Senin, 25 Februari 2013

SUNAT ANAK LAKI LAKI

SUNAT ANAK LAKI LAKI
Video sunat dengan laser dan menggunakan alat smart klamp


Dari beberapa pengalaman yg pernah saya alami dalam menangani pasien anak laki' yg sunat, ingin rasanya berbagi pada teman'' sekalian . sebelum saya menceritakan lebih lanjut, kita harus tau apa itu sunat ?

Sunat atau khitan atau sirkumsisi (Inggris: circumcision) adalah tindakan memotong atau menghilangkan sebagian atau seluruh kulit penutup depan dari penis. Frenulum dari penis dapat juga dipotong secara bersamaan dalam prosedur yang dinamakan frenektomi. Kata sirkumsisi berasal dari bahasa Latin circum (berarti "memutar") dan caedere (berarti "memotong").

Sunat pada bayi telah didiskusikan pada beberapa dekade terakhir. American Medical Association atau Asoiasi Dokter Amerika menyatakan bahwa perhimpunan kesehatan di Amerika Serikat, Australia, Kanada, serta negara-negara di Eropa sangat tidak merekomendasikan sunat pada bayi laki-laki.

Beberapa ahli berargumen bahwa sunat bermanfaat bagi kesehatan, namun hal ini hanya berlaku jika pasien terbukti secara klinis mengidap penyakit yang berhubungan dengan kelamin. Beberapa penyakit yang kemungkinan besar memerlukan sunat untuk mempercepat penyembuhan seperti pendarahan dan kanker penis, namun, kedua hal ini jarang terjadi.

Manfaat khitan atau sirkumsis bagi laki-laki adalah menghilangkan kotoran beserta tempat kotoran itu berada yang biasanya terletak dibagian dalam dari kulit terluar penis. Serta untuk menandakan bahwa seorang muslim telah memasuki kondisi dewasa.

Pada umumnya, masyarakat mengkhitankan anaknya pada usia antara 8-12 tahun. Namun, banyak dokter yang setuju bahwa khitan dilakukan terbaik pada pertengahan umur 15 tahun. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan waktu kepada jaringan penis yang masih lunak dan berbahaya jika rusak untuk menyatu dan menguat. Mengkhitan pada usia dibawah yang dianjurkan memang boleh dilaksanakan, namun, hasil akhir yang didapat bisa sama sekali berbeda, bahkan mendapatkan hasil yang tidak diinginkan walaupun dokter telah berupaya sebaik mungkin. Berkhitan di usia muda biasanya dipengaruhi oleh lingkungan yang membuat anak merasa malu jika belum melakukan khitan, sehingga ingin segera melakukannya. Hal inilah yang harus ditekan dalam keputusan untuk melakukan sirkumsisi. Karena pada dasarnya, sirkumsisi karena pengaruh lingkungan dan sirkumsisi karena telah mencapai usia yang disarankan, menghasilkan hasil yang sama sekali berbeda.

Metode-metode

Khitan atau sunat bisa dilakukan menggunakan berbagai metode yang berbeda. Banyaknya metode ini disebabkan oleh kemampuan ahli sunat yang terlibat pada masa itu. Metode yang akan dijelaskan disini mencakup 7 metode yang umum ;

Klasik atau Dorsumsisi

Metode ini sebenarnya sudah lama ditinggalkan, namun prakteknya masih dapat dilihat di sekitar pedesaan. Alat yang umumnya digunakan dalam metode ini adalah bambu yang telah ditajamkan, skalpel atau pisau bedah, dan silet. Peralatan yang akan dipakai ini sebelumnya disterilkan dengan alkohol tepat sebelum penggunaan. Tata cara yang umunya dilakukan oleh para ahli sunat dengan metode ini adalah:
  1. Membersihkan peralatan yang akan dipakai
  2. Mengukur atau memperkirakan panjang kulit yang akan dipotong, relatif terhadap ukuran penis
  3. Menarik bagian depan dari kulit dan meregangkannya dengan semacam penjepit
  4. Memotong kulit yang sudah diregangkan dengan sekali iris
  5. Mengaplikasikan obat anti-infeksi atau betadine
Bekas luka yang ditinggalkan dari metode ini tidak dijahit dan langsung dibalut (secara agak longgar tergantung kenyamanan) dengan kain kassa. Dengan cara sekali iris, metode ini memang menjadi metode tercepat dari semua metode yang ada.

