Profil
▼
Minggu, 21 Juni 2009
Traktus Urinarius
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi Traktus Urinarius adalah bila ada pemeriksaan urine ditemukan bakteri yang jumlahnya lebih dari 10.000 per ml. urine yang diperiksa harus bersih, segar dan di ambil dari aliran tengah (midstream) atau diambil dengan pungsi suprasimpisis. Ditemukan bakteri yang jumlahnya lebih dari 10.000 per ml ini disebut dengan istilah bakteriuria. Bakteriuria ini mungkin tidak disertai gejala, disebut bakteriuria asimptomatik dan mungkin disertai dengan gejala-gejala yang disebut bakteriuria simptomatik (Sarwono, 2005).
Sekitar 15% wanita, mengalami (paling sedikit) satu kali serangan akut infeksi Traktus Urinarius selama hidupnya. Sebagian besar infeksi tersebut adalah asimptomatik, angka kejadiannya pada wanita hamil adalah 5%-6% dan meningkat sampai 10%pada golonan resiko tinggi.
Walaupun infeksi dapat terjadi karena penyebaran kuman melalui pembuluh darah dan limfe, akan tetapi yang terbanyak dan tersering adalah kuman-kuman naik ke atas melalui uretra, ke dalam kandung kemih dan sakuran kemih yang lebih atas. Organisme penyebab infeksi ini berasal dari flora normal. Sekitar 90% dari strain E.coli yang menyebabkan pyelonefritis nonobstuktif, di samping kemungkinan kuman-kuman lain Enterobacter aerogenes, klebsiella, pseudomonas dan lain-lain.Walaupun kehamilan tidak meningkatkan virulensi dari bakterinya, tetapi stasis urin dan refluk vesikoureteral dapat menjadi predisposisi infeksi pada infeksi pada traktus urinarius atas.
Ada beberapa infeksi yang umumnya ditemui pada kehamilan. Yang paling sering adalah infeksi asimptomatik, sedangkan pada simptomatik yang terjadi di traktus urinarius bawah menyebabkan cystitis atau bila terjadi kalyx ginjal, pelvis dan parenkim menyebabkan pyelonefritis.
Wanita hamil rentan tehadap infeksi traktus urinarius, yang disebabkan oleh hydronefhrosis yang dapat menyebabkan urinaristrasis. Adanya bakteri dalam urin di anggap signifikan saat urin yang di ambil spesimennya mengandung lebih dari 10.000 per ml yaitu 50.000 bakteri dari spesies yang sama tiap mL. hal tersebut berarti adanya gejala Cystitis dan pyuria.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Menambah wawasan pengetahuan mengenai infeksi Traktus Urinarius yang menyertai kehamilan, persalinan dan nifas.
1.2.2 Tujuan Khusus
Agar mahasiswa dapat mengembangkan pengetahuan mengenai infeksi Traktus Urinarius yang menyertai kehamilan, persalinan dan nifas.
1.3 Manfaat penulisan
1.3.1 Institusi Pendidikan
Dapat mengevaluasi study kasus mahasiswi, menambah daftar pustaka sebagai umpan balik antara pendidikan dan mahasiswi.
1.3.2 Masyarakat
Agar masyarakat lebih memperhatikan personal hygiene khususnya daerah kewanitaan pada ibu hamil dan agar mau memeriksakan kehamilannya kepada tenaga kesehatan.
1.4 Metoda Penulisan
Metoda penulisan yang kami gunakan adalah metode literatur dimana kami mengumpulkan bahan dari makalah ini dari berbagai sumber buku dan internet.
1.5 Ruang Lingkup
Dalam makalah ini kami membahas mengenai infeksi Traktus Urinarius yang menyertai kehamilan, persalinan dan nifas.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Infeksi Traktus Urinarius adalah bila ada pemeriksaan urine ditemukan bakteri yang jumlahnya lebih dari 10.000 per ml. urine yang diperiksa harus bersih, segar dan di ambil dari aliran tengah (midstream) atau diambil dengan pungsi suprasimpisis. Ditemukan bakteri yang jumlahnya lebih dari 10.000 per ml ini disebut dengan istilah bakteriuria. Bakteriuria ini mungkin tidak disertai gejala, disebut bakteriuria asimptomatik dan mungkin disertai dengan gejala-gejala yang disebut bakteriuria simptomatik (Sarwono, 2005).
