Rabu, 09 November 2011
Rabu, 02 November 2011
BUKU KEBIDANAN/KEDOKTERAN ONLINE
NO
|
NAMA BUKU
|
HARGA
|
1
|
KDPK, Kemampuan
Dasar Praktek Klinik Kebidanan(Musrifatul Uliyah,A.Azis Alimul Hidayat/
Salemba Medika)
|
Rp
40.000,-
|
2
|
Anatomi dan
Fisiologi untuk Paramedis(Evelin C.Pearce)
|
Rp
25.000,-
|
3
|
Mikrobiologi
Kedokteran(Staf pengajar FKUI,Binarupa Aksara)
|
Rp
50.000,-
|
4
|
Konsep Kebidanan
|
-
|
5
|
Santiaji
Pancasila(Usaha nasional Surabaya-Indonesia)
|
-
|
6
|
Pendidikan agama
Islam Untuk perguruan Tinggi(Drs.A.Toto Suryana AF,M.Pd dkk, Penerbit Tiga
Mutiara)
|
-
|
7
|
Fisiologi
Manusia(Guyton,EGC)
|
-
|
8
|
Understanding and
using
|
Rp
45.000,-
|
9
|
Ilmu Kebidanan,
Sarwono ( Merah )
|
Rp
50.000,-
|
10
|
Ilmu Kandungan,
Sarwono ( Biru )
|
Rp
45.000,-
|
11
|
Maternal dan
Neonatal, Sarwono (Silver)
|
Rp
45.000,-
|
12
|
Maternal dan
Neonatal, Sarwono (Pink)
|
Rp
35.000,-
|
12
|
Obstetri
Fisiologi(Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran)
|
Rp
25.000,-
|
13
|
Obstetri
Patologi(Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran)
|
Rp
30.000,-
|
14
|
Ginekologi(Fakultas
Kedokteran Universitas Padjajaran)
|
Rp
25.000,-
|
15
|
Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kontrasepsi/ KB(Sarwono, Jakarta,2006)
|
Rp
30.000,-
|
16
|
Panduan Pencegahan
Infeksi(Sarwono,JHPIEGO,JNPK-KR,Jakarta,2004)
|
Rp
30.000,-
|
17
|
Memahami Kesehatan
Reproduksi Wanita/ KESPRO(Prof.dr.Ida Bagus Manuaba,SPOG)
|
Rp
35.000,-
|
18
|
Panduan Lengkap
Kesehatan Reproduksi Wanita(Ana Fitria)
|
Rp
60.000,-
|
19
|
Fisika Kedokteran/
FISKES(dr. J.F.Gabriel,EGC)
|
Rp
35.000,-
|
20
|
Reproduksi dan Embriologi/ BIORE(Wildan yatim,Tarsito
Bandung)
|
Rp
40.000,-
|
21
|
Asuhan kebidanan
1(EGC,Penerbit buku Kedokteran)
|
Rp
150.000,-
|
22
|
Ilmu Gizi(dr.Sunita
Almatsier,M.Sc,Gramedia Pustaka utama,Jakarta,2005)
|
Rp
50.000,-
|
23
|
Ilmu Gizi u/
Profesi dan Mahasiswa(Sediaoetama Achmad Djaeni,1991)
|
Rp
30.000,-
|
24
|
Penuntun
Diet(dr.Sunita Almatsier,M.Sc,Gramedia Pustaka Utama,Jakarta,2006)
|
Rp
35.000,-
|
25
|
Biokimia(Harper,Murray,1996,EGC)
|
Rp
170.000,-
|
26
|
Prinsip-Prinsip
Biokimia(Davis.S.Ed.2,1985,EGC)
|
Rp
150.000,-
|
27
|
Dasar-Dasar
Biokimia(Lehninger,1993)
|
Rp
137.000,-
|
28
|
Patologi(FKUI)
|
Rp
40.000,-
|
29
|
Ilmu Bedah
Kebidanan,Sarwono
|
Rp
40.000,-
|
30
|
Asuhan Persalinan
Normal
|
Rp
40.000,-
|
31
|
Atlas Kebidanan
|
Rp
429.000,-
|
32
|
Kapita selekta
Kedokteran,Edisi 2
|
Rp
45.000,-
|
33
|
Kamus Kedokteran
|
Rp
30.000,- s/d
Rp
50.000,-
|
34
|
Buku Saku Kebidanan
|
Rp
35.000,-
|
35
|
ASKEB
Antenatal(Hj.Salmah,S.kp.m.kes,dkk,EGC)
|
-
|
36
|
Dll dapat dipesan
|
|
INHALASI PADA ASMA ANAK
PENGGUNAAN TERAPI HIRUPAN ATAU INHALASI PADA ASMA ANAK
Asma adalah kondisi yang disebabkan oleh penyempitan saluran
pernapasan kecil (bronchi) di paru-paru yang terjadi karena dinding
saluran mengalami pembengkakan dan peradangan. Udara menjadi lebih
sulit untuk lewat dan hal ini menyebabkan terjadinya mengi (wheezing),
batuk, serta masalah lain dalam pernapasan. Mengi akan dialami 1 dari 4
anak selama masa kanak-kanaknya. Dengan penanganan yang tepat, hampir
semua anak dengan asma dapat ikut serta dalam aktivitas olah raga dan
menjalani hidup yang aktif.
