Jumat, 31 Desember 2010

Apa itu Sperma Sehat ?








Apa itu Sperma Sehat ?


Menikah dan memiliki keturunan yang sehat barangkali menjadi dambaan sebagian besar pasutri di bumi pertiwi ini. Mengapa bumi pertiwi? Karena tidak setiap pasangan di belahan dunia ini menganut faham bahwa menikah dengan tujuan memiliki keturunan adalah harus.

Masalah memiliki keturunan tidak hanya meliputi kesehatan si calon ibu saja tetapi faktor calon bapak juga memainkan peranan yang sangat penting. Yang menjadi isu di sini adalah apakah sperma bapak cukup sehat untuk membuahi sel telur?

Entah kebetulan atau apa, kasus yang banyak penulis jumpai akhir-akhir ini masalah pasangan ingin punya anak, kebanyakan bersumber dari pihak laki-laki. Entah oligospermia, azoospermia, motilitas rendah dsb.

Kuantitas dan kualitas sperma memang sangat variatif antara satu pria dengan yang lainnya, yang mana hal ini dapat dipengaruhi banyak hal. Beberapa bisa kita atasi beberapa tidak.

Apa Itu Sperma?
Sperma dibuat di testikel dalam skrotum di antara penis . Yang tidak kalah penting dari sperma adalah Semen, yaitu cairan yang memelihara dan membawa sperma.

Apa yang perlu diperhatikan?
Untuk dapat mencapai tujuannya (yaitu pembuahan) terdapat 3 hal yang perlu diperhatikan, yaitu: kuantitas, kualitas dan motilitas sperma.

  • Kuantitas menyangkut kesuburan yaitu tersedianya 20 juta sperma per mm semen.
  • Kualitas meliputi bentuk dan struktur atau mofologi. Paling tidak sepertiga sperma memiliki bentuk dan stuktur yang normal.
  • Motilitas meliputi kecepatan sperma mencapai target. Paling tidak setengah jumlah sperma dapat bergerak dapat dikatakan subur.

Bagaimana Mendapatkan Sperma yang Sehat?
Berikut ini tips untuk mendapatkan sperma yang sehat:

  • Konsumsi multivitamin yang mengandung antioksidan seperti vitamin C dan E yang dapat melindungi kerusakan sperma. Penambahan selenium, zinc dan folic acid dapat membantu mengoptimalkan produksi dan fungsi sperma.
  • Kurangi stress. Beberapa riset menunjukkan bahwa stress mempengaruhi hormon tertentu yang berperan dalam pembentukan sperma.
  • Olahraga teratur. Selain bermanfaat untuk kesehatan tubuh, olehraga juga memiliki pengaruh yang positif terhadap kesehatan reproduksi. Namun Olahraga berlebihan tidak disarankan karena menimbulkan perubahan sementara pada hormon yang berakibat pada penurunan kualitas sperma.
  • Kontrol berat badan. Kurang atau kelebihan lemak akan mempengaruhi hormon reproduksi sehingga dapat menurunkan jumlah sperma.

Faktor Apa yang Membahayakan Sperma?
Karena dalam keadaan yang paling baikpun hanya 50-70% sperma yang mampu membuahi sel telur, berikut keadaan- keadaan yang perlu diperhatikan agar untuk menjaga kesuburan:

  • Hati-hati bahaya racun. Termasuk di dalamnya perlengkapan rumah tangga yang tidak food grade, pestisida, lingkungan yang terkontaminasi logam berat dsb.
  • Jauhi rokok. Sperma pria perokok bergerak lebih lambat daripada pria bukan perokok.
  • Batasi alcohol karena dapat menurunkan kualitas dan kuantitas sperma.
  • Jauhi narkoba karena dapat menurunkan densitas dan motilitas sperma, di samping meningkatkan sperma abnormal.
  • Hindari sauna atau mandi berendam di bak panas. Berendam 30 menit lebih di air bersuhu 40 C atau lebih dapat menurunkan jumlah sperma.
  • Jaga daerah pribadi anda tetap sejuk. Peningkatan suhu di wilayah skrotum dapat mengganggu produksi sperma.
  • Hindari pelumas selama hubungan pasutri.
  • Penting! Bagi pria yang dalam perawatan seperti diabetes, darah tinggi, asam urat, kemoterapi, konsultasikan dengan dokter mengenai perawatan tersebut dengan masalah fertilitas).


Mitos Seputar Sperma

  • Flu dapat mempengaruhi kesuburan. Benar bahwa penyakit yang menyebabkan demam mempengaruhi produksi dan kualitas sperma tetapi tidak mempengaruhi fertilitas dalam 2 sampai 3 bulan.
  • Bersepeda merusak sistem reproduksi. Tidak sedramatis itu, tetapi bila dikaitkan dengan suhu skrotum, bersepeda lebih dari 30 menit akan meningkatkan suhu skrotum dan mempengaruhi produksi sperma lebih lagi penggunaan celana bersepeda yang ketat.

Gaya hidup sehat, hindari hal-hal yang mempengaruhi fertilitas tentunya akan meningkatkan probabilitas keberhasilan upaya mendapatkan anak. Konsultasikan ke dokter untuk analisa sperma. Demikian pula untuk kesehatan reproduksi calon ibu. Good Luck !!

Dihimpun dan diterjemahkan dari beberapa sumber.
Sumber : http://www.ajihoesodo.com/index.php?option=com_content&task=view&id=70&Itemid=45

Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan Bidan di Luar Negeri


Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan Bidan di Luar Negeri


1. Perkembangan Pelayanan Kebidanan di Luar Negeri
a. Sebelum abad 20 (1700-1900)
William Smellie dari Scotlandia (1677-1673) mengembangkan forceps dengan kurva pelvik seperti kurva shepalik. Dia memperkenalkan cara pengukuran konjungata diagonalis dalam pelvi metri. Menggambarkan metodnya tentang persalinan lahirnya kepala pada presentasi bokong dan penganangan resusitasi bayi aspiksi dengan pemompaan paru-paru melalui sebuah metal kateler. Ignoz Phillip semmelweis, seorang dokter dari Hungaria (1818 – 1865) pengenalan Semmelweiss tentang cuci tangan yang bersih mengacu pada pengendalian sepsis puerperium. James Young simpson dair Edenburgh, scotlandia (1811-1870) memperkenalkan dan menggunakan arastesi umum, tahun 1807, Ergot sejenis cendawan yang tumbuh pada sejenis gandung hitam, diketahui efektif dalam mengatasi pendarahan postpartum. Hal ini merupakan permulaan pengguguran. Tahun 1824 Jamess Blundell dari Inggris yang menjadi orang pertama yang berhasil menangani perdarahan postpartum dengan menggunakan transfusi darah. Jean lubumean dari Perancis (orang kepercayaan Rene Laenec, penemu Stetoskop pada tahun 1819) pertama kali mendengar bunyi jantung janin dengan stetoskop pada tahun 1819) pertama kali mendengar bunyi jantung janin dengan stetoskop pada tahun 1920. Jhon Charles Weaven dari Inggris (1811 – 1859) adalah. Pada tahun 1843, pertama yang yang melakukan test urine pada wanita hamil untuk pemeriksaan dan menghubungkan kehadirannya dengan eklamsia.
Adolf Pinard dari Prancis (1844-1934) pada tahun 1878, mengumumkan kerjanya pada palpasi abdominal Carl Crede dari Jerman (1819 – 1892) menggambarkan metodanya stimulasi urine yang lembut dan lentur untuk mengeluarkan placenta Juduig Badl, dokter obstetri dari Jerman (1842-1992), pada tahun 1875, menggambarkan lingkaran retraksi yang pasti muncul pada pertemuan segment atas rahim dan segmen bawah rahim dalam persalinan macet/sulit. Daunce dari Bordeauz. Pada tahun 1857, memperkenalkan pengguran inkubator dalam perawatan bayi prematur.

