Kamis, 25 Juni 2009

Kesehatan Ibu dan Anak




PROMOSI KESEHATAN DALAM MENINGKATKAN
KESEHATAN IBU DAN ANAK

2.1 Kesehatan
K
5esehatan adalah salah satu unsure kehidupan yang sangat penting, Sehat adalah suatu keadaan yang masih termasuk dalam variasi normal dalam standard yang diterima untuk criteria tertentu berdasarkan jenis kelamin, kelompok penduduk dan wilayah ( WHO, 1957 ). Konsep sehat juga menyangkut organ-organ yang ada di dalam tubuh, yang berfungsi dengan baik. Organ tersebut akan mempengaruhi tubuh secara keseluruhan. Bila fungsi organ tersebut di luar batas tertentu, maka tubuh dikatakan dalam keadaan “malfungsi”. Konsep ini mencerminkan hubungan dari bagian-bagian tubuh dengan secara keseluruhan. Jadi konsep sehat di satu pihak mencerminkan gambaran keseluruhan, di pihak lain mencerminkan interaksi antara bagian-bagian tubuh. Jelaslah bahwa swhat adalah suatu keadaan yang relative, hal ini dengan tepat dilukiskan oleh Perkins sebagai berikut : “ Health is state of relative equilibriums of body form and function which result from its succesfull dynamic adjustment to forces impinging on it, but an active respons of body forces working toward readjustment” (Kapita Selekta Kedokteran, 1982). Perkins jelas mengatakan bahwa konsep sehat ( dan sakit) merupakan spectrum yang lebar dan setiap waktu kesehatan seseorang bergeser dalam spectrum tersebut sesuai dengan hasil interaksi yang terjadi dengan kekuatan-kekuatan yang mengganggunya. Konsep sehat menurut WHO mengandung 3 unsur, yaitu fisik, mental dan social. Sehat secara fisik jelas pengukurannya, seperti yang telah dibicarakan diatas. Sehat secara mental juga relative mudah diketahui. Namun banyak pandangan yang tentang apa yang dimaksud dengan sehat secara social. Ada kecenderungan yang sama, bahwa sehat social dikaitkan dengan sistim keamanan social, meskipun masih dapat dipertanyakan apakah Negara yang memiliki sistim keamanan social memang lebih baik status kesehatannya. Hal ini tentunya tergantung daripada kwalitas sistimnya, bagaimana sistim itu dijalankan dan prospek pembiayaannya dikaitkan dengan pendapatan nasional Negara tersebut. Hal ini menggambarkan bahwa sehat harus dilihat dari pandangan komunitas maupun individual.
Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 memberikan batasan : Kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan social yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomi. Batasan yang diangkat dari batasan kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang paling baru ini, memang lebih luas dan dinamis dibandingkan dengan batasan sebelumnya yang mengatakan, bahwa kesehatan adalah keadaan sempurna baik mental dan fisik, maupun social dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat. Pada batasan yang terdahulu, kesehatan itu hanya mencakup 4 aspek yakni fisik ( badan), mental (jiwa), social, dan ekonomi. Hal ini berarti kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental, dan social saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan secara ekonomi. Bagi yang belum memasuki usia kerja, anak dan remaja, atau bagi yang sudah tidak bekerja ( pensiun) atau usila (Usia lanjut), berlaku produktif secara social, yakni mempunyai kegiatan, misalnya sekolah atu kuliah bagi anak dan remaja, dan kegiatan pelayanan social bagi usila. Keempat dimensi kesehatan tersebut saling mempengaruhi dalam mewujudkan tingkat kesehatan pada seseorang, kelompok, atau masyarakat. Itulah sebabnya, maka kesehatan itu bersifat holistic atau menyeluruh. Wujud atau indicator dari masing-masing aspek tersebut dalam kesehatan individu antara lain sebagai berikut.
1). Kesehatan fisik terwujud apabila seseorang tidak merasa sakit dan memang secara klinis tidak sakit. Semua organ tubuh normal dan berfungsi normal atau tidak ada gangguan fungsi tubuh.
2). Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional dan spiritual. Pikiran yang sehat tercermin dari cara berpikir seseorang yakni mampu berpikir logis (masuk akal) atau berpikir secara runtut. Emosional yang sehat tercermin dari kemampuan sesorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya taku, gembira, sedih dan sebagainya. Spiritual yang sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, atau penyembahan terhadap sang Pencipta alam dan seisinya ( Allah Yang Maha Kuasa), secara mudah spiritual yang sehat itu dapat dilihat dari praktik keagamaan atau kepercayaannya serta perbuatan baik yang sesuai dengan norma-norma masyarakat.
3). Kesehatan social terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain secara baik, atau mampu berinteraksi dengan orang lain secara baik, atau mampu berinteraksi dengan orang atau kelompok lain tanpa membeda-bedakan ras, suku, agama atau kepercayaan, status social, ekonomi, politik dan sebagainya saling menghargai dan toleransi.
4). Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat dari produktivitas seseorang (dewasa) dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong hidupnya atau keluarganya secara financial. Bagi anak remaja dan usila dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Bagi mereka produktif disini diartikan mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka nanti, misalnya sekolah atau kuliah bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan pelayanan atau keagamaan bagi para usila.