Asma merupakan penyakit yang disebabkan karena adanya inflamasi/
peradangan kronis pada saluran pernafasan dengan ciri-ciri seperti
serangan akut secara berkala, sesak nafas, mudah tersengal-sengal,
disertai batuk dan hipersekresi dahak, serta ‘mengi’ pada pasien asma
yang sudah parah. Jumlah penderita asma dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan yang cukup tinggi, sehingga diperlukan pengobatan yang
tepat dan benar agar tidak sampai menyebabkan kematian.
Asma dapat terjadi karena meningkatnya kepekaan otot polos di
sekitar saluran nafas seseorang dibandingkan saluran nafas normal
terhadap stimuli tidak spesifik yang dihirup dari udara, yang pada
orang sehat tidak memberikan reaksi pada saluran pernafasan seperti
perubahan suhu, dingin, polusi udara (asap rokok), dll. Selain itu
dapat pula terjadi karena reaksi alergi, atau karena infeksi saluran
pernafasan yang dapat menyebabkan radang/ inflamasi sehingga saluran
nafas pada pasien asma lebih menyempit lagi
Beberapa gejala asma yang paling umum adalah: Batuk. Batuk umumnya
terjadi di malam hari, dini hari, saat cuaca dingin, dan saat
beraktivitas fisik. Napas yang terdengar seperti bunyi peluit juga
kesulitan bernapas. Gejala asma akan berlangsung selama 2-3 hari, atau
bahkan lebih. Setelah serangan asma membaik, anak akan membutuhkan
pereda serangan (reliever) 3-4 kali per hari hingga batuk dan mengi
menghilang.
Terapi
Sasaran terapi pada pasien asma dengan menggunakan kortikosteroid inhalasi yaitu peradangan saluran nafas dan gejala asma. Terapi asma disini bertujuan untuk menghambat atau mengurangi peradangan saluran pernafasan serta mencegah dan atau mengontrol gejala asma, sehingga gejala asma berkurang/ hilang dan pasien tetap dapat bernafas dengan baik.
Sasaran terapi pada pasien asma dengan menggunakan kortikosteroid inhalasi yaitu peradangan saluran nafas dan gejala asma. Terapi asma disini bertujuan untuk menghambat atau mengurangi peradangan saluran pernafasan serta mencegah dan atau mengontrol gejala asma, sehingga gejala asma berkurang/ hilang dan pasien tetap dapat bernafas dengan baik.
Strategi terapi asma dapat dibagi menjadi dua yaitu terapi non
farmakologi (tanpa menggunakan obat) dan terapi farmakologi (dengan
obat).
Terapi Non Farmakologi
Untuk terapi non farmakologi, dapat dilakukan dengan olah raga secara teratur, misalnya saja renang. Sebagian orang berpendapat bahwa dengan berenang, gejala sesak nafas akan semakin jarang terjadi. Hal ini mungkin karena dengan berenang, pasien dituntut untuk menarik nafas panjang-panjang, yang berfungsi untuk latihan pernafasan, sehingga otot-otot pernafasan menjadi lebih kuat. Selain itu, lama kelamaan pasien akan terbiasa dengan udara dingin sehingga mengurangi timbulnya gejala asma. Namun hendaknya olah raga ini dilakukan secara bertahap dan dengan melihat kondisi pasien.