b. Abad 20
Postnatal care sejak munculnya hospitalisasi untuk persalinan telah berubah dari perpanjangan masa rawatan sampai 10 hari, ke trend “Modern” ambulasi diri. Yang pada kenyataannya, suatu pengembalian pada “cara yang lebih alami”. Selama beberapa tahun, pemisahan ibu dan bayi merupakan praktek yang dapat diterima di banyak rumah sakit, dan alat menyusui bayi buatan menjadi dapat diterima, dan bahkan oleh norma! Bagaimanapun, alami sekali lagi “membuktikan dirinya “rooing-in” dipraktekan dan menyusui dipromosikan menyusui disemua rumah sakit yang sudah mendapat penerangan. Perkembangan teknologi yang cepat telah monitoring anthepartum dan intrapartum yang tepat menjadi mungkin dengan pengguraan ultrasonografi dan cardiotocografi, dan telah merubah prognosis bagi bayi prematur secara dramatis ketika dirawat di neonatal intersive acara urits, hal ini juga memungkinkan perkembangan yang menakjubkan.
2. Pelayanan dan Pendidikan di Beberapa Negara
Pelayanan Bidan di Afrika Selatan
Perusakan Hindia Belanda timur yang membentuk tempat makanan dan minuman di semenanjung. Mempunyai prakiran-prakiraan yang menyakir praktek para bidan yang dapat diterpkan di semenannjung tersebut. Tapi mereka tidak menunjuk bidan pemerintah atau bidany ang sudah diangkat sumpah selama beberapa tahun peraturan-peraturan tersebut menetapkan bahwa para bidan harus diuji dan dan diberi lisensi/izin, dan mereka harus memanggil pertolongan medis bila ada indikasi. Saat penempatan dipeluas, wanita di desa khususnya harus ditolong oleh wanita yang lebih tua belum dilathi dari masyarakat. Bidan pemerintah memperoleh penghargaan yang tinggi salah satu dari mereka. Alkta Kaisters, ditunjuk pada tahun 1687 sebagai kepala keperawatan di rumah sakit persahaan, dan menjadi bidan pertama yang melaksanakan tugas-tugas perawatan umum sebagaimana tugas-tugas kebidanan. Pelayanan kebidanan pertama diberikan sekaligus oleh pagawi pemerintah dan bidan swasta dilebih banyak wilayah berkembang, sementara masyarakat pedesaan dilayani oleh wanita penuh baya yang belum terlatih dengan pengalaman kebidanan “outansi” yang seringkali melaksanakan perawatan umum dan bahkan pelayanan untuk hewan peliharaan juga dalam beberapa hal/keadaan. Situasi itu masih berlaku. Terlihat dimana terdapat sedikit perkembangan dalam pelayanan dan pelatihan kebidanan sampai awal abad ke 19 dibawah pemerintahan Batavia yang mengambil alih semenanjung dari perusahan Hindia-Belanda timur yang bubar, seorang dokter bedah bernama Dr Leishing mereka mendasikan dimana telah didirikan sebuah sekolah kebidanan ini untuk mengganikan sistem magang perusahaan dan terjadi sebelum pendudukan British kedua di semenanjung tersebut. Komite Medis tertinggi meninjau kembali lisensi dokter, bidan dan apoteker dan menemukan bahwa enam bidan yang sudah mempunyai lisensi tidak memenuhi kriteria mereka. Ide pendirian sekolah kebidanan baru terlaksana pada tahun 1808, saat seirang dokter bedah dari pemerintah batavia terdahulu. Dr Johann Hunrich frederich carel leopold wehr, mengajukan permohonan oada guberbur semenanjung untuk mendirikan sekolah seperti itu. Dr Wehr sangat tertarik pada kebidanan, dan dia mengungkapkan perhatian yang besar pada kurangnya bidan yang berkualitas bagi Cape town dan daerah-daerahnya, dan standart asuhan kebidanan yang jelek yang di berikan oleh orang-orang yang tidak mempunyai lisensi/izin. Dia ditunjuk sebagai Accoucher kolonial dengan wewenang untuk melatih sejumlah besar bidan untuk melayani masyarakat. Dia akan membantu para bidan yang bekerja diantara orang miskin, tanpa bayarannya, tapi dia meminta gaji yang sesuai untuk mengimbangi pelayanannya di sana. Gubernur Earl of caledon menyetujuai pendirian sekolah tersebut pada tanggal 1 November 1810, dan Dr Wehr ditunjuk sebagai instruktur kolonial kebidanan. Dengan demikian, lahirlah sekolah profesional pertama dari jurusannya di Afrika selatan, dan pelatihan para bidan di mulai pada tahun 1811. Tujuh kandidat yang menyelesaikan pelatihan tersbeut dan terkualifikasi pada tahun 1813 merupakan profesional pertama yang terlatih dan terkualifikasi di Afrika Selatan. Kode etik yang diikrarkan dipegang rteguh saat mereka melakukan “Sumpah Jabatan” yang mencakup banyak elemen yang terwujud dalam kode etik/sikap saat ini. Kode ini meliputi persyaratan untuk ; prilaku pribadi/perorangan, hubungan dengan bidan yang lain, dengan dokter dan utusan agama, rahasia profesi, dan meminta bantuan medis jika diperlukan. Dua awal penting dalam sejarah kebidanan di Afrika Selatan terjkadi selama periode ini. Kiira-kira pada tahun 1809. Seorang utusan medis dari Misionary Society London, Dr. Van der kemp, menulis sebuah buku saku tentang kebidanan bagi pembantunya. Tampaknya ini merupakan buku kebidanan pertama yang ditulis di Afrika Selatan. Pada tahun 1816, operasi seksio caesarea pertama dilakukan pada isteri Mr. Thomas Munnik oleh Dr. James Barry. Anak tersebut diberi nama James Barry Munnik. Permulaan dan Pelatihan Modern Saudari Henrietha Stockdale. Tahap penting berikutnya dalam perkembangan pelatihan kebidanan digembor-gemborkan oleh kedatangan saudari Henrichtta stockdate di Afrika selatan, yang pada tahun 1867 dikirim oleh komunitasnya ke rumah sakit Carnarvon di Kimberly. Disini Dr James Prince, seorang dokter kanada, memutuskan untuk menyusun pelayanan kebidanan daerah dengan bantuan bidan Ella Ruth terdaftar sebagai perawat umum pada tahun 1919 dan sebagai seorang bidan pada tahun 1920, sehingga menjadi wanita kulit berwarna pertama yang memiliki kualifikasi ganda. Pelatihan kebidanan bagi orang kulit hitam dimulai sesudahnya, dan pada tahun 1927. dirumah sakit Mc card zulu di Duban, Beatrice Msimang menjadi wanita kulit hitam pertama yang menjadi perawat dan bidan yang terdaftar. Perkembangan-perkembangan pada tahun 20. Usia yang diizinkan masuk. Sebulum ada peraturan-peraturan dewan Medis Afrika Selatan, tidak ada penentuan batas usia. Beberapa sekolah menetapkan bahwa para siswa harus berusia 24-50 tahun, sekolah yang lain menetapkan 21-45 tahun. Semua sekolah mewajibkan orang yang sudah dewasa. Kebidanan bulan merupakan profesi yang diinginkan bagi gadis-gadis yang belum menikah. Kemudian, siswa perawat dan siswa bidan tidak diizinkan untuk menikah dan siapapun yang memnutuskan untuk menikah harus berhenti dari pelatihan. Pada tahun 1960-an, peraturan-peraturan tersebut diperlonggar, dan wanita yang sudah menikah diizinkan untuk melanjutkan pelatiha tahun 1923, sertifikat standar enam telah dapat diterima, kemudian muncul standart tujuh pada tahun 1929, kemudian standart delapan pada tahun 1949 dan pada tahun 1960, standart sepuluh merupakan standart pendidikan minimal yang diwajibkan.
n keperawatan dan kebidanan.
Pendidikan bidan di Afrika Selatan
Pada tahun 1923, sertifikat standar enam telah dapat diterima, kemudian muncul standart tujuh pada tahun 1929, kemudian standart delapan pada tahun 1949 dan pada tahun 1960, standart sepuluh merupakan standart pendidikan minimal yang diwajibkan. Silabus dan lamanya pelatihan. Pelatihan kebidanan ditetapkan oleh empat Dewan Medis (Neogara bagain Cape, natal, transual dan orange free) setelah dimulai di Cape pada tahun 1892, dan siswa harus menolong minimal 12 persalinan dan merawat 12 wanita pada masa puerperium. Pelatihan dilakukan dilapangan dan diruang perawatan rumah sakit kalau tersedia/ada. Sebagian besar pusat pelatihan merasa bahwa masa pelatihan terlalu pendek, dan pada tahun 1917, Asosiasi Perawat terlatih Afrika Selatan juga mengungkapkan ketidakpuasannya dengan kurangnya fasilitas. Sekolah pelatihan terlalu sedikit, dan kurangnya bed yang tersedia bagi pasien kebidanan. Asosiasi ini merekomendasikan : ketentuan rumah sakit kebidanan yang disubsidi oleh pemerintah yang lebih banyak untuk digunakan sebagai sekolah pelatihan; dimana pelatihan harus diperpenjang sampai minimal selama 6 bulan; dan dimana ketentuan tersebut harus meliputi pelatihan teorituis dan praktek di lapangan dan di ruang perawatan. Pada tahun 1919, sekolah perawatan kebidanan didirikan di bekas rumah Pal Kruger, dimana masa pelatihan 12 bulan jika siswanya belum menjadi perawat yang terdaftar. Dewan perawatan Afrika Selatan mengambil kembali pelatihan kebidanan pada tahun 1945, dan pada tahun 1949, masa pengajaran lebih lanjut meningkat menjadi 18 bulan bagi perawat yang belum terdaftar, dan 9 bulan bagi perawat uang sudah terdaftar. Pada tahun 1960, masa tersebut menjadi 24 bulan dan 12 bulan berturut-turut. Diwajibkan menolong persalinan sebanyak 30 persalinan dan 30 asuhan postnatal. Perawat yang belum terdaftar mengikuti ujian awal umum dengan siswa keperawatan umum. Sekarang ini, dan kadang-kadang secara kontroversi, pengajaran kebidanan termasuk dalam pengajaran selama 4 tahun, yang menuntun pada registrasi bagi seorang perawat (umum, psikiatrik dan komunitas) dan sebagai seorang bidan. Pada tahun 1977, laki-laki diizinkan mengikuti pengajaran kebidanan untuk pertama kalinya di Afrika Selatan. Bidan yang sudah terdaftar juga bisa melanjutkan ke Diploma dalam kebidanan dan /atau ke ilmu perawatan neonatal intensive, Pelatihan ADM diadakan di Rumah Sakit Mowbray pada tahun 1976, dan peraturan-p-eraturan bagi pelatihan diumumkan oleh Dewan perawatan Afrika Selatan pada bulan Agustus 1979. Kebidanan sebagai jurusan Kuliah di tingkat Universitas dapat diperoleh pada tingkat Doktor.