Infeksi saluran kencing merupakan komplikasi medik utama pada wanita hamil. Sekitar 15% wanita, mengalami satu kali serangan akut infeksi saluran kencing selama hidupnya. Infeksi saluran kencing dapat mempengaruhi keadaan ibu dan janin, dampak yang ditimbulkan antara lain anemia, hipertensi, kelahiran prematur dan bayi berat lahir rendah (BBLR).
2.2 Etiologi
Infeksi saluran kencing merupakan jenis infeksi nosokomial yang paling sering terjadi sekitar 40% dari seluruh infeksi pada Rumah Sakit setiap tahunnya. (Burke dan Zavarsky, 1999). Organisme yang menyerang bagian tertentu sistem urine menyebabkan infeksi pada saluran kencing yaitu ginjal (Pielonefritis), kandung kemih (Sistitis), atau urine (Bakteriuria). Salah satu penyebaran organismenya dapat melalui penggunaan kateter dalam jangka pendek.. Resiko yang lebih besar lagi bisa terjadi pada penggunaan kateter yang lebih lama, apabila urine dibiarkan mengalir ke tempat atau kantong pengumpulan yang terbuka., seluruh pasien akan menyebarkan bakteri dalam 4 hari (dengan gejala atau tanpa gejala).
Walaupun infeksi dapat terjadi karena penyebaran kuman melalui pembuluh darah dan limfe, akan tetapi yang terbanyak dan tersering adalah kuman-kuman naik ke atas melalui uretra, ke dalam kandung kemih dan sakuran kemih yang lebih atas. Organisme penyebab infeksi ini berasal dari flora normal. Sekitar 90% dari strain E.coli yang menyebabkan pyelonefritis nonobstuktif, di samping kemungkinan kuman-kuman lain Enterobacter aerogenes, klebsiella, pseudomonas dan lain-lain.Walaupun kehamilan tidak meningkatkan virulensi dari bakterinya, tetapi stasis urin dan refluk vesikoureteral dapat menjadi predisposisi infeksi pada infeksi pada traktus urinarius atas.
2.3 Patogenesis
Kebanyakan infeksi traktus urinarius disebabkan oleh bakteri gram-negatif, terutama Eskerisia koli, spesies pseudomonas dan organisme yang berasal dari kelompok Enterobakter. Jumlah seluruhnya mencapai lebih dari 80% kultur positif infeksi saluran kencing (Haley, 1985). Sementara kebanyakan organisme organisme tersebut adalah Eskerisia koli, infeksi jamur, misalnya spesies kandida, yang meningkat bersamaan dengan munculnya HIV/AIDS dan penyebarannya menggunakan antibiotika berspektrum luas.
2.4 Klasifikasi
2.4.1 Bakteriuria Asimptomatik
Tidak ada gejala yang timbul dihubungkan dengan infeksi ini, yang dialami 11% dalam kehamilan. Ada peningkatan penderita bakteriuria tanpa gejala pada wanita yang pernah menderita infeksi saluran kemih, diabetes dan wanita dengan gejala sel sabit. Bakteriuria asimptomatik diasosiasikan dengan phielonefritis, melahirkan dini dan BBLR. Beberapa peneliti mendapatkan adanya hubungan kejadian bakteriuria ini dengan peningkatan kejadian anemia dalam kehamilan, persalinan prematur, gangguan pertumbuhan janin dan pre eklampsia. Oleh karena itu pada wanita hamil dengan bakteriuria harus diobati dengan seksama sampai air kemih bebas dari bakteri yang dibuktikan dengan pemeriksaan beberapa kali.
Pemeriksaan Laboratorium :
Semua wanita hamil sebaiknya dilakukan pemeriksaan Laboratorium urin secara mikroskopik, tampak peningkatan jumlah leukosit, sejumlah eritrosit, Bakteri dan spesimen urine. Untuk menghindari kontaminasi, spesimen urine diambil dari aliran tengah (mid-stream) setelah daerah genitalia eksterna dicuci terlebih dahulu. Kultur bakteri dan tes kepekaan antibiotika bila dimungkinkan sebaiknya diperiksa.