Kesehatan Masyarakat
Upaya kesehatan ialah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah atau masyarakat. Hal ini berarti bahwa peningkatan kesehatan ini baik kesehatan individu, kelompok atau masyarakat harus diupayakan. Upaya mewujudkan kesehatan ini dilakukan oleh individu, kelompok masyarakat, lembaga pemerintahan, ataupun swadaya masyarakat (LSM). Upaya mewujudkan kesehatan tersebut, dapat dilihat dari dua aspek, yakni pemeliharaan kesehatan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan mencakup dua aspek, yaitu aspek kuratif ( pengobatan penyakit) dan aspek rehabilitatif (pemulihan kesehatan setelah sembuh dari sakit atau cacat). Sedang peningkatan kesehatan mencakup dua aspek yaitu preventif (pencegahan penyakit) dan aspek promotif (peningkatan kesehatan itu sendiri). Kesehatan perlu ditingkatkan karena kesehatan itu relatif dan mempunyai bentangan yang luas. Oleh sebab itu upaya kesehatan promotif mengandung makna bahwa kesehatan seseorang, kelompok atau individu, harus selalu diupayakan sampai tingkat yang optimal. Upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan diwujudkan dalam suatu wadah pelayanan kesehatan yang disebut sarana kesehatan. Jadi sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.
Secara umum kesehatan dibagi menjadi dua yakni kesehatan individu dan kesehatan agregat ( kumpulan individu ) atau kesehatan masyarakat. Ilmu yang mempelajari masalah kesehatan individu ini adalah ilmu kedokteran (medicine), sedangkan ilmu yang mempelajari masalah kesehatan agrerat adalah ilmu kesehatan masyarakat (public health). Dari pengalaman –pengalaman praktek kesehatan masyarakat yang telah berjalan sampai abad ke 20, Winslow (1920) seorang ahli kesehatan masyarakat, membuat batasan yang sampai sekarang masih relevan, yaitu : kesehatan masyarakat (public health) adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat untuk :
Perbaikan sanitasi lingkungan
Pembersihan penyakit-penyakit menular
Pendidikan untuk kebersihan perorangan ( personal hygiene)
Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini serta pengobatan, dan
Pengembangan rekayasa social untuk menjamin agar setiap orang terpenuhi kebutuhan hidupnya yang layak dalam memelihara kesehatannya.
Dari batasan – batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat mempunyai dua aspek teoritis ( ilmu atau akademi) dan praktisi ( aplikasi ). Kedua aspek ini masing-masing mempunyai peran dalam kesehatan masyarakat . Secara teoritis, kesehatan masyarakat perlu didasari dan didukung dengan hasil penelitian. Artinya, dalam penyelenggaraan kesehatan masyarakat (aplikasi) harus didasari dengan temuan (evident based) dan hasil kajian ilmiah (penelitian). Sebaliknya, kesehatan masyarakat juga harus terapan (applied), artinya, hasil study kesehatan masyarakat harus mempunyai manfaat bagi pengembangan program kesehatan.
Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai factor, factor internal (dari dalam diri manusia) maupun factor eksternal (di luar diri manusia). Faktor internal ini terdiri dari factor fisik dan psikis. Factor eksternal terdirir dari berbagai factor, antara lain social, budaya masyarakat, lingkungan fisik, politik, ekonomi, pendidikan dan sebagainya.
Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok atau masyarakat ( Blum :1974). Oleh sebab itu dalam rangka membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat, intervensi atau upaya yang ditujukan kepada factor perilaku ini sangat strategis. Intervensi terhadap factor perilaku secara garis besar dapat dilakukan melalui dua upaya yang saling bertentangan. Masing-masing upaya tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Promosi Kesehatan sebagai bagian dari cabang dari ilmu kesehatan,juga mempunyai dua sisi, yakni sisi ilmu dan seni. Dari sisi seni, yakni praktisi atau aplikasi promosi kesehatan, merupakan penunjang bagi program-program kesehatan lain. Artinya setiap program kesehatan, misalnya pemberantasan penyakit, perbaikan gizi masyarakat, sanitasi lingkungan, kesehatan ibu dan anak, program pelayanan kesehatan dan sebagainya, perlu ditunjang atau dibantu oleh promosi kesehatan ( di Indonesia sering disebut penyuluhan kesehatan). Hal ini esensial, karena masing-masing program tersebut mempunyai aspek perilaku masyarakat yang perlu dikondisikan dengan program promosi kesehatan. Dari pengalamn beretahun-tahun pelaksanaan pendidikan ini, baik Negara maju maupun Negara berkembang, mengalami berbagai hambatan dalam rangka pencapaian tujuannya, yakni mewujudkan perilaku hidup sehat bagi masyarakatnya. Hambatan yang paling dirasakan adalah factor pendukungnya. Di dalam penelitian-penelitian yang ada terungkap, meskipun kesadaran dan pengetahuan yang sudah tinggi tentang kesehatan, namun praktik tentang kesehatan atau perilaku hidup sehat masyarakat masih rendah. Setelah dilakukan pengkajian oleh WHO terutama dinegara-negara berkembang ternyata factor pendukung atau sarana dan prasaranatidak mendukung masyarakat untuk berperilaku hidup sehat.
Promosi Kesehatan Dalam Meningkatkan Kesehatan Ibu dan Anak
Promosi Kesehatan pada hakikatnya ialah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat kelompok, atau individu. Dengan adanya pesan tersebut maka diharapkan masyarakat, kelompok, atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Peengetahuan tersebut akhirnya diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilaku. Dengan kata lain, adanya promosi kesehatan diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku sasaran.