Pelayanan Bidan di Amerika
Di Amerika, para bidan berperan seperti dokter, berpengalaman tanpa pendidikan yang spesifik, standart-standart, atau peraturan-peraturan sampai pada awal abad ke 20. Kebidanan, sementara itu dianggap menjadi tidak diakui dalam sebagian besar yuridiksi (hukum-hukum) dengan istiklah “nenek tua” kebidanan akhirnya padam, profesi bidan hampir mati. Sekitar tahun 1700, para ahli sejarah memprediksikan bahwa angka kematian ibu di AS sebanyak 95%. Salah satu alasan kenapa dokter banyak terlibat dalam persalinan adalah untuk menghilangkan praktek sihir yang mash ada pada saat itu. Dokter memegang kendali dan banyak memberikan obat-obatan tetapi tidak mengindahkan aspek spiritual. Sehingga wnaita yang menjalani persalinan selalu dihinggapi perasaan takut terhadap kematian. Walaupun statistik terperinci tidak menunjukkan bahwa pasien-pasien bidan mungkin tidak sebanyak dari pada pasien dokter untuk kematian demam nifas atau infeksi puerperalis, sebagian besar penting karena kesakitan maternal dan kematian saat itu. Tahun 1765 pendidikan formal untuk bidan mulai dibuka pada akhir abad ke 18 banyak kalangan medis yang berpendapat bahwa secara emosi dan intelektual wanita tidak dapat belajar dan menerapkan metode obstetric. Pendapat ini digunakan untuk menjatuhkan profesi bidan, sehingga bidan tidak mempunyai pendukung, uang tidak terorganisir dan tidak dianggap profesional. Pada pertengahan abad antara tahun 1770 dan 1820, para wanita golongan atas di kota-kota di Amerika, mulai meminta bantuan “para bidan pria” atau para dokter. Sejak awal 1990 setengah persalinan di AS ditangani oleh dokter, bidan hanya menangani persalinan wanita yang tidak mampu membayar dokter. Dengan berubahnya kondisi kehidupan di kora, persepsi-persepsi bartu para wanita dan kemajuan dalam ilmu kedokteran, kelahiran menjadi semakin meningkat dipandang sebagai satu masalah medis sehingga di kelola oleh dokter. Tahun 1915 dokter Joseph de lee mengatakan bahwa kelahiran bayi adalah proses patologis dan bidan tidak mempunyai peran di dalamnya, dan diberlakukannya protap pertolongan persalinan di AS yaitu : memberikan sedatif pada awal inpartu, membiarkan serviks berdilatasi memberikan ether pada kala dua, melakukan episiotomi, melahirkan bayi dengan forcep elstraksi plasenta, memberikan uteronika serta menjahit episiotomi. Akibat protap tersebut kematian ibu mencapai angka 600-700 kematian per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1900-1930, dan sebanyak 30-50% wanita melahirkan di rumah sakit. Dokter Grantly Dicke meluncurkan buku tentang persalinan alamiah. Hal ini membuat para spesialis obstetric berusaha meningkatkan peran tenaga diluar medis, termasuk bidan.
Pada waktu yang sama karena pelatihan para medis yang terbatas bagi para pria, para wanita kehilangan posisinya sebagai pembantu pada persalinan, dan suatu peristiwa yang dilaksanakan secara tradisional oleh suatu komunitas wanita menjadi sebuah pengalaman utama oleh seorang wanita dan dokternya. Tahun 1955 American College of Nurse – Midwives (ACNM) dibuka. Pada tahun 1971 seorang bidan di Tennesse mulai menolong persalinan secara mandiri di institusi kesehatan. Pada tahun 1979 badan pengawasan obat Amerika mengatakan bahwa ibu bersalin yang menerima anasthesi dalam dosisi tinggi telah melahirkan anak-anak melahirkan anak-anak yang mengalami kemunduran perkembangan psikomotor. Pernyataan ini membuat masyarakat tertarik pada proses persalinan alamiah, persalinan di rumah dan memacu peran bidan. Pada era 1980-an ACNM membuat pedoman alternatif lain dalam homebirth. Pada tahun yang sama dibuat legalisasi tentang opraktek profesional bidan, sehingga membuat bidan menjadi sebuah profesi dengan lahan praktek yang spesifik dan membutuhkan organisasi yang mengatur profesi tersebut. Pada tahun 1982 MANA (Midwive Alliance Of North America) di bentuk untuk meningkatkan komunikiasi antar bidan serta membuat peraturan sebagai dasar kompetensi untuk melindungi bidan. DI beberapa negara seperti Arizona, bidan mempunyai tugas khusus yuaitu melahirkan bayi untuk perawatan selanjutnya seperti merawat bayi, memberi injeksi bukan lagi tugas bidan, dia hanya melakukan jika diperlukan namun jarang terjadi. Bidan menangani 1,1% persalinan di tahun 1980 : 5,5% di tahun 1994. Angka sectio caesaria menurun dari 25% (1988) menjadi 21% (1995). Penggunaan forcep menurun dari 5,5% (1989) menjadi 3,8% (1994). Dunia kebidanan berkembang saat ini sesuai peningkatan permintaan untuk itu profesi kebidanan tidak mempunyai latihan formal, sehingga ada beberapa tingkatan kemampuan, walaupun begitu mereka berusaha agar menjadi lebih dipercaya, banyak membaca dan pendekatan tradisional dan mengurangi teknik invasif untuk pertolongan seperti penyembuhan tradisional.
Hambatan-hambatan yang dirasakan oleh bidan Amerika Serikat saat ini antara lain:
• Walaupun ada banyak undang-undang baru, direct entry midwives masih dianggap iolegal dibeberapa negara bagian.
• Lisensi praktek berbeda tiap negara bagian, tidak ada standart nasional sehingga tidak ada definisi yang jelas tentang bidan sebagai seseorang yang telah terdidik dan memiliki standart kompetensi yang sama.
Sedikit sekali data yang akurat tentang direct entry midwives dan jumlah data persalinan yang mereka tangani.
• Kritik tajam dari profesi medis kepada diret entry midwives ditambah dengan isolasi dari system pelayanan kesehatan pokok telah mempersulit sebagian besar dari mereka untuk memperoleh dukungan medis yang adekuat bila terjadi keadaan gawat darurat. Pendidikan kebidanan biasanya berbentuk praktek lapangan, sampai saat ini mereka bisa menangani persalinan dengan pengalaman sebagai bidan. Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan selam 4 tahun dan praktek lapangan selama 2 tahun, yang mana biaya yang sangat mahal. Kebidanan memiliki sebuah organisasi untuk membentuk standart, menyediakan sertifikat dan membuat ijin praktek. Saat ini AS merupakan negara yang menyediakan perawatan maternitas termahal di dunia, tetapi sekaligus merupakan negara industri yang paling buruk dalam hasil perawatan natal di negara-negara industri lainnya.

Pelayanan Bidan di Australia
Florence Nightingale adalah pelopor kebidanan dan keperawatan yang dimulai dengan tradisi dan latihan-latihan pada abad 19. Tahun 1824 kebidanan masih belum di kenal sebagai bagian dari pendidikan medis di Inggris dan Australia dimulai pada tahun 1862. Lulusan itu dibekali dengan pengethuan teori dan praktek. Pendidikan Diploma Kebidanan dimulai tahun 1893, dan sejak tahun 1899 hanya bidan sekaligus perawat yang terlatih yang boleh bekerja di rumah sakit. Sebagian besar wanita yang melahirkan tidak dirawat dengan selayaknya oleh masyarakat. Ketidakseimbangan seksual dan moral di Australia telah membuat prostitusi berkembang dengan cepat. Hal ini menyebabkan banyak wanita hamil di luar nikah dan jarang mereka dapat memperoleh pelayanan dari bidan atau dokter karena pengaruh social mereka atau pada komunitas tyang terbatas, meskipun demikian di Australi bidan tidak bekerja sebagai perawat, mereka bekerja sebagaimana layaknya seorang bidan. Pendapat bahwa seseorang bidan haru reflek menjadi seorang perawat dan program pendidikan serta prakteknya banyak di buka di beberapa tempat dan umumnya dibuka atau disediakan oleh Non Bidan.
Pendidikan bidan di Australia
Kebidanan di Australia telah mengalami perkembangan yang mengalami pesat sejak 10 tahun terakhir. Dasar pendidikan telah berubah dari traditional hospital base programme menjadi tertiary course of studies menyesuaikan kebutuhan pel;ayanan dari masyarakat. Tidak semua institusi pendidikan kebidanan di Australi telah melaksanakan perubahan ini, beberapa masih menggunakan proram pendidikan yang berorientasi pada rumah sakit. Kurikulum pendidikan disusun oleh staf akademik berdasarkan pada keahlian dan pengalaman mereka di lapangan kebidanan. Kekurangan yang dapat dilihat dari pendidikan kebidanan di Australia hampir sama dengan pelaksanaan pendidikan bidan di Indonesia. Belum ada persamaan persepsi mengenai pengimplementasian kurikulum pada masing-masing institusi, sehingga lulusan bidan mempunyai kompetensi klinik yang berbeda tergantung pada institusi pendidikannya. Hal ini ditambah dengan kurangnya kebijaksanaan formal dan tidak adanya standar nasional menurut National Review of Nurse Education 1994, tidak ada direct entry. Pada tahun 1913 sebanyak 30% persalinan ditolong oleh bidan. Meskipun ada peningkatan jumlah dokter yang menangani persalinan antara tahun 1900 sampai 1940, tidak ada penurunan yang berarti pada angka kematian ibu dan bidanlah yang selalu disalahkan akan hal itu. Kenyataannya wanita jelas menengah ke atas yang ditangani oleh dokter dalam persalinannya mempunyai resiko infeksi yang lebih besar daripada wanita miskin yang ditangani oleh Bidan.
Masalah Profesional
Tugas pertama yang sulit adalah meneliti kembali nama bidan itu sendiri, itu tidak sama dengan ketika latihan dalam praktek kebidanan. Bidan sangat penting di pelayanan kesehatan sejak Perang Dunia II dan proporsi yang besar di rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan utnuk daerah sekitar rumah sakit tersebut. Peningkatan rumah sakit dan persatuan perawat dan peningkatan ahli kebidanan yang lebih menekankan pada teknologi menyebabkan mundurnya kebidanan. Tapi situasi itu berakhir pada saat Amerika Utara menilai kepemimpinan perawat dan kepemimpinan bidan yang memutuskan bahwa bidan berhak mendapat penghargaan pertama dan penghargaan kedua diberikan kepada keperawatan. Penghargaan itu sangat penting untuk peningkatan profesi kebidanan. Kita tahu di beberapa negara mengkombinasikan keperawatan dan kebidanan dalam seorang tenaga kesehatan, hal itu terjadi di pulau kecil dan pelatihan klinik sekarang semakin baik menuju standar internasional sedikit lebih baik daripada masa yang lalu. Pengembangan Profesi Bidan
Pemerintah melihat adanya peningkatan kebidanan dengan pemberian asuhan yang bermanfaat. Shearman Report (NSWI, 1989) telah menemukan cara awal untuk mengatur strategi perawatan yang berkesinambungan. Having a baby in Victoria (Depkes Viktoria, 1990) melaporkan sebuah revie pelayanan kesehatan di Viktoria yang dibutuhkan pada orientasi pelayanan kesehatan pada wanita dan keluarga. Maksudnya pemeliharaan kesehatan yang lebih baiki. “Perawatan efektif pada kelahiran” CNH dan MRC, 1996 menyimpulkan bahwa perawatan yang berkesinambungan akan menjadi tujuan perawatan kesehatan ibu.