Kovensional atau umum

Metode ini telah berevolusi dari metode sebelumnya, yaitu metode klasik. Pada metode ini, semua prosedur telah mengacu kepada aturan atau standar medis, sehingga meningkatkan keberhasilan sirkumsisi. Hal yang umumnya ada atau dilakukan saat melaksanakan metode ini adalah:
  1. Pembiusan lokal
  2. Penggunaan pisau bedah yang lebih akurat
  3. Tenaga medis yang professional
  4. Teknologi benang jahit yang bisa menyatu dengan jaringan disekitarnya, sehingga meniadakan keperluan untuk melepas benang jahit
Dengan adanya kelengkapan ini, kemungkinan terjadinya infeksi pasca operasi dapat diminimalkan sampai tidak ada infeksi.

Lonceng atau ikat

Metode ini pada dasarnya unik. Pada metode ini, tidak ada sama sekali pemotongan atau operasi, sehingga dimungkinkan sirkumsisi tanpa operasi dan tanpa rasa sakit. Namun, metode ini memerlukan waktu yang relatif lama, maksimal selama 2 minggu. Banyak kontroversi terjadi atas metode ini, karena kemungkinan terjadi infeksi tinggi sekali. Dibawah ini adalah proses sirkumsisi dengan metode lonceng:
  1. Seluruh bagian penis dibersihkan
  2. Bagian kulit yang akan dihilangkan diukur
  3. Kulit yang telah diukur kemudian diikat menggunakan seutas benang operasi
  4. Ikatan dibiarkan hingga menjadi nekrosis
  5. Nekrosis kemudian menjadi lunak sehingga mudah dilepaskan
  6. Proses sirkumsisi selesai dengan mengaplikasikan obat anti-infeksi
Dapat dilihat bahwa pada metode ini terdapat langkah nekrosis, dimana kulit menjadi mati karena tidak mendapat aliran darah sama sekali. Hal ini sangat dikecam dan dilarang di dunia kedokteran karena nekrosis mengandung bakteri yang mematikan, yaitu Clostridium perfringens.

Clamp atau Klamp

Metode ini memiliki banyak merek dagang terdaftar, namun, pada prinsipnya adalah kulit yang akan dihilangkan dijepit kemudia dipotong saat itu juga. Secara sekilas, proses penjepitan terlihat seperti metode lonceng, namun, sangat berbeda di tahap selanjutnya, yaitu pemotongan. Pada metode ini, penjepitan hanya dilakukan sebentar saja selama operasi berlangsung dan segera dilepas lalu penjepit kemudian langsung dibuang (sekali pakai) sehingga tidak terjadi nekrosis. Merek dagang yang umumnya dipromosikan adalah:
  1. Gomco
  2. Ismail Clamp
  3. Q-Tan
  4. Sunathrone Clamp
  5. Ali’s Clamp
  6. Tara Clamp
  7. Smart Clamp
Di Indonesia, 2 metode yang terkenal adalah Tara Clamp dan Smart Clamp
video smart clamp

Tara Clamp
Ditemukan dan dipatenkan oleh seorang professor, dr. Tara Gurcharan Singh pada awal tahun 1990, alat ini hampir seluruhnya terbuat dari plastik dan digunakan hanya sekali saja. Pada metode ini, kulit yang akan  dihilangkan dilebarkan, kemudian ditahan dengan Tara Clamp itu sendiri. Setelah 3-5 menit, kulit akan terlepas dengan sendirinya dikarenakan tekanan.  Walaupun metode ini menggunakan tekanan, nyatanya metode ini tidak menimbulkan rasa sakit, tanpa pendarahan, tanpa jahitan, dan bisa langsung melakukan aktivitas yang relatif ringan.

Electrocautery

Metode ini menggunakan tekhnik yang berbeda sekali dengan metode yang lainnya, dimana umumnya menggunakan pemotongan dengan pisau bedah atau alat lain, sementara metode ini menggunakan panas yang tinggi tetapi dalam waktu yang sangat singkat. Metode ini memiliki kelebihan dalam hal mengatur pendarahan, dimana umum terjadi pada anak berumur dibawah 8 tahun, yang dimana memiliki pembuluh darah yang kecil dan halus.