Promosi kesehatan juga merupakan suatu usaha proses yang mempunyai masukan (input) dan keluaran (output). Suatu proses promosi kesehatan yang menuju tercapainya tujuan pendidikan, yakni perubahan perilaku, dipengaruhi oleh banyak factor. Factor tersebut, disamping factor materi atau pesannya, pendidik atau petugas yang melakukannya, dan alat-alat Bantu/alat peraga pendidikan yang dipakai. Agar mencapai suatu hasil yang optimal, maka factor-faktor tersebut harus bekerja sama secara harmonis.
PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan prilaku, melalui pendekatan pimpinan (advokasi), bina suasana (social support), dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, dalam tatanan rumah tangga, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Sasaran PHBS di rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga yaitu pasangan usia subur, ibu hamil dan atau ibu menyusui, anak remaja, usia lanjut dan pengasuh anak.
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Anak (AKB) masih tinggi yaitu, 307 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 35/1000 kh. Target yang ditetapkan untuk dicapai pada RPJM tahun 2009 untuk AKI adalah 226 per 100.000 kh dan AKB 26/1000 kh. Dengan demikian target tersebut merupakan tantangan yang cukup berat bagi program KIA ( Dinkesprovsulteng, 2007).
Angka Kematian Ibu (AKI) Indonesia masih cukup tinggi. Menurut Survei Kesehatan Demografi Indonesia (SDKI) tahun 2002 - 2003 AKI untuk periode tahun 1998-2002, adalah sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan Angka kematian bayi (AKB) Indonesia terjadi turun naik. Tahun 1997 AKB mencapai 46 per 1000 kelahiran hidup, kemudian tahun 2002 menurun menjadi 35 per 1000 kelahiran hidup (SDKI, 2002). Dari Susenas 2004 hasil perhitungan AKB dengan Mortpak 4 adalah adalah 52 per 1000 kelahiran hidup. Selain itu di didapati juga data Susenas 2004 memperoleh perkiraan Angka Kematian Balita sebesar 74 per 1000 balita, dengan referensi waktu Mei 2002 ( Asmilia Makmur, 2008).
Sebagaian besar penyebab kematian ibu secara tidak langsung (menurut survei Kesehatan Rumah Tangga 2001 sebesar 90%) adalah komplikasi yang terjadi pada saat persalinan dan segera setelah bersalin. Penyebab tersebut dikenal dengan Trias Klasik yaitu Pendarahan (28%), eklampsia (24%) dan infeksi (11%). Sedangkan penyebab tidak langsungnya antara lain adalah ibu hamil menderita Kurang Energi Kronis (KEK) 37%, anemia (HB kurang dari 11 gr%) 40%. Kejadian anameia pada ibu hamil ini akan meningkatkan resiko terjadinya kematian ibu dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia ( Dinkesprovsulteng, 2007).
Menurut data SKRT tahun 2001, 90 % penyebab kematian ibu karena adanya komplikasi dan 28 % diantaranya terjadi pendarahan dimasa kehamilan dan persalinan. ((Resty Km 2007). Ada beberapa sebab yang tidak langsung tentang masalah kesehatan ibu, yaitu :
• Pendidikan ibu-ibu terutama yang ada di pedesaan masih rendah. Masih banyaknya ibu yang beranggapan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan sesuatu yang alami yang berarti tidak memerlukan pemeriksaan dan perawatan, serta tanpa mereka sadari bahwa ibu hamil termasuk kelompok risiko tinggi. Ibu hamil memiliki risiko 50 % dapat melahirkan dengan selamat dan 50 % dapat mengakibatkan kematian.
• Sosial ekonomi dan sosial budaya Indonesia yang mengutamakan bapak dibandingkan ibu, sebagai contoh dalam hal makanan, sang bapak didahulukan untuk mendapat makanan yang bergizi sedangkan bagian yang tertinggal diberikan kepada ibu, sehingga angka anemia pada ibu hamil cukup tinggi mencapai 40 %.
• “4 terlalu “dalam melahirkan, yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering dan terlalu banyak
• “3 terlambat”, yaitu terlambat mengambil keputusan, terlambat untuk dikirim ke tempat pelayanan kesehatan dan terlambat mendapatkan pelayanan kesehatan.
Beberapa kegiatan dalam meningkatkan upaya percepatan penurunan AKI telah diupayakan antara lain melalui promosi kesehatan dalam peningkatan kualitas pelayanan dengan melakukan pelatihan klinis bagi pemberi pelayanan kebidanan di lapangan. Kegiatan ini merupakan implementasi dari pemenuhan terwujudnya 3 pesan kunci Making Pregnancy Safer yaitu:
Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih
Setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat, dan
Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.
Sehubungan dengan penerapan system desentralisasi, maka pelaksanaan strategi MPS didaerah pun diharapkan dapat lebih terarah dan sesuai dengan permasalahan setempat. Dengan adanya variasi anatara daerah dalam hal demografi dan geografi, maka kegaiatan dalam program kesehatan ibu dan Anak (KIA) akan berbeda pula. Namun agar pelaksanaan Program KIA dapat berjalan lancar, aspek peningkatan mutu pelayanan program KIA puskesmas maupun di tingkat Kabaupaten/Kota. Peningkatan mutu program KIA juga dinilai dari besarnya cakupan program di masing-masing wilayah kerja ( Dinkesprovsulteng, 2007).