Sumber : http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/05/tugas-kuliah-profil-perkembangan.html

Waspadai Gangguan Mata Pada Anak





"Waspadai Gangguan Mata Pada Anak


Bisakah bayi kena katarak? Kenapa bayi belekan? Ternyata, banyak hal yang harus diketahui tentang mata bayi dan anak. Bahkan, kelahiran prematur pun, bisa menyebabkan rusaknya retina yang berujung kebutaan.

Jangan salah, gangguan mata pada anak ternyata bisa terjadi sejak ia dalam kandungan! Wanita hamil (terutama yang usia kandungannya masih muda) yang menderita Rubella alias campak Jerman, atau virus lain, dapat melahirkan bayi berkatarak. Apa tandanya? "Sejak lahir, lensa matanya keruh dan putih," jelas Dr. Abdul Manan Ginting, Sp.M, spesialis mata dari Jakarta Eye Center.

Tak ada jalan lain, sebelum usia 3 bulan, anak harus dioperasi agar retina tetap bisa berkembang bagus. "Sebelum 3 bulan, kan, kita sudah bisa tahu jantung dan perkembangan otaknya bagus. Kalau setelah itu, meski katarak dibuang, lensanya diganti baru, dan ukurannya jadi nol, tetap kurang karena retina tidak berkembang," papar Ginting sambil menambahkan, bayi yang lahir tidak selalu punya penglihatan normal.

Memasuki usia 3 bulan hingga 2 tahun, penglihatan bayi berkembang pesat. "Pada anak-anak dengan intelegensia cukup, usia 2 tahun kemampuan melihatnya sudah mendekati 100 persen. Itu sebabnya, operasi katarak sebaiknya tidak dilakukan lebih dari usia 3 bulan," saran Ginting.

Selain Rubella, wanita hamil penderita toksoplasma juga bisa melahirkan anak dengan beberapa masalah. Selain kelainan otak dan otot, juga mata. Antara lain, infeksi di retina sehingga anak lahir dengan penglihatan yang sangat buruk. Kendati diobati pun, karena retinanya telanjur rusak, penglihatannya tidak akan pulih lagi.


SAAT PERSALINAN

Gangguan saat persalinan juga perlu diwaspadai. Soalnya, bisa saja bayi keluar lewat vagina dengan kondisi mata terinfeksi. Umumnya terjadi pada bayi yang ibunya menderita penyakit kelamin gonorrhea (GO).

Masalahnya, kata Ginting, GO sangat mudah tumbuh di mata. Hari kedua setelah lahir, kedua mata si bayi akan bernanah cukup banyak. "Kalau dibiarkan, bisa buta dalam waktu 2 ­ 3 minggu," ujarnya sambil menambahkan, biasanya di rumah sakit yang bagus, mata semua bayi yang lahir langsung ditetesi antibakteri

Herpes juga merupakan penyakit yang bisa ditularkan sang ibu pada anak saat persalinan normal. Bila saat pemeriksaan diketahui di daerah kelamin sang calon ibu terdapat tanda-tanda infeksi herpes, dokter bisa memberi pengobatan. "Dengan catatan, waktu persalinan masih lama. Kalau sudah parah, terpaksa persalinan dilakukan dengan tindakan operatif tanpa melalui vagina," papar dokter yang juga Ketua Bank Mata Indonesia ini.

BAYI PREMATUR

Yang juga berisiko tinggi kena penyakit mata adalah bayi yang lahir prematur. Apalagi bila bobotnya kurang dari 1 kg. Saat dimasukkan ke dalam inkubator, bayi prematur akan mendapatkan oksigen lebih banyak dari biasanya. Nah, kelebihan oksigen inilah yang bisa menyebabkan retina bayi rusak (retinapathy of prematurity alias kerusakan retina yang disebabkan prematur)

"Itu sebabnya, anak yang lahir prematur harus diperiksa retinanya sehingga bila ada tanda kelainan atau muncul jaringan baru di retina karena oksigen, bisa dilakukan penembakan sinar laser agar jaringan mati dan si anak terselamatkan dari kebutaan," papar Ginting.

Yang pertama kali harus dilakukan setelah anak selesai diinkubator adalah membawanya ke dokter mata yang mempunyai fasilitas cukup lengkap untuk pemeriksaan retina.

KOK, BELEKAN?

Belek merupakan kumpulan sel radang dari sel darah putih dengan cairan yang dihasilkan oleh bagian luar bola mata. Pada anak belek, bisa dipastikan terjadi radang. Biasanya disebabkan infeksi jamur atau virus, tapi kebanyakan bakteri. "Belek banyak terjadi pada bayi yang menderita GO. Namun, belek juga bisa terjadi pada anak yang saluran air mata ke hidungnya mampet." Air mata tertahan di dalam kantong dekat hidung sehingga genangan air menimbulkan infeksi. Nanah pun keluar sebagai belek.

Belek bisa disembuhkan dengan pijatan di pangkal hidung dan tetesan antibiotika sampai batas waktu tertentu. "Salep bisa diberikan dan menempel lebih lama, tapi mengganggu pemandangan. Lagipula, obat tetes lebih efektif, meski pemakaiannya lebih sering," tutur Ginting.

HATI-HATI JULING

Bagaimana mengetahui bayi yang baru lahir bisa melihat? "Berikan cahaya pada matanya," saran Ginting. Pada anak dengan mata normal, otomatis mata akan mengedip. Bisa juga melihat pupilnya. "Kalau kedua pupil mengecil saat melihat cahaya, berarti si kecil bisa melihat. Sebaliknya, bila diberi cahaya kedua matanya tidak bereaksi dan pupil tetap lebar, kemungkinan dia tak bisa melihat."

Berikutnya, perhatikan warna pupil, hitam atau tidak. Pupil yang berwarna putih biasanya disebut cat eye (mata kucing). "Penyebabnya bisa macam-macam, salah satunya katarak. Kalau penyebabnya katarak, putihnya hanya ada di tengah," ujar Ginting.

Cat eye juga bisa disebabkan tumor yang biasa disebut retinoblastoma yaitu tumor ganas yang berasal dari sel-sel serabut retina muda. Sel ganas ini akan menjadikan retina berwarna putih. Bila dibiarkan, mata akan menjadi sangat besar dan membahayakan jiwa. Dokter bisa membedakan penyebab cat eye. "Kalau penyebabnya katarak, bisa segera dioperasi. Kalau retinoblastoma stadium dini, bisa dihancurkan dengan laser. Tapi kalau sudah stadium tinggi dan dikhawatirkan menyebar, mata terpaksa diangkat."

Bila pupil hitam, perhatikan apakah hitamnya normal atau lebih besar. Kalau semua hitamnya tersembunyi di bawah kelopak mata, berarti hitamnya lebih besar dari ukuran normal. "Berarti ia menderita glukoma kongenital. Biasanya, tidak ada tindakan lain untuk memperbaiki kecuali operasi membuat kanal baru, sehingga tekanan matanya tidak lagi tinggi," ujar Ginting.

Sementara untuk memastikan posisi kedua mata si kecil dalam keadaan normal, lihat saja apakah kedua matanya melihat lurus ke depan. "Yang paling ideal adalah menyenterkan cahaya ke hidung. Flek cahaya yang ada di mata bisa jadi petunjuk. Bila flek lampu di kedua mata berada di tengah, berarti keduanya normal. Namun, bila salah satu fleknya di pinggir, mata tersebut tidak normal."

Mata seperti ini disebut cross eye atau juling. "Segera periksa. Kalau terlambat, bisa menjadi mata malas (ambliopia). Supaya tidak timbul ambliopia, mata tersebut harus diluruskan."

WORTEL TAK SELALU BAGUS

"Ayo, makan wortel biar matanya sehat!" Begitu, kan, nasihat kita pada si kecil? Padahal, seperti dijelaskan Ginting, wortel tak selalu bagus untuk mata. "Kalau kesehatan mata anak buruk, konsumsi wortel justru akan makin memperburuk mata."

Wortel memang mengandung vitamin A, tapi bukan yang siap pakai alias provitamin A. Agar jadi vitamin A, wortel harus diubah dulu dengan menggunakan karbohidrat, vitamin B kompleks, dan sebagainya. "Karena dia mengambil zat-zat lain inilah, kondisi mata malah memburuk. Makanya, wortel tak dianjurkan."

Sebagai ganti wortel, Ginting menyarankan menyantap hati ayam atau ikan yang jelas mengandung vitamin A siap pakai. Telur dan minyak kelapa sawit juga banyak mengandung vitamin A. "Agar pertumbuhan kesehatan mata anak maksimal, berikan banyak vitamin A saat anak umur 0 ­ 5 tahun."


HINDARI LENSA KONTAK

Jika si kecil terpaksa haru berkacamata, pilih yang seringan mungkin, tak mudah pecah (untuk anak mutlak harus dari plastik), bingkainya fleksibel dan tak mudah patah, sehingga nyaman saat dipakai. "Sekarang, kan, bentuknya aneka ragam dan bewarna-warni. Pilih yang disukai anak dan sesuaikan dengan bentuk wajahnya." Yang paling penting, ukuran kacamata harus tepat. Artinya, paling bermanfaat buat si anak.