Flash Cutter

Metode ini merupakan pengembangan secara tidak langsung dari metode electrocautery yang dimana perbedaan mendasarnya adalah menggunakan sebilah logam yang sangat tipis dan diregangkan sehingga terlihat seperti benang logam. Logam tersebut kemudian dipanaskan sedikit menggunakan battery. Hal ini dimaksudkan untuk membunuh bakteri yang kemungkinan masih ada, dan juga untuk mempercepat pemotongan. Karena alat ini menggunakan battery, alat ini cenderung lebih mudah dibawa sehingga beberapa dokter yang memiliki alat ini bisa melakukan proses sirkumsisi dirumah pasien sampai selesai.

Laser Carbon Dioxide

Metode inilah yang menggunakan murni laser selama proses sirkumsisi. Metode ini adalah metode tercepat selain menggunakan metode klasik karena didukung oleh tekhnologi medis yang telah maju. Berikut ini adalah urutan proses sirkumsisi pada umumnya menggunakan laser:
  1. Pasien diberikan anethesi lokal disekitar pangkal penis
  2. Kulit yang akan dipotong kemudian diukur dan ditahan dengan menggunakan klem sekali pakai
  3. Laser kemudian disinarkan persis di klem tersebut
  4. Langsung setelah pemotongan selesai, klem dibuka, dan hasil sirkuksisi diberi obat anti-infeksi dan di perban
  5. Tim dokter juga menyarankan untuk diberikan sedikit jahitan agar hasil potongannya tidak terlalu terlihat setelah sembuh, dan juga untuk mencegah luka berpindah posisi.
Semua proses ini memakan waktu maksimal 15 menit jika tanpa hambatan. Pemotongannya sendiri memerlukan waktu kurang dari 1 menit karena laser yang digunakan. Metode ini bisanya disarankan dokter jika yang akan di sirkumsisi masih berusia dibawah 12 tahun. Namun, pada dasarnya, usia berapa saja diperbolehkan untuk menggunakan metode ini.

 video sunat


sumber;
 http://id.wikipedia.org/wiki/Sunat
  1. ^ Wrana, P. (1939). "Historical review: Circumcision". Archives of Pediatrics 56: 385–392. as quoted in: Zoske, Joseph (Winter 1998). "Male Circumcision: A Gender Perspective". Journal of Men’s Studies 6 (2): 189–208.
  2. ^ Gollaher, David L. (February 2000). Circumcision: a history of the world’s most controversial surgery. New York, NY: Basic Books. hlm. 53–72. ISBN 978-0-465-04397-2.
  3. ^ "Circumcision". American-Israeli Cooperative Enterprise. Diakses pada 3 Oktober 2006.
  4. ^ Beidelman, T. (1987). "CIRCUMCISION". di dalam Mircea Eliade. New York, NY: Macmillan Publishers. pp. 511–514. ISBN 978-0-02-909480-8. Diakses pada 3 Oktober 2006.
  5. ^ Ku, J.H. (2003). "Circumcision practice patterns in South Korea: community based survey". Sexually Transmitted Infections 79 (1): 65–67. doi:10.1136/sti.79.1.65. PMID 12576619. Diakses pada 3 Oktober 2006.
  6. ^ Lee, R.B. (2005). "Circumcision practice in the Philippines: community based study". Sexually Transmitted Infections 81 (1): 91. doi:10.1136/sti.2004.009993. PMID 15681733.
  7. ^ a b c "Report 10 of the Council on Scientific Affairs (I-99):Neonatal Circumcision". 1999 AMA Interim Meeting: Summaries and Recommendations of Council on Scientific Affairs Reports. American Medical Association. 1 Desember 1999. pp. 17.
  8. ^ Adler, R (Feb 2001). "Circumcision: we have heard from the experts; now let's hear from the parents". Pediatrics 107 (2): E20.
  9. ^ Milos, Marilyn F (1992). "Circumcision: A Medical or a Human Rights Issue?". Journal of Nurse-Midwifery 37 (2): 87S-96S.
  10. ^ Schoen, Edgar J. (September 1997). "Benefits of newborn circumcision: is Europe ignoring medical evidence?" (PDF). Archives of Disease in Childhood 77 (3): pp. 258–260. PMID 9370910. Diakses pada 13 Juni 2006.
  11. ^ Dewan, P.A. (August 1996). "Phimosis: Is circumcision necessary?". Journal of Paediatrics and Child Health 32 (4): 285–289. Diakses pada 14 Juni 2006.
  12. ^ "Artikel Berjudul: Sekilas Tentang Khitan (Bagi Pria dan Wanita)".

rumah sunat.com
youtube.com