Untuk itu, perlu di pantau secara terus menerus besarnya cakupan pelayanan KIA disuatu wilayah kerja, agar diperoleh gambaran yang jelas mengenai kelompok mana dalam wilayah kerja tersebut yang paling rawan. Dengan diketahuinya lokasi rawan kesehatan ibu dan anak, maka wilayah kerja tersebut dapat lebih diperhatikan dan dicarikan pemecahan masalahnya. Untuk memantau cakupan pelayanan KIA tersebut dikembangakan system Pemantau Wilayah Setempat (PWS-KIA). Tujuannya untuk meningkatnya pemantauan cakupan dan pelayanan untuk setiap wilayah kerja secara terus-menerus dalam rangka meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan. Secara khusus bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang masalah-masalah yang menghambat Pelaporan data dari Kabupaten/Kota, memantau cakupan KIA yang dipilih sebagai indikator, secara teratur (bulanan) dan terus menerus untuk tiap wilayah, menilai kesenjangan anatara target yang ditetapkan dan pencapaian sebenarnya untuk tiap Kabupaten/kota, menentukan urutan wilayah prioritas yang akan ditangani srcara insentif berdasarkan besarnya kesenjangan anatara target dan pencapaian, merencanakan tindak-lanjut dengan menggunakan sumber daya yang tersedia dan yang dapat digali ( Dinkesprovsulteng, 2007).
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) RI melalui Surat Nomor: 443/1334/SJ tanggal 8 Juni 2005, tentang Progam-program Kesehatan Dasar dan Penyakit Menular antara lain meminta untuk segera melakukan revitalisasi dan optimalisasi Posyandu. Dalam surat tersebut, Mendagri meminta agar Pemerintah Provinsi segera mengembangkan langkah-langkah kegiatan antara lain meningkatkan kualitas kemampuan dan ketrampilan Kader, meningkatkan pemenuhan kelengkapan sarana dan prasarana, meningkatkan fungsi pendampingan dan kualitas pembinaan, serta meningkatkan peranserta masyarakat, kemitraan dengan swasta dan dunia usaha ( Asmilia Makmur, 2008).
Menindaklanjuti SE Mendagri di atas serta menyadari peran Posyandu yang demikian strategis dalam mendeteksi secara dini berbagai persoalan KB, Kesehatan Ibu dan Anak serta kesehatan masyarakat, maka Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) ( Asmilia Makmur, 2008).
Posyandu adalah salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Depkes RI, 2006). Meskipun posyandu bersumber daya masyarakat, pemerintah tetap ikut andil terutama dalam hal penyediaan bantuan teknis dan kebijakan. Kebijakan terkait posyandu terbaru adalah Surat Edaran Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah tertanggal 13 Juni 2001 tentang Pedoman Umum Revitalisasi Posyandu. Salah satu indikator keberhasilan revitalisasi posyandu adalah meningkatknya status gizi anak sehingga jumlah anak yang berat badannya tidak naik semakin menurun. Kasus kurang gizi dan gizi buruk terkadang sulit ditemukan di masyarakat, salah satu penyebabnya adalah karena si ibu tidak membawa anaknya ke pusat pelayanan kesehatan. Akibatnya bermunculan berbagai kasus kesehatan masyarakat bermula dari kekurangan gizi yang terlambat terdekteksi pada banyak balita seperti diare, anemia pada anak, dan lain-lain ( Asmilia Makmur, 2008). Sedangkan strategi dalam menurunkan AKI adalah :
• Peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang cost efektif dan didukung oleh :
• Kerjasama lintas program dan lintas sektor terkait, mitra lain, pemerintah dan swasta
• Pemberdayaan perempuan dan keluarga
• Pemberdayaan masyarakat.
Kegiatan yang dilakukan dalam menurunkan AKI (Resty Km, 2007).yaitu :
Peningkatan kualitas dan cakupan pelayanan, melalui :
a. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan antara lain berupa penyediaan tenaga bidan di desa, kesinambungan keberadaan bidan desa, penyediaan fasilitas pertolongan persalinan pada polindes/pustu dan puskesmas, kemitraan bidan dan dukun bayi, serta berbagai pelatihan bagi petugas.
b. Penyediaan pelayanan kegawatdaruratan yang berkualitas dan sesuai standar, antara lain bidan desa di polindes/pustu, puskesmas PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar), Rumah sakit PONEK (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Kualitas) 24 jam.
c. Mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran, antara lain dalam bentuk KIE untuk mencegah terjadinya 4 terlalu, pelayanan KB berkualitas pasca persalinan dan pasca keguguran, pelayanan asuhan pasca keguguran, meningkatkan partisipasi aktif pria.
d. Pemantapan kerjasama lintas program dan sektor, antara lain dengan jalan menjalin kemitraan dengan pemda, organisasi profesi (IDI, POGI, IDAI, IBI, PPNI), Perinasia, PMI, LSM dan berbagai swasta.
e. Peningkatan partisipasi perempuan, keluarga dan masyarakat, antara lain dalam bentuk meningkatkan pengetahuan tentang tanda bahaya, pencegahan terlambat 1 dan 2, serta menyediakan buku KIA. Kesiapan keluarga dan masyarakat dalam menghadapi persalinan dan kegawatdaruratan (dana, transportasi, donor darah), jaga selama hamil, cegah 4 terlalu, penyediaan dan pemanfaatan yankes ibu dan bayi, partisipasi dalam jaga mutu pelayanan.