Untuk terapi non farmakologi, dapat dilakukan dengan olah raga secara teratur, misalnya saja renang. Sebagian orang berpendapat bahwa dengan berenang, gejala sesak nafas akan semakin jarang terjadi. Hal ini mungkin karena dengan berenang, pasien dituntut untuk menarik nafas panjang-panjang, yang berfungsi untuk latihan pernafasan, sehingga otot-otot pernafasan menjadi lebih kuat. Selain itu, lama kelamaan pasien akan terbiasa dengan udara dingin sehingga mengurangi timbulnya gejala asma. Namun hendaknya olah raga ini dilakukan secara bertahap dan dengan melihat kondisi pasien.
Selain itu dapat diberikan penjelasan kepada pasien agar menghindari
atau menjauhkan diri dari faktor-faktor yang diketahui dapat
menyebabkan timbulnya asma, serta penanganan yang harus dilakukan jika
serangan asma terjadi.
Terapi Farmakologi
Sedangkan untuk terapi farmakologi, dapat dibagi menjadi dua jenis pengobatan yaitu:
- Quick-relief medicines, yaitu pengobatan yang digunakan untuk merelaksasi otot-otot di saluran pernafasan, memudahkan pasien untuk bernafas, memberikan kelegaan bernafas, dan digunakan saat terjadi serangan asma (asthma attack). Contohnya yaitu bronkodilator.
- Long-term medicines, yaitu pengobatan yang digunakan untuk mengobati inflamasi pada saluran pernafasan, mengurangi udem dan mukus berlebih, memberikan kontrol untuk jangka waktu lama, dan digunakan untuk membantu mencegah timbulnya serangan asma (asthma attack). Contohnya yaitu kortikosteroid bentuk inalasi.
- Pemberian obat pada asma dapat melalui berbagai macam cara, yaitu parenteral (melalui infus), per oral (tablet diminum), atau per inhalasi. Pemberian per inhalasi adalah pemberian obat secara langsung ke dalam saluran napas melalui hirupan. Pada asma, penggunaan obat secara inhalasi dapat mengurangi efek samping yang sering terjadi pada pemberian parenteral atau per oral, karena dosis yang sangat kecil dibandingkan jenis lainnya.
Terapi Inhalasi
Pemberian per inhalasi adalah pemberian obat secara langsung ke dalam saluran napas melalui hirupan. Pada asma, penggunaan obat secara inhalasi dapat mengurangi efek samping yang sering terjadi pada pemberian parenteral atau per oral, karena dosis yang sangat kecil dibandingkan jenis lainnya.
Pemberian per inhalasi adalah pemberian obat secara langsung ke dalam saluran napas melalui hirupan. Pada asma, penggunaan obat secara inhalasi dapat mengurangi efek samping yang sering terjadi pada pemberian parenteral atau per oral, karena dosis yang sangat kecil dibandingkan jenis lainnya.
Cara memberikan obat melalui hirupan tersebut dikenal sebagai terapi
inhalasi. Secara garis besar ada 3 macam alat/jenis terapi inhalasi,
yaitu nebulizer, MDI (metered dose inhaler), dan DPI (dry powder inhaler). Jenis DPI yang paling sering digunakan adalah turbuhaler.
Terapi inhalasi memiliki keuntungan dibandingkan dengan cara oral
(diminum) atau disuntik, yaitu langsung ke organ sasaran, awitan kerja
lebih singkat, dosis obat lebih kecil, dan efek samping juga lebih
kecil.
Untuk mendapatkan manfaat obat yang optimal , obat yang diberikan
per inhalasi harus dapat mencapai tempat kerjanya di dalam saluran
napas. Obat yang digunakan biasanya dalam bentuk aerosol, yaitu
suspensi partikel dalam gas.
Pemakaian alat perenggang (spacer) mengurangi deposisi (penumpukan)
obat dalam mulut (orofaring), sehingga mengurangi jumlah obat yang
tertelan, dan mengurangi efek sistemik. Deposisi (penyimpanan) dalam
paru pun lebih baik, sehingga didapatkan efek terapetik (pengobatan)
yang baik. Obat hirupan dalam bentuk bubuk kering (DPI = Dry Powder
Inhaler) seperti Spinhaler, Diskhaler, Rotahaler, Turbuhaler,
Easyhaler, Twisthaler memerlukan inspirasi (upaya menarik/menghirup
napas) yang kuat. Umumnya bentuk ini dianjurkan untuk anak usia sekolah.