Bagaimana dengan lensa kontak? Kata Ginting, "Lensa kontak biasanya tak diberikan pada anak, kecuali dalam kondisi tertentu. Sebab, bisa menimbulkan lecet. Ukurannya yang belum tentu pas untuk anak juga bisa menimbulkan kerusakan pada kornea." Dok. Nova

Sumber :http://www.tabloidnova.com/Nova/Kesehatan/Anak/Waspadai-Gangguan-Mata-Pada-Anak

Mengatasi Mata Belekan Pada Bayi

Belek adanya penyakit yang menyebabkan mata berair dan banyak mengeluarkan kotoran mata. Kondisi ini biasa dialami bayi. Beragam penyebabnya, antara lain:

  • Infeksi jalan lahir. Biasanya, infeksi jalan lahir didapat bayi ketika proses persalinan berlangsung. Dokter biasanya memberikan obat yang sesuai dengan penyebab infeksinya.
  • Adanya sumbatan pada saluran air mata bayi. Kondisi ini akan menghambat aliran air mata bayi ke rongga hidung, sehingga mata bayi pun berair terus-menerus. Nah, genangan air inilah yang bisa mengundang kuman penyebab infeksi.

Bila kebetulan bayi Anda mengalami belekan, lakukanlah tindakan-tindakan berikut.

  • Perhatikan apakah belekan yang terjadi normal atau tidak.
    • Jika masih normal, artinya hanya sedikit belek pada mata bayi di pagi hari dan tidak sampai mengganggu (membuat mata bayi lengket), maka Anda tidak perlu khawatir. Bersihkan saja matanya menggunakan kapas dan air hangat. Arahnya dari bagian dalam ke arah luar mata.
    • Jika belek bayi cukup banyak, sehingga menyebabkan matanya lengket, cobalah mengompres matanya dengan kapas yang dicelupkan ke air hangat. Biasanya, kotoran yang membuat mata bayi lengket akan lebih mudah dibersihkan. Jangan sekali-sekali menggunakan boorwater atau cairan pembersih mata.
  • Segera bawa ke dokter, jika belekan lebih dari tiga hari. Sebelumnya, perhatikan apakah bagian putih matanya merah atau tidak. Sampaikan hal ini ke dokter ketika berkonsultasi.
  • Waspada terjadinya infeksi, yakni jika matanya kemerahan. Dokter biasanya akan memberi obat untuk membantu mengatasi infeksi. Perhatikan cara memberikan obat mata pada bayi, tanyakan dengan jelas cara pakainya.
  • Atasi penyumbatan saluran air mata jika hal ini terjadi dan infeksi telah diatasi. Untuk itu, kemungkinan Anda perlu melakukan pemijatan untuk membantu ‘membuka’ saluran air mata yang tersumbat. Perlu Anda tahu, saluran air mata ada di bagian dalam mata, dekat dengan pangkal hidung. Langkah-langkahnya:
    • Cuci tangan sebelum memijat pangkal hidung bayi.
    • Upayakan jangan sampai kuku jari tangan Anda melukai kulit bayi yang masih rentan.
    • Perhatikan pula, apakah kulit jari-jari tangan Anda tidak kasar. Sebab, kulit yang kasar bisa saja melukai bayi ketika Anda memijatnya.
    • Pijatan biasanya dilakukan dengan menggerakkan ibu jari dari pangkal hidung bayi (tepi mata sebelah dalam) ke arah hidung (ke arah bawah). Atau, pijat dalam gerakan berputar-putar. Lakukan pijat hidung bayi ini 2 - 3 kali sehari.
    • Jika merasa bahwa ibu jari Anda terlalu besar, gunakan jari lain untuk memijat bagian tersebut.
    • Ketika memijat, ingat bahwa kulit maupun otot si kecil masih sangat tipis. Jadi, Anda tak perlu menekannya dengan kuat, tetapi cukup menggosok/mengusapnya perlahan-lahan.
    • Ketelatenan Anda melakukan pemijatan ini setiap hari, sangat membantu upaya ‘mengeringkan’ genangan air mata yang mengganggu bayi.



Waspadai Gangguan Mata Pada Anak & Mengatasi Mata Belekan Pada Bayi

Waspadai Gangguan Mata Pada Anak

Banyak hal yang harus diketahui tentang mata bayi dan anak. Bahkan, kelahiran prematur pun, bisa menyebabkan rusaknya retina yang berujung kebutaan.

Jangan salah, gangguan mata pada anak ternyata bisa terjadi sejak ia dalam kandungan! Wanita hamil (terutama yang usia kandungannya masih muda) yang menderita Rubella alias campak Jerman, atau virus lain, dapat melahirkan bayi berkatarak. Apa tandanya? "Sejak lahir, lensa matanya keruh dan putih," jelas Dr. Abdul Manan Ginting, Sp.M, spesialis mata dari Jakarta Eye Center.

Tak ada jalan lain, sebelum usia 3 bulan, anak harus dioperasi agar retina tetap bisa berkembang bagus. "Sebelum 3 bulan, kan, kita sudah bisa tahu jantung dan perkembangan otaknya bagus. Kalau setelah itu, meski katarak dibuang, lensanya diganti baru, dan ukurannya jadi nol, tetap kurang karena retina tidak berkembang," papar Ginting sambil menambahkan, bayi yang lahir tidak selalu punya penglihatan normal.

Memasuki usia 3 bulan hingga 2 tahun, penglihatan bayi berkembang pesat. "Pada anak-anak dengan intelegensia cukup, usia 2 tahun kemampuan melihatnya sudah mendekati 100 persen. Itu sebabnya, operasi katarak sebaiknya tidak dilakukan lebih dari usia 3 bulan," saran Ginting.

Selain Rubella, wanita hamil penderita toksoplasma juga bisa melahirkan anak dengan beberapa masalah. Selain kelainan otak dan otot, juga mata. Antara lain, infeksi di retina sehingga anak lahir dengan penglihatan yang sangat buruk. Kendati diobati pun, karena retinanya telanjur rusak, penglihatannya tidak akan pulih lagi.

SAAT PERSALINAN
Gangguan saat persalinan juga perlu diwaspadai. Soalnya, bisa saja bayi keluar lewat vagina dengan kondisi mata terinfeksi. Umumnya terjadi pada bayi yang ibunya menderita penyakit kelamin gonorrhea (GO).

Masalahnya, GO sangat mudah tumbuh di mata. Hari kedua setelah lahir, kedua mata si bayi akan bernanah cukup banyak. "Kalau dibiarkan, bisa buta dalam waktu 2 ­ 3 minggu," ujarnya sambil menambahkan, biasanya di rumah sakit yang bagus, mata semua bayi yang lahir langsung ditetesi antibakteri.

Herpes juga merupakan penyakit yang bisa ditularkan sang ibu pada anak saat persalinan normal. Bila saat pemeriksaan diketahui di daerah kelamin sang calon ibu terdapat tanda-tanda infeksi herpes, dokter bisa memberi pengobatan. "Dengan catatan, waktu persalinan masih lama. Kalau sudah parah, terpaksa persalinan dilakukan dengan tindakan operatif tanpa melalui vagina," papar dokter yang juga Ketua Bank Mata Indonesia ini.

BAYI PREMATUR
Yang juga berisiko tinggi kena penyakit mata adalah bayi yang lahir prematur. Apalagi bila bobotnya kurang dari 1 kg. Saat dimasukkan ke dalam inkubator, bayi prematur akan mendapatkan oksigen lebih banyak dari biasanya. Nah, kelebihan oksigen inilah yang bisa menyebabkan retina bayi rusak (retinapathy of prematurity alias kerusakan retina yang disebabkan prematur).

"Itu sebabnya, anak yang lahir prematur harus diperiksa retinanya sehingga bila ada tanda kelainan atau muncul jaringan baru di retina karena oksigen, bisa dilakukan penembakan sinar laser agar jaringan mati dan si anak terselamatkan dari kebutaan," papar Ginting.

Yang pertama kali harus dilakukan setelah anak selesai diinkubator adalah membawanya ke dokter mata yang mempunyai fasilitas cukup lengkap untuk pemeriksaan retina.
KOK, BELEKAN?
Belek merupakan kumpulan sel radang dari sel darah putih dengan cairan yang dihasilkan oleh bagian luar bola mata. Pada anak belek, bisa dipastikan terjadi radang. Biasanya disebabkan infeksi jamur atau virus, tapi kebanyakan bakteri. "Belek banyak terjadi pada bayi yang menderita GO. Namun, belek juga bisa terjadi pada anak yang saluran air mata ke hidungnya mampet." Air mata tertahan di dalam kantong dekat hidung sehingga genangan air menimbulkan infeksi. Nanah pun keluar sebagai belek.

Belek bisa disembuhkan dengan pijatan di pangkal hidung dan tetesan antibiotika sampai batas waktu tertentu. "Salep bisa diberikan dan menempel lebih lama, tapi mengganggu pemandangan. Lagipula, obat tetes lebih efektif, meski pemakaiannya lebih sering," tutur Ginting.

HATI-HATI JULING
Bagaimana mengetahui bayi yang baru lahir bisa melihat? "Berikan cahaya pada matanya," saran Ginting. Pada anak dengan mata normal, otomatis mata akan mengedip. Bisa juga melihat pupilnya. "Kalau kedua pupil mengecil saat melihat cahaya, berarti si kecil bisa melihat. Sebaliknya, bila diberi cahaya kedua matanya tidak bereaksi dan pupil tetap lebar, kemungkinan dia tak bisa melihat."

Berikutnya, perhatikan warna pupil, hitam atau tidak. Pupil yang berwarna putih biasanya disebut cat eye (mata kucing). "Penyebabnya bisa macam-macam, salah satunya katarak. Kalau penyebabnya katarak, putihnya hanya ada di tengah," ujar Ginting.

Cat eye juga bisa disebabkan tumor yang biasa disebut retinoblastoma yaitu tumor ganas yang berasal dari sel-sel serabut retina muda. Sel ganas ini akan menjadikan retina berwarna putih. Bila dibiarkan, mata akan menjadi sangat besar dan membahayakan jiwa. Dokter bisa membedakan penyebab cat eye. "Kalau penyebabnya katarak, bisa segera dioperasi. Kalau retinoblastoma stadium dini, bisa dihancurkan dengan laser. Tapi kalau sudah stadium tinggi dan dikhawatirkan menyebar, mata terpaksa diangkat."