Peningkatan kapasitas manajemen pengelola program, melalui peningkatan kemampuan pengelola program agar mampu melaksanakan, merencanakan dan mengevaluasi kegiatan (P1 – P2 – P3) sesuai kondisi daerah.
Sosialisasi dan advokasi , melalui penyusunan hasil informasi cakupan program dan data informasi tentang masalah yang dihadapi daerah sebagai substansi untuk sosialisasi dan advokasi. Kepada para penentu kebijakan agar lebih berpihak kepada kepentingan ibu dan ana
PROMOSI KESEHATAN KESEHATAN IBU DAN ANAK
Adalah upaya-upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat agar mereka dapat menolong diri sendiri serta mengembangkan kegiatan bersumber daya masyarakat.
2.4.1 Peran Promosi Kesehatan
Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan salah satu pilar bagi “Indonesia Sehat 2010”.
Promosi kesehatan adalah penopang utama bagi setiap pogram kesehatan.
Satu fungsi Puskesmas adalah sebagai pusat pemberdayaan masyarakat
2.4.2 Strategi Promosi Keseshatan
Gerakan Pemberdayaan
Bina Suasana
Advokasi Yang diperkuat oleh Kemitraan serta Metode dan sarana yang tepat Geraka Pemberdayaan
2.4.3 Pemberdayaan :Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti per-kembangan sasaran, serta proses membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice).
2.4.4 Sasaran Utama Pemberdayaan
Individu ( Ibu dan Anak )
Keluarga ( Ibu dan Anak)
Kelompok masyarakat
Bina Suasana
Bina Suasana : adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial di mana pun ia berada (keluarga di rumah, orang-orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan lain-lain, dan bahkan masyarakat umum) memiliki opini yang positif terhadap perilaku tersebut.
Tiga Pendekatan :
• Pendekatan Individu, • Pendekatan Kelompok, dan • Pendekatan Masyarakat Umum.
a) Bina Suasana Individu
• Bina Suasana Individu ditujukan kepada individu-individu tokoh masyarakat. • Dengan pendekatan ini diharapkan : - dapat menyebarluaskan opini yang positif terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan. - dapat menjadi individu-individu panutan dalam hal perilaku yang sedang diperkenalkan. Yaitu dengan bersedia atau mau mempraktikkan perilaku yang sedang diperkenalkan tersebut (misalnya seorang pemuka agama yang rajin melaksanakan 3 M yaitu Menguras, Menutup dan Mengubur– demi mencegah munculnya wabah demam berdarah). - dapat diupayakan agar mereka bersedia menjadi kader dan turut menyebarluaskan informasi guna menciptakan suasana yang kondusif bagi perubahan perilaku individu.
b) Bina Suasana Kelompok
• Bina Suasana Kelompok ditujukan kepada kelompok-kelompok dalam masyarakat, seperti pengurus Rukun Tetangga (RT), pengurus Rukun Warga (RW), Majelis Pengajian, Perkumpulan Seni, Organisasi Profesi, Orga-nisasi Wanita, Organisasi Siswa/Mahasiswa, Organisasi Pemuda, dan lain-lain. Pendekatan ini dapat dilakukan oleh dan atau bersama-sama dengan pemuka/tokoh masyarakat yang telah peduli dengan tujuan meningkatkan kesehatan Ibu dan Anak.
• Dengan pendekatan ini diharapkan kelompok-kelompok tersebut menjadi peduli terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan dan me-nyetujui atau mendukungnya.• Bentuk dukungan ini dapat berupa kelompok tersebut bersedia juga mempraktikkan perilaku yang sedang diperkenalkan, mengadvokasi pihak-pihak yang terkait, dan atau melakukan kontrol sosial terhadap individu-individu anggotanya.
c) Bina Suasana Masyarakat Umum
• Bina Suasana Masyarakat Umum dilakukan terhadap masyarakat umum dengan membina dan memanfaatkan media-media komunikasi, seperti radio, televisi, koran, majalah, situs internet, dan lain-lain, sehingga dapat tercipta pendapat umum yang positif tentang perilaku tersebut. Dengan pendekatan ini diharapkan :
• media-media massa tersebut menjadi peduli dan mendukung perilaku yang sedang diperkenalkan.
• Media-media massa tersebut lalu bersedia menjadi mitra dalam rangka menyebar-luaskan informasi tentang perilaku yang sedang diperkenalkan dan menciptakan pendapat umum (opini publik) yang positif tentang perilaku tersebut. • Suasana atau pendapat umum yang positif ini akan dirasakan pula sebagai pendukung atau “penekan” (social pressure) oleh individu-individu anggota masyarakat, sehingga akhirnya mereka mau melaksanakan perilaku yang sedang diperkenalkan.
2.4.6 Advokasi• Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders).• Advokasi diarahkan untuk menghasilkan dukungan yang berupa kebijakan (misalnya dalam bentuk peraturan perundang-undangan), dana, sarana, dan lain-lain sejenis. Stakeholders yang dimaksud bisa berupa :
• Tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan penyandang dana pemerintah.
• Tokoh-tokoh masyarakat informal seperti tokoh agama, tokoh adat, dan lain-lain yang umumnya dapat berperan sebagai penentu “kebijakan” (tidak tertulis) di bidangnya.
• Yang juga tidak boleh dilupakan adalah tokoh-tokoh dunia usaha, yang diharapkan dapat berperan sebagai penyandang dana non-pemerintah.• Perlu disadari bahwa komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui advokasi jarang diperoleh dalam waktu singkat.