Jenis Terapi Inhalasi
Pemberian aerosol yang idel adalah dengan alat yang sederhana, mudah
dibawa, tidak mahal, secara selektif mencapai saluran napas bawah,
hanya sedikit yang tertinggal di saluran napas atas, serta dapat
digunakan oleh anak, orang cacat, dan orang tua. Namun keadaan ideal
tersebut tidak dapat sepenuhnya tercapai.
Berikut beberapa alat terapi inhalasi:
- Metered Dose Inhaler (MDI)
- MDI tanpa Spacer
- Spacer (alat penyambung) akan menambah jarak antara alat dengan mulut, sehingga kecepatan aerosol pada saat dihisap menjadi berkurang. Hal ini mengurangi pengendapan di orofaring (saluran napas atas). Spacer ini berupa tabung (dapat bervolume 80 ml) dengan panjang sekitar 10-20 cm, atau bentuk lain berupa kerucut dengan volume 700-1000 ml. Penggunaan spacer ini sangat menguntungkan pada anak.
Dry Powder Inhaler (DPI)
Penggunaan obat dry powder (serbuk kering) pada DPI memerlukan
hirupan yang cukup kuat. Pada anak yang kecil, hal ini sulit dilakukan.
Pada anak yang lebih besar, penggunaan obat serbuk ini dapat lebih
mudah, karena kurang memerlukan koordinasi dibandingkan MDI. Deposisi
(penyimpanan) obat pada paru lebih tinggi dibandingkan MDI dan lebih
konstan. Sehingga dianjurkan diberikan pada anak di atas 5 tahun.
Nebulizer
Alat nebulizer dapat mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi
aerosol secara terus-menerus, dengan tenaga yang berasal dari udara
yang dipadatkan, atau gelombang ultrasonik. Aerosol yang terbentuk
dihirup penderita melalui mouth piece atau sungkup.
Bronkodilator yang diberikan dengan nebulizer memberikan efek bronkodilatasi (pelebaran bronkus) yang bermakna tanpa menimbulkan efek samping. Hasil pengobatan dengan nebulizer lebih banyak bergantung pada jenis nebulizer yang digunakan. Ada nebulizer yang menghasilkan partikel aerosol terus-menerus, ada juga yang dapat diatur sehingga aerosol hanya timbul pada saat penderita melakukan inhalasi, sehingga obat tidak banyak terbuang
Bronkodilator yang diberikan dengan nebulizer memberikan efek bronkodilatasi (pelebaran bronkus) yang bermakna tanpa menimbulkan efek samping. Hasil pengobatan dengan nebulizer lebih banyak bergantung pada jenis nebulizer yang digunakan. Ada nebulizer yang menghasilkan partikel aerosol terus-menerus, ada juga yang dapat diatur sehingga aerosol hanya timbul pada saat penderita melakukan inhalasi, sehingga obat tidak banyak terbuang
Kortikosteroid Inhalasi
Kortikosteroid terdapat dalam beberapa bentuk sediaan antara lain oral, parenteral, dan inhalasi. Ditemukannya kortikosteroid yang larut lemak (lipid-soluble) seperti beclomethasone, budesonide, flunisolide, fluticasone, and triamcinolone, memungkinkan untuk mengantarkan kortikosteroid ini ke saluran pernafasan dengan absorbsi sistemik yang minim. Pemberian kortikosteroid secara inhalasi memiliki keuntungan yaitu diberikan dalam dosis kecil secara langsung ke saluran pernafasan (efek lokal), sehingga tidak menimbulkan efek samping sistemik yang serius. Biasanya, jika penggunaan secara inhalasi tidak mencukupi barulah kortikosteroid diberikan secara oral, atau diberikan bersama dengan obat lain (kombinasi, misalnya dengan bronkodilator). Kortikosteroid inhalasi tidak dapat menyembuhkan asma. Pada kebanyakan pasien, asma akan kembali kambuh beberapa minggu setelah berhenti menggunakan kortikosteroid inhalasi, walaupun pasien telah menggunakan kortikosteroid inhalasi dengan dosis tinggi selama 2 tahun atau lebih. Kortikosteroid inhalasi tunggal juga tidak efektif untuk pertolongan pertama pada serangan akut yang parah.