Bila pupil hitam, perhatikan apakah hitamnya normal atau lebih besar. Kalau semua hitamnya tersembunyi di bawah kelopak mata, berarti hitamnya lebih besar dari ukuran normal. "Berarti ia menderita glukoma kongenital. Biasanya, tidak ada tindakan lain untuk memperbaiki kecuali operasi membuat kanal baru, sehingga tekanan matanya tidak lagi tinggi," ujar Ginting.

Sementara untuk memastikan posisi kedua mata si kecil dalam keadaan normal, lihat saja apakah kedua matanya melihat lurus ke depan. "Yang paling ideal adalah menyenterkan cahaya ke hidung. Flek cahaya yang ada di mata bisa jadi petunjuk. Bila flek lampu di kedua mata berada di tengah, berarti keduanya normal. Namun, bila salah satu fleknya di pinggir, mata tersebut tidak normal."

Mata seperti ini disebut cross eye atau juling. "Segera periksa. Kalau terlambat, bisa menjadi mata malas (ambliopia). Supaya tidak timbul ambliopia, mata tersebut harus diluruskan."

WORTEL TAK SELALU BAGUS
"Ayo, makan wortel biar matanya sehat!" Begitu, kan, nasihat kita pada si kecil? Padahal, wortel tak selalu bagus untuk mata. "Kalau kesehatan mata anak buruk, konsumsi wortel justru akan makin memperburuk mata."

Wortel memang mengandung vitamin A, tapi bukan yang siap pakai alias provitamin A. Agar jadi vitamin A, wortel harus diubah dulu dengan menggunakan karbohidrat, vitamin B kompleks, dan sebagainya. "Karena dia mengambil zat-zat lain inilah, kondisi mata malah memburuk. Makanya, wortel tak dianjurkan."

Sebagai ganti wortel, Ginting menyarankan menyantap hati ayam atau ikan yang jelas mengandung vitamin A siap pakai. Telur dan minyak kelapa sawit juga banyak mengandung vitamin A. "Agar pertumbuhan kesehatan mata anak maksimal, berikan banyak vitamin A saat anak umur 0 ­ 5 tahun."

HINDARI LENSA KONTAK
Jika si kecil terpaksa haru berkacamata, pilih yang seringan mungkin, tak mudah pecah (untuk anak mutlak harus dari plastik), bingkainya fleksibel dan tak mudah patah, sehingga nyaman saat dipakai. "Sekarang, kan, bentuknya aneka ragam dan bewarna-warni. Pilih yang disukai anak dan sesuaikan dengan bentuk wajahnya." Yang paling penting, ukuran kacamata harus tepat. Artinya, paling bermanfaat buat si anak.

Bagaimana dengan lensa kontak?, "Lensa kontak biasanya tak diberikan pada anak, kecuali dalam kondisi tertentu. Sebab, bisa menimbulkan lecet. Ukurannya yang belum tentu pas untuk anak juga bisa menimbulkan kerusakan pada kornea."




Mengatasi Mata Belekan Pada Bayi
Belek adanya penyakit yang menyebabkan mata berair dan banyak mengeluarkan kotoran mata. Kondisi ini biasa dialami bayi. Beragam penyebabnya, antara lain:
  • Infeksi jalan lahir. Biasanya, infeksi jalan lahir didapat bayi ketika proses persalinan berlangsung. Dokter biasanya memberikan obat yang sesuai dengan penyebab infeksinya.
  • Adanya sumbatan pada saluran air mata bayi. Kondisi ini akan menghambat aliran air mata bayi ke rongga hidung, sehingga mata bayi pun berair terus-menerus. Nah, genangan air inilah yang bisa mengundang kuman penyebab infeksi.
Bila kebetulan bayi Anda mengalami belekan, lakukanlah tindakan-tindakan berikut.
  • Perhatikan apakah belekan yang terjadi normal atau tidak.
    • Jika masih normal, artinya hanya sedikit belek pada mata bayi di pagi hari dan tidak sampai mengganggu (membuat mata bayi lengket), maka Anda tidak perlu khawatir. Bersihkan saja matanya menggunakan kapas dan air hangat. Arahnya dari bagian dalam ke arah luar mata.
    • Jika belek bayi cukup banyak, sehingga menyebabkan matanya lengket, cobalah mengompres matanya dengan kapas yang dicelupkan ke air hangat. Biasanya, kotoran yang membuat mata bayi lengket akan lebih mudah dibersihkan. Jangan sekali-sekali menggunakan boorwater atau cairan pembersih mata.
  • Segera bawa ke dokter, jika belekan lebih dari tiga hari. Sebelumnya, perhatikan apakah bagian putih matanya merah atau tidak. Sampaikan hal ini ke dokter ketika berkonsultasi.
  • Waspada terjadinya infeksi, yakni jika matanya kemerahan. Dokter biasanya akan memberi obat untuk membantu mengatasi infeksi. Perhatikan cara memberikan obat mata pada bayi, tanyakan dengan jelas cara pakainya.
  • Atasi penyumbatan saluran air mata jika hal ini terjadi dan infeksi telah diatasi. Untuk itu, kemungkinan Anda perlu melakukan pemijatan untuk membantu ‘membuka’ saluran air mata yang tersumbat. Perlu Anda tahu, saluran air mata ada di bagian dalam mata, dekat dengan pangkal hidung. Langkah-langkahnya:
    • Cuci tangan sebelum memijat pangkal hidung bayi.
    • Upayakan jangan sampai kuku jari tangan Anda melukai kulit bayi yang masih rentan.
    • Perhatikan pula, apakah kulit jari-jari tangan Anda tidak kasar. Sebab, kulit yang kasar bisa saja melukai bayi ketika Anda memijatnya.
    • Pijatan biasanya dilakukan dengan menggerakkan ibu jari dari pangkal hidung bayi (tepi mata sebelah dalam) ke arah hidung (ke arah bawah). Atau, pijat dalam gerakan berputar-putar. Lakukan pijat hidung bayi ini 2 - 3 kali sehari.
    • Jika merasa bahwa ibu jari Anda terlalu besar, gunakan jari lain untuk memijat bagian tersebut.
    • Ketika memijat, ingat bahwa kulit maupun otot si kecil masih sangat tipis. Jadi, Anda tak perlu menekannya dengan kuat, tetapi cukup menggosok/mengusapnya perlahan-lahan.
    • Ketelatenan Anda melakukan pemijatan ini setiap hari, sangat membantu upaya ‘mengeringkan’ genangan air mata yang mengganggu bayi.
Sumber : http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Gizi+dan+Kesehatan/Bayi/mengatasi.mata.belekan.pada.bayi/001/001/188/6/3


Minggu, 19 Desember 2010

Love

Love

From Wikipedia, the free encyclopedia

Love is the emotion of strong affection and personal attachment.[1] In philosophical context, love is a virtue representing all of human kindness, compassion, and affection. In religious context, love is not just a virtue, but the basis for all being ("God is love"[2]), and the foundation for all divine law (Golden Rule).

The word love can refer to a variety of different feelings, states, and attitudes, ranging from generic pleasure ("I loved that meal") to intense interpersonal attraction ("I love my partner"). "Love" can also refer specifically to the passionate desire and intimacy of romantic love, to the sexual love of eros (cf. Greek words for love), to the emotional closeness of familial love, or to the platonic love that defines friendship,[3] to the profound oneness or devotion of religious love. [4] This diversity of uses and meanings, combined with the complexity of the feelings involved, makes love unusually difficult to consistently define, even compared to other emotional states.

Love in its various forms acts as a major facilitator of interpersonal relationships and, owing to its central psychological importance, is one of the most common themes in the creative arts.


Definitions


The word "love" can have a variety of related but distinct meanings in different contexts. Often, other languages use multiple words to express some of the different concepts that English relies mainly on "love" to encapsulate; one example is the plurality of Greek words for "love." Cultural differences in conceptualizing love thus make it doubly difficult to establish any universal definition.[5]

Although the nature or essence of love is a subject of frequent debate, different aspects of the word can be clarified by determining what isn't love. As a general expression of positive sentiment (a stronger form of like), love is commonly contrasted with hate (or neutral apathy); as a less sexual and more emotionally intimate form of romantic attachment, love is commonly contrasted with lust; and as an interpersonal relationship with romantic overtones, love is sometimes contrasted with friendship, although the word love is often applied to close friendships.

Fraternal love (Prehispanic sculpture from 250–900 A.D., of Huastec origin). Museum of Anthropology in Xalapa, Veracruz, Mexico.

When discussed in the abstract, love usually refers to interpersonal love, an experience felt by a person for another person. Love often involves caring for or identifying with a person or thing, including oneself (cf. narcissism). In addition to cross-cultural differences in understanding love, ideas about love have also changed greatly over time. Some historians date modern conceptions of romantic love to courtly Europe during or after the Middle Ages, although the prior existence of romantic attachments is attested by ancient love poetry.[6]

Two hands forming the outline of a heart shape.

Because of the complex and abstract nature of love, discourse on love is commonly reduced to a thought-terminating cliché, and there are a number of common proverbs regarding love, from Virgil's "Love conquers all" to the Beatles' "All you need is love". St. Thomas Aquinas, following Aristotle, defines love as "to will the good of another."[7] Bertrand Russell describes love as a condition of "absolute value," as opposed to relative value. Philosopher Gottfried Leibniz said that love is "to be delighted by the happiness of another."[8]

Love is sometimes referred to as being the "international language", overriding cultural and linguistic divisions.

Impersonal love

A person can be said to love an object, principle, or goal if they value it greatly and are deeply committed to it. Similarly, compassionate outreach and volunteer workers' "love" of their cause may sometimes be borne not of interpersonal love, but impersonal love coupled with altruism and strong political convictions. People can also "love" material objects, animals, or activities if they invest themselves in bonding or otherwise identifying with those things. If sexual passion is also involved, this condition is called paraphilia.[9]

Interpersonal love

Interpersonal love refers to love between human beings. It is a more potent sentiment than a simple liking for another. Unrequited love refers to those feelings of love that are not reciprocated. Interpersonal love is most closely associated with interpersonal relationships. Such love might exist between family members, friends, and couples. There are also a number of psychological disorders related to love, such as erotomania.