• Pada diri sasaran advokasi umumnya berlangsung tahapan-tahapan, yaitu (1) mengetahui atau menyadari adanya masalah, (2) tertarik untuk ikut mengatasi masalah, (3) peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai alternatif pemecahan masalah, (4) sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif pemecahan masalah, dan (5) memutuskan tindak lanjut kesepakatan. Dengan demikian, maka advo-kasi harus dilakukan secara terencana, cermat, dan tepat.
• Bahan-bahan advokasi harus disiapkan dengan matang, yaitu:• Sesuai minat dan perhatian sasaran advokasi
• Memuat rumusan masalah dan alternatif pemecahan masalah
• Memuat peran si sasaran dalam pemecahan masalah
• Berdasarkan kepada fakta atau evidence-based
• Dikemas secara menarik dan jelas
• Sesuai dengan waktu yang tersedia
Kemitraan
• Kemitraan harus digalang baik dalam rangka Pemberdayaan maupun Bina Suasana, dan Advokasi.
• Kemitraan perlu digalang dengan individu-individu, keluarga, pejabat-pejabat atau instansi-instansi pemerintah yang terkait dengan urusan kesehatan (lintas sektor), pemuka atau tokoh masya-rakat, media massa, dan lain-lain.
Kesetaraan
Kesetaraan berarti :
• Tidak diciptakan hubungan yang bersifat hirarkhis.
• Semua harus diawali dengan kesediaan menerima bahwa masing-masing berada dalam kedudukan yang sama (berdiri sama tinggi, duduk sama rendah).
• Keadaan ini dapat dicapai apabila semua pihak bersedia mengembangkan hubungan kekeluargaan. Yaitu hubungan yang dilandasi kebersamaan atau kepentingan bersama. Adapun bila kemudian dibentuk struktur yang hirarkhis (dalam organisasi kelompok kemitraan, misalnya), adalah karena kesepakatan.
2.4.9 Keterbukaan • Di dalam setiap langkah diperlukan adanya kejujuran dari masing-masing pihak
• Setiap usul/ saran/komentar harus disertai dengan alasan yang jujur, sesuai fakta, tidak menutup-tutupi sesuatu.
• Pada awalnya hal ini mungkin akan menimbulkan diskusi yang seru layaknya “pertengkaran”. Akan tetapi kesadaran akan kekeluargaan dan kebersamaan, akan mendorong timbulnya solusi yang adil dari “pertengkaran” tersebut.
2.4.10 Metode dan Sarana
• Terdapat dua hal yang menentukan keberhasilan komunikasi, yaitu: (1) metode komunikasi, dan
(2) sarana atau media pendukung komunikasi.
a) Metode komunikasi
• Pemberdayaan dapat dilakukan dengan pilihan metode: ceramah & tanya jawab, dialog, demonstrasi, konseling, bimbingan, kerja kelompok, dan lain-lain dalam meningkatkan kesehatan Ibu dan Anak.
• Bina Suasana dapat dilakukan dengan metode-metode: penggunaan media massa, dialog, debat, seminar, kampanye, petisi/ resolusi, mobilisasi, dan lain-lain. • Advokasi dapat dilakukan dengan pilihan metode: seminar, lobi, dialog, negosiasi, debat, petisi/resolusi, mobilisasi, dan lain-lain.
• Masing-masing metode memiliki keunggulan dan kelemahan, sehingga penggunaan gabungan beberapa metode sering dilakukan untuk memaksimalkan hasil.
b) Sarana komunikasi
• Jika penerima informasinya berupa individu tertentu, dapat digunakan media seperti lembar-balik (flashcards), gambar-gambar/foto-foto dan skema yang berupa lembaran-lembaran.
• Jika penerima informasinya berupa kelompok tertentu, dapat digunakan lembar-balik ukuran lebih besar, pertunjukan slides (melalui overhead projector, slide projector, komputer & LCD projector, atau lainnya), dan pertunjukan filem (melalui film projector, VCD player, komputer & LCD projector, atau lainnya).• Jika penerima informasinya berupa masyarakat umum atau individu-individu dan kelompok-kelompok di mana pun berada (tidak tertentu), dapat digunakan poster, leaflet, flyer, majalah, koran, buku, siaran radio, dan tayangan televisi.2.4.11 Promosi Kesehatan Oleh Puskesmas
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pemba-ngunan kesehatan nasional. Yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya, agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, dalam rangka mencapai Visi „Indonesia Sehat“.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Puskesmas harus menyelenggarakan tiga fungsi, yaitu sebagai : (1) pusat peng-gerak pembangunan berwawasan kesehatan, (2) pusat pemberdayaan masyarakat, dan (3) pusat pelayanan kesehatan strata pertama.


DAFTAR PUSTAKA
Prof. dr. Notoatmojo, Soekidjo. “ Promosi Kesehatan” . 2007. Rineka Cipta. Jakarta.
Junadi, Purnawan. Amelz Husna. ” Kapita Selekta Kedokteran”. Edisi 2. 1928. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Indonesia. Jakarta
Amin Subargus, SKM, M.Kes “PROMOSI KESEHATAN DALAM KEPERAWATAN ”. Computer, writing, rhetoric and literature. (Jurnal Elektronik ), diakses April 11, 2009: http : // WordPress.com.
