeda dengan prognosa pada letak kepala, mungkin rupture perinea lebih sering terjadi. Robekan pada perinea lebih besar, juga karena dilakukan tindakan, selain itu ketuban lebih cepat pecah dan partus lebih lama, jadi mudah terkena infeksi. Sebab kematian perinatal terpenting adalah prematuritas dan penangan persalinan yang kurang sempurna.

a. Bagi Anak
Prognosa tidak begitu baik, karena adanya gangguan peredaran darah plasenta setelah bokong lahir dan juga setelah perut lahir, tali pusat terjepit antara kepala dan panggul, anak bisa menderita asfiksia serta akibat retraksi uterus yang dapat menyebabkan lepasnya plasenta sebelum kepala lahir. Sebaliknya prognosa bagi anak dengan letak sungsang lebih buruk terutama kalau anaknya besar dan ibunya seorang primigravida, maka kematian anak dengan letak sungsang tiap 3 kali lebih besar dari pada kematian anak letak kepala. Kelahiran kepala janin yang lebih dari 8 menit setelah umbilicus dilahirkan, akan membahayakan kehidupan janin. Selain itu bila janin bernafas sebelum hidung dan mulut lahir dapat membahayakan, karena mucus yang terhisap dapat menyumbat jalan nafas. Bahaya asfiksia janin juga terjadi akibat tali pusat yang menumbung, hal ini sering dijumpai pada presentasi bokong kaki sempurna atau bokong kaki tidak sempurna, tetapi jarang dijumpai pada presentasi bokong. Perlakuan pada kepala janin terjadi karena kepala harus melewati panggul dalam waktu yang lebih singkat daripada persalinan presentasi kepala, sehingga tidak ada waktu bagi kepala untuk menyesuaikan diri dengan besar dan bentuk panggul. Kompresi dan dekompresi kepala terjadi dengan cepat, sehingga mudah menimbulkan luka pada kepala dan perdarahan dalam tengkorak. Bila dihadapkan dengan disproporsi sefalo pelvic, meskipun ringan, persalinan dalam letak sungsang sangat berbahya. Adanya kesempitan panggul sudah harus diduga waktu pemeriksaan antenatal, khususnya pada seorang primigravida dengan letak sungsang. Untuk itu harus dilakukan pemeriksaan lebih teliti, termasuk pemeriksaan panggul roentgenologik atau M.R.I. untuk menyingkirkan kemungkinan adanya kesempitan. Multiparitas dengan riwayat obstetric yang baik, tidak selalu menjamin persalinan dalam letak sungsang berlangsung lancar, sebab janin yang besar dapat menyebabkan disproporsi meskipun ukuran panggul normal.
a. Sebab-sebab kematian anak pada letak sungsang ialah :
1. Setelah pusat lahir, maka kepala anak mulai masuk ke dalam rongga panggul, sehingga tali pusat tertekan antara kepala dan rongga panggul. Diduga bahwa kepala harus lahir dalam 8 menit, setelah pusat lahir supaya anak dapat lahir dengan selamat.
2. Pada letak sungsang dapat terjadi perdarahan otak karena kepala dilahirkan dengan cepat.
3. Dapat terjadi kerusakan dari tulang belakang karena tarikan dari badan anak.
4. Pada letak sungsanag labih sering terjadi prolapsus foeniculi, karena bagian depan kurang baik menutup bagian bawah rahim.
Selain dari itu karena pertolongan mungkin terjadi fraktur humerus atau klavikula, paralyse lengan karena tekanan atau tarikan pada plexsus brachialis.