Kortikosteroid terdapat dalam beberapa bentuk sediaan antara lain oral, parenteral, dan inhalasi. Ditemukannya kortikosteroid yang larut lemak (lipid-soluble) seperti beclomethasone, budesonide, flunisolide, fluticasone, and triamcinolone, memungkinkan untuk mengantarkan kortikosteroid ini ke saluran pernafasan dengan absorbsi sistemik yang minim. Pemberian kortikosteroid secara inhalasi memiliki keuntungan yaitu diberikan dalam dosis kecil secara langsung ke saluran pernafasan (efek lokal), sehingga tidak menimbulkan efek samping sistemik yang serius. Biasanya, jika penggunaan secara inhalasi tidak mencukupi barulah kortikosteroid diberikan secara oral, atau diberikan bersama dengan obat lain (kombinasi, misalnya dengan bronkodilator). Kortikosteroid inhalasi tidak dapat menyembuhkan asma. Pada kebanyakan pasien, asma akan kembali kambuh beberapa minggu setelah berhenti menggunakan kortikosteroid inhalasi, walaupun pasien telah menggunakan kortikosteroid inhalasi dengan dosis tinggi selama 2 tahun atau lebih. Kortikosteroid inhalasi tunggal juga tidak efektif untuk pertolongan pertama pada serangan akut yang parah.
Contoh kortikosteroid inhalasi yang tersedia di Indonesia antara lain:
- Fluticasone Flixotide (flutikason propionate50 μg , 125 μg /dosis) Inhalasi aerosol Dewasa dan anak > 16 tahun: 100-250 μg, 2 kali sehariAnak 4-16 tahun; 50-100 μg, 2 kali sehari
- Beclomethasone dipropionate Becloment (beclomethasone dipropionate 200μg/ dosis) Inhalasi aerosol Inhalasi aerosol: 200μg , 2 kali seharianak: 50-100 μg 2 kali sehari
- Budesonide Pulmicort (budesonide 100 μg, 200 μg, 400 μg / dosis) Inhalasi aerosolSerbuk inhalasi Inhalasi aerosol: 200 μg, 2 kali sehariSerbuk inhalasi: 200-1600 μg / hari dalam dosis terbagianak: 200-800 μg/ hari dalam dosis terbagi
- Dosis untuk masing-masing individu pasien dapat berbeda, sehingga harus dikonsultasikan lebih lanjut dengan dokter, dan jangan menghentikan penggunaan kortikosteroid secara langsung, harus secara bertahap dengan pengurangan dosis
Farmokinetik
Kortikosteroid bekerja dengan memblok enzim fosfolipase-A2, sehingga menghambat pembentukan mediator peradangan seperti prostaglandin dan leukotrien. Selain itu berfungsi mengurangi sekresi mukus dan menghambat proses peradangan. Kortikosteroid tidak dapat merelaksasi otot polos jalan nafas secara langsung tetapi dengan jalan mengurangi reaktifitas otot polos disekitar saluran nafas, meningkatkan sirkulasi jalan nafas, dan mengurangi frekuensi keparahan asma jika digunakan secara teratur.Kortikosteroid inhalasi secara teratur digunakan untuk mengontrol dan mencegah gejala asma. Kontraindikasi bagi pasien yang hipersensitifitas terhadap kortikosteroid. Efek samping kortikosteroid berkisar dari rendah, parah, sampai mematikan. Hal ini tergantung dari rute, dosis, dan frekuensi pemberiannya. Efek samping pada pemberian kortikosteroid oral lebih besar daripada pemberian inhalasi. Pada pemberian secara oral dapat menimbulkan katarak, osteoporosis, menghambat pertumbuhan, berefek pada susunan saraf pusat dan gangguan mental, serta meningkatkan resiko terkena infeksi. Kortikosteroid inhalasi secara umum lebih aman, karena efek samping yang timbul seringkali bersifat lokal seperti candidiasis (infeksi karena jamur candida) di sekitar mulut, dysphonia (kesulitan berbicara), sakit tenggorokan, iritasi tenggorokan, dan batuk. Efek samping ini dapat dihindari dengan berkumur setelah menggunakan sediaan inhalasi. Efek samping sistemik dapat terjadi pada penggunaan kortikosteroid inhalasi dosis tinggi yaitu pertumbuhan yang terhambat pada anak-anak, osteoporosis, dan karatak.