Throughout history, philosophy and religion have done the most speculation on the phenomenon of love. In the last century, the science of psychology has written a great deal on the subject. In recent years, the sciences of evolutionary psychology, evolutionary biology, anthropology, neuroscience, and biology have added to the understanding of the nature and function of love.

Chemical basis

Biological models of sex tend to view love as a mammalian drive, much like hunger or thirst.[10] Helen Fisher, a leading expert in the topic of love, divides the experience of love into three partly overlapping stages: lust, attraction, and attachment. Lust exposes people to others; romantic attraction encourages people to focus their energy on mating; and attachment involves tolerating the spouse (or indeed the child) long enough to rear a child into infancy.

Simplified overview of the chemical basis of love.

Lust is the initial passionate sexual desire that promotes mating, and involves the increased release of chemicals such as testosterone and estrogen. These effects rarely last more than a few weeks or months. Attraction is the more individualized and romantic desire for a specific candidate for mating, which develops out of lust as commitment to an individual mate forms. Recent studies in neuroscience have indicated that as people fall in love, the brain consistently releases a certain set of chemicals, including pheromones, dopamine, norepinephrine, and serotonin, which act in a manner similar to amphetamines, stimulating the brain's pleasure center and leading to side effects such as increased heart rate, loss of appetite and sleep, and an intense feeling of excitement. Research has indicated that this stage generally lasts from one and a half to three years.[11]

Since the lust and attraction stages are both considered temporary, a third stage is needed to account for long-term relationships. Attachment is the bonding that promotes relationships lasting for many years and even decades. Attachment is generally based on commitments such as marriage and children, or on mutual friendship based on things like shared interests. It has been linked to higher levels of the chemicals oxytocin and vasopressin to a greater degree than short-term relationships have.[11] Enzo Emanuele and coworkers reported the protein molecule known as the nerve growth factor (NGF) has high levels when people first fall in love, but these return to previous levels after one year.[12]

Psychological basis

Psychology depicts love as a cognitive and social phenomenon. Psychologist Robert Sternberg formulated a triangular theory of love and argued that love has three different components: intimacy, commitment, and passion. Intimacy is a form in which two people share confidences and various details of their personal lives, and is usually shown in friendships and romantic love affairs. Commitment, on the other hand, is the expectation that the relationship is permanent. The last and most common form of love is sexual attraction and passion. Passionate love is shown in infatuation as well as romantic love. All forms of love are viewed as varying combinations of these three components. American psychologist Zick Rubin seeks to define love by psychometrics. His work states that three factors constitute love: attachment, caring, and intimacy.[13] [14]

Grandmother and grandchild, Sri Lanka

Following developments in electrical theories such as Coulomb's law, which showed that positive and negative charges attract, analogs in human life were developed, such as "opposites attract." Over the last century, research on the nature of human mating has generally found this not to be true when it comes to character and personality—people tend to like people similar to themselves. However, in a few unusual and specific domains, such as immune systems, it seems that humans prefer others who are unlike themselves (e.g., with an orthogonal immune system), since this will lead to a baby that has the best of both worlds.[15] In recent years, various human bonding theories have been developed, described in terms of attachments, ties, bonds, and affinities.

Some Western authorities disaggregate into two main components, the altruistic and the narcissistic. This view is represented in the works of Scott Peck, whose work in the field of applied psychology explored the definitions of love and evil. Peck maintains that love is a combination of the "concern for the spiritual growth of another," and simple narcissism.[16] In combination, love is an activity, not simply a feeling.

Comparison of scientific models

Biological models of love tend to see it as a mammalian drive, similar to hunger or thirst.[10] Psychology sees love as more of a social and cultural phenomenon. There are probably elements of truth in both views. Certainly love is influenced by hormones (such as oxytocin), neurotrophins (such as NGF), and pheromones, and how people think and behave in love is influenced by their conceptions of love. The conventional view in biology is that there are two major drives in love: sexual attraction and attachment. Attachment between adults is presumed to work on the same principles that lead an infant to become attached to its mother. The traditional psychological view sees love as being a combination of companionate love and passionate love. Passionate love is intense longing, and is often accompanied by physiological arousal (shortness of breath, rapid heart rate); companionate love is affection and a feeling of intimacy not accompanied by physiological arousal.

Studies have shown that brain scans of those infatuated by love display a resemblance to those with a mental illness. Love creates activity in the same area of the brain where hunger, thirst, and drug cravings create activity. New love, therefore, could possibly be more physical than emotional. Over time, this reaction to love mellows, and different areas of the brain are activated, primarily ones involving long-term commitments.

Cultural views

Persian

Rumi, Hafez and Sa'di are icons of the passion and love that the Persian culture and language present. The Persian word for love is eshgh, derived from the Arabic ishq, however is considered by most to be too stalwart a term for interpersonal love and is more commonly substituted for 'doost dashtan' ('liking'). In the Persian culture, everything is encompassed by love and all is for love, starting from loving friends and family, husbands and wives, and eventually reaching the divine love that is the ultimate goal in life. Over seven centuries ago, Sa'di wrote:

The children of Adam are limbs of one body
Having been created of one essence.
When the calamity of time afflicts one limb
The other limbs cannot remain at rest.
If you have no sympathy for the troubles of others
You are not worthy to be called by the name of "man."

Chinese and other Sinic cultures

This article contains Chinese text. Without proper rendering support, you may see question marks, boxes, or other symbols instead of Chinese characters.
"Ai," the traditional Chinese character for love (愛) consists of a heart (middle) inside of "accept," "feel," or "perceive," which shows a graceful emotion. It can also be interpreted as a hand offering ones heart to another hand.

Two philosophical underpinnings of love exist in the Chinese tradition, one from Confucianism which emphasized actions and duty while the other came from Mohism which championed a universal love. A core concept to Confucianism is Ren ("benevolent love", 仁), which focuses on duty, action and attitude in a relationship rather than love itself. In Confucianism, one displays benevolent love by performing actions such as filial piety from children, kindness from parent, loyalty to the king and so forth.

The concept of Ai (愛) was developed by the Chinese philosopher Mozi in the 4th century BC in reaction to Confucianism's benevolent love. Mozi tried to replace what he considered to be the long-entrenched Chinese over-attachment to family and clan structures with the concept of "universal love" (jiān'ài, 兼愛). In this, he argued directly against Confucians who believed that it was natural and correct for people to care about different people in different degrees. Mozi, by contrast, believed people in principle should care for all people equally. Mohism stressed that rather than adopting different attitudes towards different people, love should be unconditional and offered to everyone without regard to reciprocation, not just to friends, family and other Confucian relations. Later in Chinese Buddhism, the term Ai (愛) was adopted to refer to a passionate caring love and was considered a fundamental desire. In Buddhism, Ai was seen as capable of being either selfish or selfless, the latter being a key element towards enlightenment.

In contemporary Chinese, Ai (愛) is often used as the equivalent of the Western concept of love. Ai is used as both a verb (e.g. wo ai ni 我愛你, or "I love you") and a noun (such as aiqing 愛情, or "romantic love"). However, due to the influence of Confucian Ren, the phrase ‘Wo ai ni’ (I love you) carries with it a very specific sense of responsibility, commitment and loyalty. Instead of frequently saying "I love you" as in some Western societies, the Chinese are more likely to express feelings of affection in a more casual way. Consequently, "I like you" (Wo xihuan ni, 我喜欢你) is a more common way of expressing affection in Chinese; it is more playful and less serious.[17] This is also true in Japanese (suki da, 好きだ). The Chinese are also more likely to say "I love you" in English or other foreign languages than they would in their mother tongue.

Japanese

In Japanese Buddhism, ai (愛) is passionate caring love, and a fundamental desire. It can develop towards either selfishness or selflessness and enlightenment. Amae (甘え), a Japanese word meaning "indulgent dependence," is part of the child-rearing culture of Japan. Japanese mothers are expected to hug and indulge their children, and children are expected to reward their mothers by clinging and serving. Some sociologists have suggested that Japanese social interactions in later life are modeled on the mother-child amae.

Ancient Greek

Greek distinguishes several different senses in which the word "love" is used. For example, Ancient Greek has the words philia, eros, agape, storge, and xenia. However, with Greek (as with many other languages), it has been historically difficult to separate the meanings of these words totally. At the same time, the Ancient Greek text of the Bible has examples of the verb agapo having the same meaning as phileo.

Agape (ἀγάπη agápē) means love in modern-day Greek. The term s'agapo means I love you in Greek. The word agapo is the verb I love. It generally refers to a "pure," ideal type of love, rather than the physical attraction suggested by eros. However, there are some examples of agape used to mean the same as eros. It has also been translated as "love of the soul."

Eros (ἔρως érōs) (from the Greek deity Eros) is passionate love, with sensual desire and longing. The Greek word erota means in love. Plato refined his own definition. Although eros is initially felt for a person, with contemplation it becomes an appreciation of the beauty within that person, or even becomes appreciation of beauty itself. Eros helps the soul recall knowledge of beauty and contributes to an understanding of spiritual truth. Lovers and philosophers are all inspired to seek truth by eros. Some translations list it as "love of the body."

Philia (φιλία philía), a dispassionate virtuous love, was a concept developed by Aristotle. It includes loyalty to friends, family, and community, and requires virtue, equality, and familiarity. Philia is motivated by practical reasons; one or both of the parties benefit from the relationship. It can also mean "love of the mind."

Storge (στοργή storgē) is natural affection, like that felt by parents for offspring.

Xenia (ξενία xenía), hospitality, was an extremely important practice in Ancient Greece. It was an almost ritualized friendship formed between a host and his guest, who could previously have been strangers. The host fed and provided quarters for the guest, who was expected to repay only with gratitude. The importance of this can be seen throughout Greek mythology—in particular, Homer's Iliad and Odyssey.