Penanganan

Pertolongan persalinan letak sungsang memerlukan perhatian karena dapat menimbulkan komplikasi kesakitan, cacat permanent sampai dengan kematian janin.

a. Dalam Kehamilan
1. Versi Luar
Mengingat bahaya-bahayanya, sebaiknya persalinan dalam letak sungsang dihindarkan. Untuk itu apabila pada saat pemeriksaan antenatal dijumpai letak sungsang , terutama pada primigravida, hendaknya dilakukan usaha versi luar menjadi presentasi kepala.
Tindakan versi luar pada kedudukan letak lintang dan sungsang tidak banyak dilakukan karena penyulit yang ditimbulkan dapat merugikan ibu dan janin. Versi luar sudah dikenal sejak jaman Hipocrates, sedangkan versi dalam (internal versi) telah diperkenalkan oleh Celcius. Versi luar adalah upaya yang dilakukan dari luar untuk dapat mengubah kedudukan janin menjadi kedudukan lebih menguntungkan dalam persalinan pervaginam. Berdasarkan ketetapan tersebut dikenal bentuk versi luar, yaitu :
1. Versi sefalik : Melakukan perubahan kedudukan janin menjadi letak kepala
2. Versi Podalik : Perubahan kedudukan janin menjadi letak bokong (sungsang).
Untuk dapat melakukan versi luar perlu diperhatikan beberapa pertimbangan berikut :
1. Kontraindikasi Versi luar pada penderita :
a. Ketuban sudah pecah
b. Penderita mempunyai hipertensi
c. Rahim pernah mengalami pembedahan : Seksio sesaria, pengeluaran mioma uteri
d. Penderita pernah mengalami perdarahan selama kehamilan
e. Pernah mengalami tindakan operasi pervaginam
f. Pernah mengalami operasi plastic : operasi rekonstruksi fistel, pembedahan septum vagina
g. Terdapat factor resiko tinggi kehamilan : kasus infertilitas, sering mengalami keguguran, persalinan prematuritas atau kelahiran mati, tinggi badan kurang dari 150 cm, mempunyai deformitas pada tulang panggul/belakang.
h. Pada kehamilan kembar.
2. Di samping itu masih diperlukan syarat sehingga versi luar dapat berhasil dengan baik, yaitu :
a. Dilakukan pada umur kehamilan 36 sampai 38 minggu
b. Pada inpartu dilakukan sebelum pembukaan 4 cm
c. Bagian terendah belum masuk atau masih dapat dikeluarkan dari PAP
d. Bayi dapat dilahirkan pervaginam
e. Ketuban masih positif utuh
3. Persiapan untuk melakukan versi luar sebagai berikut :
a. Dinding abdomen lemas dengan jalan menekuk kaki
b. Dinding abdomen dapat ditaburi talk, sehingga mudah melakukan versi luar
c. Kadang-kadang digunakan narkosa (sangat jarang)
4. Konsep Versi Luar sebagai berikut :
a. Di lakukan di luar his
b. Pada letak lintang di lakukan ke kedudukan membujur dengan mengutamakan ke letak kepala
c. Pada letak sungsang di lakukan ke letak kepala
d. Konsep operasi versi luar: Perputaran janin ke arah perut sehingga kedudukan fleksi tetap dipertahankan, dilakukan observasi setelah perputaran 90 derajat selama 4-5 menit, bila terdapat distress janin putaran dikembalikan, setelah berhasil melakukan versi luar dalam kedudukan baru dipertahankan dengan fiksasi.