Kortikosteroid bekerja dengan memblok enzim fosfolipase-A2, sehingga menghambat pembentukan mediator peradangan seperti prostaglandin dan leukotrien. Selain itu berfungsi mengurangi sekresi mukus dan menghambat proses peradangan. Kortikosteroid tidak dapat merelaksasi otot polos jalan nafas secara langsung tetapi dengan jalan mengurangi reaktifitas otot polos disekitar saluran nafas, meningkatkan sirkulasi jalan nafas, dan mengurangi frekuensi keparahan asma jika digunakan secara teratur.Kortikosteroid inhalasi secara teratur digunakan untuk mengontrol dan mencegah gejala asma. Kontraindikasi bagi pasien yang hipersensitifitas terhadap kortikosteroid. Efek samping kortikosteroid berkisar dari rendah, parah, sampai mematikan. Hal ini tergantung dari rute, dosis, dan frekuensi pemberiannya. Efek samping pada pemberian kortikosteroid oral lebih besar daripada pemberian inhalasi. Pada pemberian secara oral dapat menimbulkan katarak, osteoporosis, menghambat pertumbuhan, berefek pada susunan saraf pusat dan gangguan mental, serta meningkatkan resiko terkena infeksi. Kortikosteroid inhalasi secara umum lebih aman, karena efek samping yang timbul seringkali bersifat lokal seperti candidiasis (infeksi karena jamur candida) di sekitar mulut, dysphonia (kesulitan berbicara), sakit tenggorokan, iritasi tenggorokan, dan batuk. Efek samping ini dapat dihindari dengan berkumur setelah menggunakan sediaan inhalasi. Efek samping sistemik dapat terjadi pada penggunaan kortikosteroid inhalasi dosis tinggi yaitu pertumbuhan yang terhambat pada anak-anak, osteoporosis, dan karatak.
Pada anak-anak, penggunaan kortikosteroid inhalasi dosis tinggi
menunjukkan pertumbuhan anak yang sedikit lambat, namun asma sendiri
juga dapat menunda pubertas, dan tidak ada bukti bahwa kortikosteriod
inhalasi dapat mempengaruhi tinggi badan orang dewasa. Hindari
penggunaan kortikosteroid pada ibu hamil, karena bersifat teratogenik.
Cara Penggunaan Inhaler
- Sebelum menarik nafas, buanglah nafas seluruhnya, sebanyak mungkin
- Ambillah inhaler, kemudian kocok
- Peganglah inhaler, sedemikian hingga mulut inhaler terletak dibagian bawah
- Tempatkanlah inhaler dengan jarak kurang lebih dua jari di depan mulut (jangan meletakkan mulut kita terlalu dekat dengan bagian mulut inhaler)
- Bukalah mulut dan tariklah nafas perlahan-lahan dan dalam, bersamaan dengan menekan inhaler (waktu saat menarik nafas dan menekan inhaler adalah waktu yang penting bagi obat untuk bekerja secara efektif)
- Segera setelah obat masuk, tahan nafas selama 10 detik (jika tidak membawa jam, sebaiknya hitung dalam hati dari satu hingga sepuluh)
- Setelah itu, jika masih dibutuhkan dapat mengulangi menghirup lagi seperti cara diatas, sesuai aturan pakai yang diresepkan oleh dokter
- Setelah selesai, bilas atau kumur dengan air putih untuk mencegah efek samping yang mungkin terjadi.Pengobatan asma harus dilakukan secara tepat dan benar untuk mengurangi gejala yang timbul. Pengobatan asma memerlukan kerja sama antara pasien, keluarga, dan dokternya. Oleh karena itu pasien asma dan keluarganya harus diberi informasi lengkap tentang obat yang dikonsumsinya; kegunaan, dosis, aturan pakai, cara pakai dan efek samping yang mungkin timbul. Pasien hendaknya juga menghindari faktor yang menjadi penyebab timbulnya asma. Selain itu, pasien harus diingatkan untuk selalu membawa obat asma kemanapun dia pergi, menyimpan obat-obatnya dengan baik, serta mengecek tanggal kadaluarsa obat tersebut. Hal ini perlu diperhatikan agar semakin hari kualitas hidup pasien semakin meningkat.
http://childrenallergyclinic.wordpress.com/2009/09/01/penggunaan-terapi-hirupan-atau-inhalasi-pada-asma-anak/
OBAT YANG BEKERJA PADA UTERUS
OBAT YANG BEKERJA PADA UTERUS
Obat yang bekerja pada uterus salah satunya adalah Oksitosik yaitu obat yang merangsang kontraksi uterus.Banyak obat yang memperlihatkan efek Oksitosik, tetapi hanya beberapa saja yang kerjanya cukup selektif dan dapat berguna dalam praktek kebidanan.