Turkish (Shaman & Islamic)

In Turkish, the word "love" comes up with several meanings. A person can love a god, a person, parents, or family. But that person can "love" just one person from the opposite sex, which they call the word "aşk." Aşk is a feeling for to love, or being "in love" (Aşık), as it still is in Turkish today. The Turks used this word just for their loves in a romantic or sexual sense. If a Turk says that he is in love (Aşık) with somebody, it is not a love that a person can feel for his or her parents; it is just for one person, and it indicates a huge infatuation. The word is also common for Turkic languages, such as Azerbaijani (eşq) and Kazakh (ғашық).

Ancient Roman (Latin)

The Latin language has several different verbs corresponding to the English word "love." Amāre is the basic word for to love, as it still is in Italian today. The Romans used it both in an affectionate sense as well as in a romantic or sexual sense. From this verb come amans—a lover, amator, "professional lover," often with the accessory notion of lechery—and amica, "girlfriend" in the English sense, often as well being applied euphemistically to a prostitute. The corresponding noun is amor (the significance of this term for the Romans is well illustrated in the fact, that the name of the City, Rome—in Latin: Roma—can be viewed as an anagram for amor, which was used as the secret name of the City in wide circles in ancient times),[18] which is also used in the plural form to indicate love affairs or sexual adventures. This same root also produces amicus—"friend"—and amicitia, "friendship" (often based to mutual advantage, and corresponding sometimes more closely to "indebtedness" or "influence"). Cicero wrote a treatise called On Friendship (de Amicitia), which discusses the notion at some length. Ovid wrote a guide to dating called Ars Amatoria (The Art of Love), which addresses, in depth, everything from extramarital affairs to overprotective parents.

Complicating the picture somewhat, Latin sometimes uses amāre where English would simply say to like. This notion, however, is much more generally expressed in Latin by placere or delectāre, which are used more colloquially, the latter used frequently in the love poetry of Catullus. Diligere often has the notion "to be affectionate for," "to esteem," and rarely if ever is used for romantic love. This word would be appropriate to describe the friendship of two men. The corresponding noun diligentia, however, has the meaning of "diligence" or "carefulness," and has little semantic overlap with the verb. Observare is a synonym for diligere; despite the cognate with English, this verb and its corresponding noun, observantia, often denote "esteem" or "affection." Caritas is used in Latin translations of the Christian Bible to mean "charitable love"; this meaning, however, is not found in Classical pagan Roman literature. As it arises from a conflation with a Greek word, there is no corresponding verb.

Religious views

Abrahamic religions

Robert Indiana's 1977 Love sculpture spelling ahava in Israel

Judaism

In Hebrew, Ahava is the most commonly used term for both interpersonal love and love between God and God's creations. Chesed, often translated as loving-kindness, is used to describe many forms of love between human beings.

The commandment to love other people is given in the Torah, which states, "Love your neighbor like yourself" (Leviticus 19:18). The Torah's commandment to love God "with all your heart, with all your soul and with all your might" (Deuteronomy 6:5) is taken by the Mishnah (a central text of the Jewish oral law) to refer to good deeds, willingness to sacrifice one's life rather than commit certain serious transgressions, willingness to sacrifice all of one's possessions, and being grateful to the Lord despite adversity (tractate Berachoth 9:5). Rabbinic literature differs as to how this love can be developed, e.g., by contemplating divine deeds or witnessing the marvels of nature. As for love between marital partners, this is deemed an essential ingredient to life: "See life with the wife you love" (Ecclesiastes 9:9). The biblical book Song of Solomon is considered a romantically phrased metaphor of love between God and his people, but in its plain reading, reads like a love song. The 20th-century Rabbi Eliyahu Eliezer Dessler is frequently quoted as defining love from the Jewish point of view as "giving without expecting to take" (from his Michtav me-Eliyahu, Vol. 1).

Christianity

Sacred Love Versus Profane Love (1602–03) by Giovanni Baglione

The Christian understanding is that love comes from God. The love of man and woman—eros in Greek—and the unselfish love of others (agape), are often contrasted as "ascending" and "descending" love, respectively, but are ultimately the same thing.[19]

There are several Greek words for "love" that are regularly referred to in Christian circles.

  • Agape: In the New Testament, agapē is charitable, selfless, altruistic, and unconditional. It is parental love, seen as creating goodness in the world; it is the way God is seen to love humanity, and it is seen as the kind of love that Christians aspire to have for one another.
  • Phileo: Also used in the New Testament, phileo is a human response to something that is found to be delightful. Also known as "brotherly love."
  • Two other words for love in the Greek language, eros (sexual love) and storge (child-to-parent love), were never used in the New Testament.

Christians believe that to Love God with all your heart, mind, and strength and Love your neighbor as yourself are the two most important things in life (the greatest commandment of the Jewish Torah, according to Jesus; cf. Gospel of Mark chapter 12, verses 28–34). Saint Augustine summarized this when he wrote "Love God, and do as thou wilt."

The Apostle Paul glorified love as the most important virtue of all. Describing love in the famous poem in 1 Corinthians, he wrote, "Love is patient, love is kind. It does not envy, it does not boast, it is not proud. It is not rude, it is not self-seeking, it is not easily angered, it keeps no record of wrongs. Love does not delight in evil but rejoices with the truth. It always protects, always trusts, always hopes, and always perseveres." (1 Cor. 13:4–7, NIV


The Apostle John wrote, "For God so loved the world that he gave his one and only Son, that whoever believes in him shall not perish but have eternal life. For God did not send his Son into the world to condemn the world, but to save the world through him." (John 3:16–17, NIV) John also wrote, "Dear friends, let us love one another for love comes from God. Everyone who loves has been born of God and knows God. Whoever does not love does not know God, because God is love." (1 John 4:7–8, NIV)

Saint Augustine says that one must be able to decipher the difference between love and lust. Lust, according to Saint Augustine, is an overindulgence, but to love and be loved is what he has sought for his entire life. He even says, “I was in love with love.” Finally, he does fall in love and is loved back, by God. Saint Augustine says the only one who can love you truly and fully is God, because love with a human only allows for flaws such as “jealousy, suspicion, fear, anger, and contention.” According to Saint Augustine, to love God is “to attain the peace which is yours.” (Saint Augustine's Confessions)

Christian theologians see God as the source of love, which is mirrored in humans and their own loving relationships. Influential Christian theologian C.S. Lewis wrote a book called The Four Loves. Benedict XVI wrote his first encyclical on "God is love". He said that a human being, created in the image of God, who is love, is able to practice love; to give himself to God and others (agape) and by receiving and experiencing God's love in contemplation (eros). This life of love, according to him, is the life of the saints such as Teresa of Calcutta and the Blessed Virgin Mary and is the direction Christians take when they believe that God loves them.[19]

In Christianity the practical definition of love is best summarised by St. Thomas Aquinas, who defined love as "to will the good of another," or to desire for another to succeed.[7] This is the explanation of the Christian need to love others, including their enemies. As Thomas Aquinas explains, Christian love is motivated by the need to see others succeed in life, to be good people.

Islam and Arab

In a sense, love does encompass the Islamic view of life as universal brotherhood that applies to all who hold the faith. There are no direct references stating that God is love, but amongst the 99 names of God (Allah), there is the name Al-Wadud, or "the Loving One," which is found in Surah 11:90 as well as Surah 85:14. It refers to God as being "full of loving kindness." All who hold the faith have God's love, but to what degree or effort he has pleased God depends on the individual itself.

Ishq, or divine love, is the emphasis of Sufism. Sufis believe that love is a projection of the essence of God to the universe. God desires to recognize beauty, and as if one looks at a mirror to see oneself, God "looks" at itself within the dynamics of nature. Since everything is a reflection of God, the school of Sufism practices to see the beauty inside the apparently ugly. Sufism is often referred to as the religion of love. God in Sufism is referred to in three main terms, which are the Lover, Loved, and Beloved, with the last of these terms being often seen in Sufi poetry. A common viewpoint of Sufism is that through love, humankind can get back to its inherent purity and grace. The saints of Sufism are infamous for being "drunk" due to their love of God; hence, the constant reference to wine in Sufi poetry and music.

Eastern religions

Buddhism

In Buddhism, Kāma is sensuous, sexual love. It is an obstacle on the path to enlightenment, since it is selfish. Karuṇā is compassion and mercy, which reduces the suffering of others. It is complementary to wisdom and is necessary for enlightenment. Adveṣa and mettā are benevolent love. This love is unconditional and requires considerable self-acceptance. This is quite different from ordinary love, which is usually about attachment and sex and which rarely occurs without self-interest. Instead, in Buddhism it refers to detachment and unselfish interest in others' welfare.

The Bodhisattva ideal in Mahayana Buddhism involves the complete renunciation of oneself in order to take on the burden of a suffering world. The strongest motivation one has in order to take the path of the Bodhisattva is the idea of salvation within unselfish, altruistic love for all sentient beings.

Hinduism

Kama (left) with Rati on a temple wall of Chennakesava Temple, Belur.

In Hinduism, kāma is pleasurable, sexual love, personified by the god Kamadeva. For many Hindu schools, it is the third end (artha) in life. Kamadeva is often pictured holding a bow of sugar cane and an arrow of flowers; he may ride upon a great parrot. He is usually accompanied by his consort Rati and his companion Vasanta, lord of the spring season. Stone images of Kamadeva and Rati can be seen on the door of the Chennakeshava temple at Belur, in Karnataka, India. Maara is another name for kāma.

In contrast to kāma, prema – or prem – refers to elevated love. Karuna is compassion and mercy, which impels one to help reduce the suffering of others. Bhakti is a Sanskrit term, meaning "loving devotion to the supreme God." A person who practices bhakti is called a bhakta. Hindu writers, theologians, and philosophers have distinguished nine forms of bhakti, which can be found in the Bhagavata Purana and works by Tulsidas. The philosophical work Narada Bhakti Sutras, written by an unknown author (presumed to be Narada), distinguishes eleven forms of love.