2. Komplikasi Versi Luar
Operasi versi luar menimbulkan komplikasi terutama terhadap janin dalam bentuk :
1. Distress Janin
Distress janin terjadi akibat gangguan sirkulasi darah menuju janin yang disebabkan oleh lilitan tali pusat yang makin ketat, terjadi solusio plasenta, robekan tali pusat, dan simpul tali pusat makin ketat. Perubahan denyut jantung janin karena distress janin yaitu cepat diatas 160 kali/menit.
2. Solusio plasenta
Terlepasnya plasenta karena tarikan tali pusat (lilitan tali pusat, tali pusat yang pendek). Gejalanya adalah distress janin, nyeri abdomen, dan perut menjadi tegang.
3. Ketuban Pecah
Dapat menimbulkan komplikasi aliran air ketuban menimbulkan prolapsus tali pusat dan prolapsus kaki atau tangan.
4. Terjadi Inpartu
Dengan tindakan versi luar terjadi komplikasi, dimulainya his inpartu dengan jarak makin pendek dan kekuatan makin besar. Sikap lebih lanjut adalah :
a. Melakukan observasi inpartu dengan pengawasan pada his, DJJ, penurunan dan lingkaran bandle.
b. Segera melakukan seksio sesaria bila terdapat tanda distress janin, tanda solusio plasenta, dan ketuban pecah diikuti prolapsus bagian kecil.
Tindakan versi luar memiliki tahap sebagai berikut :
1. Ekstensi : mengeluarkan bagian terendah dari pelvis
2. Mobilisasi : Mengarahkan bokong ke arah punggung anak dan menekan kepala ke arah badan sehingga janin tetap dalam posisi fleksi.
3. Rotasi : Memutar janin dalam rahim ke arah sudut putaran terkecil. Setiap putaran 450 dilakukan observasi selama 5 – 10 menit untuk menilai keadaan janin.
4. Fiksasi : Setelah putaran berhasil kepala atau bagian terbawah difiksir pada pintu atas panggul (PAP).
3. Tekhnik :
a. Sebagai persiapan :
1. Kandung kencing harus kosong dulu.
2. Pasien ditidurkan terlentang.
3. Berat janin diperiksa dahulu (kalau buruk vesi dibatalkan)
4. Kaki dibengkokan pada lutut dan pangkal paha supaya dinding perut kendor.
b. Monilisasi : bokong dibebaskan dahulu
c. Sentralisasi : kepala dan bokong anak dipegang dan didekatkan satu sama lain hingga badan anak membulat dan dengan demikian lebih mudah diputar.
1. Versi : anak diputar sehingga kepala anak terdapat di bawah : arah puataran hendaknya ke arah yang paling sedikit tahanannya. Kalau ada pilihan, diputar kearah perut anak supaya tidak terjadi defleksi. Setelah versi berhasil, Berat janin diperiksa lagi dan kalau tetap buruk anak diputar lagi ke tempat semula. Kesukaran pada versi : versi luar tidak selalu berhasil dan sekali-kali tidak boleh dipaksakan misalnya dengan member narcose supaya dinding perut kendor.
b. Dalam Persalinan
Dalam letak sungsang diperlukan banyak ketekunan dan kesabaran dibandingkan dengan pertolongan persalinan presentasi kepala. Selama terjadi kemajuan pada persalinan dan tidak ada tanda-tanda yang mengancam kehidupan janin, maka penolong tidak perlu melakukan tindakan yang bertujuan mempercepat kelahiran janin. Pertama-tama hendaknya ditentukan apakah tidak ada kelainan lain yang merupakan indikasi untuk melakukan seksio sesaria, seperti misalnya kesempitan panggul, plasenta previa atau adanya tumor dalam rongga panggul.
Letak sungsang biasanya lahir spontan, karena itu jangan terlalu lekas bertindak.
Sikap konserpatif dipertahankan sampai pusat lahir. Indikasi waktu setelah pembukaan lengkap, bisanya lebih pendek dibandingkan dengan letak kepala misalnya 2 jam setelah pembukaan lengkap anak sudah harus lahir.
Pertolongan persalinan dengan letak sungsang dapat dibagi sebagai berikut:
1. Pertolongan pada kelahiran spontan
2. Ekstraksi parsial(sebagian) atau manual aid
3. Ekstraksi
4. Sectio Caesarea

3 komentar:

  1. kenapa tidak sampe ke teori knee-chest nya?padahal materinya bagus......

    BalasHapus
  2. Ya Alloh bayiku saat ini katanya posisinya sungsang.. semoga engkau maha pembolak balik dan sempurnakanllah bayi saat kelahiran .. nanti


    salam
    ahmad.m

    BalasHapus