Penanganan :
1. Para ahli menganjurkan untuk memberikan terapi antibiotika. Beberapa kajian terapi antibiotika untuk bakteriuria asimptomatik.
Nama obat Dosis Angka keberhasilan
a. amoksilain + asam klavulanat 3x500 mg/hari 92%
Amoksilin 4x250 mg/hari 80%
Nitrofurantoin 4x50-100 mg/hari 72%
2. Terapi Antibiotika untuk pengobatan bakteriuria asimptomatik, biasanya diberikan untuk jangka 5-7 hari secara oral. Sebagai kontrol hasil pengobatan, dapat dilakukan pemeriksaan ulangan biakan bakteriologik air kemih.
Bakteriuria Simptomatik
a. Systitis
Sistitis merupakan peradangan kandung kemih tanpa disertai radang pada bagian saluran kemih, biasanya inflamasi akibat bakteri. Sistem ini sukup sering dijumpai dalam kehamilan dan nifas. Kuman penyebab utamanya adalah E.coli, disamping dapat oleh kuman-kuman lain. Predisposisi lain adalah karena uretra wanita yang pendek, sistokel, adanya sisa air kemih yang tertinggal, disamping penggunaan kateter untuk usaha pengeluaran urin pada pemeriksaan ginekologik atau pesalinan. Penggunaan kateter ini dapat mendorong kuman-kuman yang ada di uretra distal untuk masuk ke kandung kemih.
Tanda dan Gejala :
a. Hampir 95 % mengeluh nyeri pada derah supra simpisis atau nyeri saat berkemih.
b. Frekuensi berkemih meningkat tetapi jumlahnya sedikit sehingga menimbulkan rasa tidak puas dan tuntas.
c. Air kencing kadang terasa panas.
d. Air kencing berwarna lebih gelap dan pada serangan akut kadang-kadang berwarna kemerahan.
Pemeriksaan Laboratorium :
Secara mikroskopik, tampak peningkatan jumlah leukosit, sejumlah eritrosit, bakteri pada spesimen urin. Untuk menghindari kontaminasi, spesimen urin diambil dari aliran tengah setelah daerah genitalia eksterna dicuci terlebih dahulu. Hasil biakan bakteriologis air kemih, umumnya memberikan hasil yang positif. Seringkali dijumpai piuria atau hematuria (gross hematuria).
Penanganan :
1. Umumnya dilakukan pengobatan rawat jalan dan pasien dianjurkan untuk banyak minum.
2. Atur frekuensi berkemih untuk mengurangi sensasi nyeri, spasme dan rangsangan untuk selalu berkemih (tetapi dengan jumlah urine yang minimal). Makin sering berkemih, nyeri dan spasme akan makin bertambah.
3. Hanya Ibu hamil yang mengeluh nyeri hebat disertai dengan hematuria, memerlukan perawatan dan observasi ketat.
4. Terapi antibiotika yang dipilih, mirip dengan pengobatan bakteriuria asimptomatik. Apabila antibiotika tunggal kurang memberikan manfat, berikan antibiotika kombinasi. Kombinasi tersebut dapat berupa jenis obatnya ataupun cara pemberiannya, misal: amoksillin 4x250 mg per oral., digabung dengan Gentamisin 2x80 mg secara intramuskular selama 10-14 hari. Dua hingga 4 minggu kemudian dilakukan penilaian laboratorium untuk evaluasi pengobatan.
5. Hampir 25% pasien pernah mengalami sistitis, akan mengalami infeksi ulangan sehingga perlu diberikan konseling untuk upaya profilaksis dan kunjungan ulang apabila timbul kembali tanda sistitis. Untuk pencegahan infeksi berulang berikan nitrofurantoin 100 mg/hari setiap malam sampai sesudah 2 minggu post partum.