Obat Oksitosik yang sering digunakan adalah Oksitosin sintetis, Methylergometrine Maleate (turunan Alkaloid Ergot), Dinoprostone (golongan Prostaglandin semisintetik).
Sedangkan obat yang bekerja pada uterus dengan efek dan kegunaan lainnya adalah Isoxsuprine HCl dan Ritodrine HCl.
- Methylergometrine maleate
Semua alkaloid Ergot meningkatkan kontraksi uterus dengan nyata.
Efeknya sebanding dengan besarnya dosis yang diberikan. Dosis
kecil menyebabkan peninggian amplitudo dan frekuensi, kemudian
diikuti relaksasi. Dosis besar menimbulkan kontraksi tetanik,
dan peninggian tonus otot dalam keadaan istirahat. Dosis yang
sangat besar menimbulkan kontraksi yang berlangsung lama. Kepekaaan
uterus terhadap alkaloid Ergot sangat bervariasi, tergantung
maturitas dan umur kehamilan.
- Dinoprostone
Dinoprostone bekerja dengan cara membuat servik menipis dan membuka
dan uterus berkontraksi agar terjadi persalinan.
Setelah pemberian Dinoprostone, anda harus dalam posisi tidur selama 10 menit hingga 2 jam sehingga obat dapat diserap. Lamanya waktu yang diperlukan tergantung pada jenis sediaan obat yang diberikan.
Dosis yang diberikan bervariasi untuk setiap pasien. Jangan ubah dosis yang diberikan dokter anda wlau berbeda dengan dosis yang tertera pada kemasan kecuali atas permintaan dokter.
Jumlah obat yang anda minum tergantung pada kekuatan obat. Juga berapa kali anda minum obat dalam sehari dan lamanya minum obat tergantung pada masalah medis yang ada.
- Oksitosin
Oxytocin ada di asam amnio peptida sembilan yang disintesa
pada syaraf hipotalamus dan dialirkan ke akson dari Pituitary
Posterior untuk disekresikan ke dalam darah. Oxytocin juga disekresikan
ke dalam otak dan dari beberapa jaringan.
Adapun fungsi dari Oksitosin adalah menstimulasi kontraksi otot halus kandungan sewaktu melahirkan.
Pada waktu akhir kehamilan, uterus harus berkontraksi secara hebat dan semakin lama agar janin keluar. Sepanjang tahap kehamilan selanjutnya, terjadi peningkatan yang besar pada reseptor Oksitosin pada sel otot halus kandungan, yang diasosiasikan dengan peningkatan iritabilitas dari uterus.
Oksitosin dilepaskan sepanjang masa melahirkan sewaktu janin menstimulasi leher rahim dan vagina. Dan hal itu meningkatkan kontraksi otot halus kandungan agar terjadi proses melahirkan.
Pada kasus dimana kontraksi tidak cukup agar terjadi kelahiran, dokter terkadang memberikan Oksitosin untuk menstimulasi lebih lanjut kontraksi kandungan- perhatian besar harus dilakukan pada beberapa situasi untuk memastikan janin keluar dengan baik dan mencegah pecahnya uterus.
Sediaan yang ada adalah Oksitosin sintetik.
- Isoxsuprine HCl
Isoxsuprine membantu memperlebar pembuluh darah sehingga darah
mengalir lebih baik. Kegunaannya pada bidang kebidanan adalah
kebalikan dari Oksitosin yaitu memperlemah kontraksi. Biasa
digunakan untuk mencegah kelahiran immatur dan prematur, kontraksi
Tetani dan Dismenore.
- Ritodrine HCl
Ritodrine hydrochloride adalah obat Tokolitik digunakan untuk
menghentikan persalinan prematur.
Ritodrine adalah kelas Beta-2 agoni yang digunakan untuk relaksasi pada otot halus.
Ritodrine hydrochloride bekerja pada reseptor Beta 2 yang ada di otot kandungan. Obat ini menurunkan kontraksi kandungan sehingga kerjanya sebagai relaksan kandungan.
Di apotik online medicastore anda dapat mencari Obat yang bekerja pada uterus secara mudah dengan mengetikkan di search engine medicastore. Sehingga anda dapat memilih dan beli Obat yang bekerja pada uterus sesuai kebutuhan anda.
Langganan:
Postingan (Atom)