Dinkesprovsulteng. “Pertemuan Peningkatan Kemampuan Pengelola Data Kesehatan Ibu dan Anak Tahun 2007 Tingkat Provinsi Sulawesi Tengah ”. Computer, writing, rhetoric and literature. (Jurnal Elektronik ), diakses Nopember 16, 2007 : http : // Wordpress. Com
Nurudin Jauhari. “ CAKUPAN PROMOSI KESEHATAN THN 2007 ”, Computer, writing, rhetoric and literature. (Jurnal Elektronik ), diakses April 28th, 2008, http:// cakupan-promosi-kesehatn.html
Resty K. “FUNGSI IBU SULIT DIGANTI !!!!! FUNGSI ISTERI DAPAT DIGANTI”. Computer, writing, rhetoric and literature. (Jurnal Elektronik ), diakses 2007: http : // - webmaster@promosikesehatan.com

Flu Babi






INVESTIGASI WABAH
VIRUS H1N1 ( SWINE FLU ) / FLU BABI

Virus Flu Babi ( H1N1 )
3.1.1 Definisi
Flu Babi atau Swine Flu/Influenza adalah penyakit saluran pernafasan pada babi, yang disebabkan virus influenza jenis A. Virus flu ini menyebabkan kesakitan yang berat pada babi tetapi angka kematiannya rendah. Virus ini (type A H1N1 virus) pertama kali di isolasi dari babi pada tahun 1930. Penyakit ini cenderung mewabah di musim semi dan musim dingin tetapi siklusnya adalah sepanjang tahun. Ada banyak jenis flu babi dan seperti flu pada manusia penyakit ini secara konstan berubah.
Flu babi (Inggris:Swine influenza) adalah kasus-kasus influensa yang disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae yang endemik pada populasi babi. Galur virus flu babi yang telah diisolasi sampai saat ini telah digolongkan sebagai Influenzavirus C atau subtipe genus Influenzavirus A. Babi dapat menampung virus flu yang berasal dari manusia maupun burung, memungkinkan virus tersebut bertukar gen dan menciptakan galur pandemik.
Flu babi menginfeksi manusia tiap tahun dan biasanya ditemukan pada orang-orang yang bersentuhan dengan babi, meskipun ditemukan juga kasus-kasus penularan Flu babi diketahui dari manusia ke manusia. Gejala virus termasuk demam, disorientasi, kekakuan pada sendi, muntah-muntah, dan kehilangan kesadaran yang berakhir pada kematian .
Seperti semua virus influenza, virus flu babi berubah secara konstan. Babi bisa terinfeksi virus avian influenza (virus flu burung) dan virus flu manusia. Jika berbagai virus ini menyerang babi, maka virus ini akan mampu membentuk spesien- spesien virus baru, yang merupakan gabungan virus avian, manusia dan swine. Sampai saat ini sudah berhasil diisolasi sebanyak 4 sub-type A: H1N1, H1N2, H3N2, and H3N1. H1N1 merupakan virus lebih baru yang baru saja ditemukan pada babi.Virus Swine flu sebetulnya secara normal tidak menginfeksi manusia. Namun secara sporadis dilaporkan adanya infeksi virus ini pada manusia seperti yang terjadi di US dan mexico. Seringnya orang yang terkena adalah orang-orang yang bekerja pada peternakan/industri yang berhubungan dengan babi. Juga dilaporkan adanya penyebaran antar manusia.
Influenza adalah sebuah virus paket protein dan DNA yang tidak cukup kapasitas untuk bereproduksi sendiri. Virus ini menginfeksi sebuah sel, membajak permesinan didalamnya dan menggunakannya untuk menggandakan diri. Virus berkembang biak sehingga ada begitu banyak salinannya yang membuat sel meledak dan koloninya tumpah ke mana-mana, termasuk menyebar ke sel-sel yang masih sehat. Virus flu dari babi {H1N1}, sama dengan virua flu dari burung {H5N1}, tergolong pada tipe A virus influenza. Manusia, kuda, anjing laut, dan paus juga bisa terinfeksi virus flu tipe ini. Sebagai catatan saja, saat ini ada tiga subtipe yang paling banyak bersirkulasi dalam tubuh manusia, termasuk H1N1.
Virus influenza tipe A dan B {Cuma bersirkulasi diantara manusia} dikarakterkan ke dalam varian genetik yang di sebut ”strain atau turunan”. Turunan baru terus tumbuh secara konstan menggantikan turunan-turunan yang sudah lama. Jadi, ketika tubuh mungkin sudah membangun resistensi terhadap sebuah turunan, turunan yang lebih baru bisa jadi mampu menyusup dan menyiasatinya. Dari sini, epidemi yaitu tingkat insiden penyakit yang cukup tinggi di sebuah area atau populasi dan Pandemi penyebaran penyakit secara geografi atau global bisa menyusul. Kekhawatiran itu kini sedang melanda dunia dari flu babi. Seperti virus flu tipe A lainnya, virus flu babi umumnya menyebar menumpang lewat ludah yang terempas ke udara bebas gara-gara batuk atau bersin.
Gambar 1
Foto Virus Flu Babi Pertama
Sel virus terdiri dari inti yang berisi materi genetik yang di kelilingi protein yang membuat virus bisa masuk dan menguasai sel korbannya. Sel itu sangat kecil dan ukurannya hanya seperseribu milimeter. Contoh virus itu diambil dari pasien yang terinfeksi di California dan difoto pada 27 April 2009 di markas US Centers for Disease Control and Prevention Atlanta Georgia. Virus baru itu seperti virus flu normal terjadi pada babi di Amerika Utara. Tapi H1N1 memiliki gen dari Eropa dan babi Asia. Termasuk masuknya virus dari burung dan manusia yang menjadi organisme yang berbeda. Tidak ada yang tahu virus ini akan seberapa bahaya, namun sejauh ini terhitung masih aman.