6. Dalam asuhan antenatal yang terjadwal, sebaiknya dilakukan pemeriksaan air kemih, sebagai langkah antisipatif terhadap infeksi ulang.
b. Pielonefritis Akuta
Pielonefritis akuta merupakan salah satu komplikasi yang sering dijumpai dalam kehamilan dan frekuensinya kira-kira 2%, terutama pada kehamilan terakhir dan permulaan masa nifas. Infeksi ini biasanya disebabkan oleh Escherichia koli dan dapat pula oleh kuman-kuman lain seperti stafilokokkus aureus, basillus proteus dan pseudomonas aerugenosa. Kuman dapat menyebar secara hematogen atau limfogen, akan tetapi terbanyak dari kandung kemih.
Predisposisi
Penggunaan kateter untuk mengekuarkan urine waktu persalinan atau kehamilan, air kemih yang tertahan sebab perasaan sakit waktu berkemih karena trauma persalinan atau luka pada jalan lahir.
Sekitar 1%-2% wanita hamil, mengalami pielonefritis akuta. Kondisi ini merupakan masalah utama saluran kemih pada wanita hamil. Duapertiga kasus pielonefritis akut, didahului oleh bakteriuria asimptomatik. Pielonefritis sangat berkaitan dengan stasis aliran air kencing akibat perubahan-perubahan sistem.
Gejala dan tanda yang penting untuk diperhatikan :
a. Pielonefritis akuta ditandai dengan gejala demam, menggigil, mual dan muntah, nyeri pada daerah kostovertebra atau pnggang. Sekitar 85% kasus, suhu tubuh melebihi 38ºC dan sekitar 12%, suhu tubuhnya mencapai 40ºC.
b. Sering disertai mual, muntah dan anoreksia.
c. Kadang-kadang diare
d. Dapat juga jumlah urine berkurang
e. Pemeriksaan air kemih menunjukan banyak sel-sel leukosit dan bakteri. Hasil biakan menunjukan banyak koloni mikroorganisme patogen.
Penanganan :
1. wanita hamil dengan pielonefritis akut, harus dirawatinapkan. Karena penderita sering mengalami mual dan muntah, mereka umumnya datang dengan keadaan dehidrasi.
2. Bila penderita dalam keadaan syok, lakukan tindakan yang sesuai untuk mengatasi syok tersebut. Segera lakukan pemasangan infus untuk restorasi cairan dan pemberian medikamentosa. Pantau tanda vital dan diuresis secara berkala.
3. Bila terjadi ancaman partus prematurus, lakukan pemberian antibiotika seperti yang telah diuraikan di atas dan penatalaksanaan partus prematurus.
4. Lakukan pemeriksaan urinalisis dan biakan ulangan.
5. Terapi antibiotika sebaiknya diberikan secara intravena. Ampisilin bukan merupakan pilihan utama karena sebagian besar mikroorganisme penyebab terbukti resisten terhadap antibiotika jenis ini.
6. Walaupun golongan aminoglikosida cukup efektif tetapi pemberiannya harus dengan memperhatikan kemampuan ekskresi kreatinin karena pada pielonefritis akut, sering terjadi gangguan fungsi ginjal secara temporer.
7. Terapi kombinasi antibiotika yang efektif adalah gabungan sefoksitin 1-2 gram intravena setiap 6 jam dengan gentamisin 80 mg intravena setiap 12 jam. Ampisilin 2 gram/siproksin 2 gram intravena dan gentamisin 2x80 mg.
8. Bila setelah penanganan yang adekuat dalam 48 jam pertama, ternyata debagian gejala masih ada, pertimbangkan kemungkinan mikroorganisme resisten terhadap antibiotika yang diberikan, nefrolitiasis, abses perinefrik atau obstruksi sekunder akibat kehamilan.
Prognosis
Bagi ibu umumnya cukup baik bila pengobatan cepat dan tepat diberikan, sedangkan pada hasil konsepsi sering kali menimbulkan keguguran atau persalinan prematur.
Ayo duNk Pada Baca Karya Gw ..
BalasHapussippp...keren ui
BalasHapussalam kenal siss
mari berkunjung ke blog, catatan kuliah
BalasHapus