Asal Mula
Pada 5 Februari 1976, tentara di Fort Dix, Amerika Serikat menyatakan dirinya kelelahan dan lemah, kemudian meninggal dunia keesokannya. Dokter menyatakan kematiannya itu disebabkan oleh virus ini sebagaimana yang terjadi pada tahun 1918. Presiden kala itu, Gerald Ford, diminta untuk mengarahkan rakyatnya disuntik dengan vaksin, namun rencana itu dibatalkan. Pada 20 Agustus 2007, virus ini menjangkiti seorang warga di pulau Luzon, Filipina.
Belum reda pemberitaan flu singapura Dunia dikejutkan serangan virus flu baru yang muncul kali pertamanya di Meksiko. Departemen kesehatan Meksiko menyatakan penyakit ini telah menewaskan 86 orang dan menyerang lebih dari 1.400 sejak 13 April lalu. Virus yang sama juga menyerang Amerika Serikat. Pemerintah AS mengumumkan bahwa virus telah ditemukan di New York, California, Texas, Kansas, dan Ohio, namun belum ada laporan mengenai korban jiwa. Sementara Spanyol, Selandia Baru, dan Kanada melaporkan dugaan kasus tersebut.
Mewabahnya flu babi (swine flu) di Meksiko sejak pertengahan April 2009 tengah menjadi hottest issue di berbagai media massa saat ini. Pemerintah dan masyarakat di seluruh dunia siaga satu sekaligus cemas, akankah ini menyebar menjadi masalah global seperti halnya saat pandemi flu yang membunuh jutaan orang di seluruh dunia pada 1918, 1957, dan 1968. Setelah menginfeksi lebih dari seribu warga Meksiko dan 10 orang di Amerika, WHO mengingatkan bahwa wabah flu babi berpotensi menjadi pandemi dunia.
Klasifikasi Wabah Flu Babi
Dahulu CDC menerima laporan hanya 1-2 kasus flu ini setiap 1 sampai 2 tahun. tetapi sejak Desember 2005 s/d Februari 2009, 12 kasus telah dilaporkan. Bahkan dalam bulan April 2009 dilaporkan terjadi kejadian luar biasa (out break) seperti tabel dibawah.
Gambar II
Tabel KLB Flu Babi
Negara
Laboratorium Konfirmasi cases
Kasus lain yg mungkin
Jumlah kematian
Mexico
172
1,995
152
United States
50
212+
0
Canada
6
28+
0
United Kingdom
2
21
0
Spain
1
39
0
New Zealand
0
67
0
Australia
0
40
0
Colombia
0
12
0
Brazil
0
11
0
Chile
0
8
0
Switzerland
0
5
0
Denmark
0
4
0
Ireland
0
4
0
Czech Republic
0
3
0
Poland
0
3
0
France
0
3
0
Guatemala
0
3
0
Israel
0
2
0
South Korea
0
2
0
Argentina
0
1
0
Costa Rica
0
1
0
Peru
0
1
0
Russia
0
1
0
Norway
0
1
0
Total
231
2,467
152
Seberapa parah virus Flu babi ini :
Penyakit ini berbeda antara Mexico & America. Mexico lebih parah dari America.
Penyakit ini lebih ganas dari Avian Flu 3 - 5 kali akan tetapi dalam populasi jauh lebih kecil dari Avian Flu. Bila 100 orang terinfeksi Avian FLu maka kemungkinannnya 80 orang akan meninggal dunia. Bila 100 orang terinfeksi Swine Flu maka kemungkinannnya 7 orang akan meninggal dunia
Penyakit ini menyerang Paru paru dan menyebabkan kematian karena mengalami Kegagalan Pernafasan ( Respiratory Failure ) akibat pembuluh darah paru yang pecah.
Berikut adalah klasifikasi virus tipe A, diantaranya adalah :
H1N1, menyebabkan endemik di babi dan manusia, virus inilah yang menyebabkan flu spanyol yang menelan lebih dari 100 juta orang.
H2N2, menyebabkan wabah Flu Asia yang menelan 4 hingga 5 juta korban pada tahun 1957 di China dan juga wilayah sekitarnya.
H3N2, yang menyebabkan infeksi pernafasan pada manusia dan babi. Virus ini merenggut nyawa 750.000 orang dengan penyakit yang disebut Hongkong Flu pada tahun 1968. Virus ini juga menjadi buah bibir yang merenggut nyawa beberapa anak di Amerika pada tahun 2003.
H5N1, saat ini merupakan virus flu burung terganas yang sudah menyebabkan 272 orang meninggal di seluruh dunia. Virus ini dikhawatirkan menjadi pandemik saat nantinya dapat menular dari manusia ke manusia. Contoh kasus itu telah terbukti menimpa pada keluarga di Tangerang, yang untungnya tidak sampai menyebar ke wilayah lainnya
H1N2, merupakan endemik bagi manusia dan babi. Tipe H1N2 dihasilkan dari susunan virus H1N1 dan H3N2 dimana protein hemaglutinin virus ini mirip dengan jenis H1N1 dan Neuraminidase proteinnya mirip dengan virus jenis H3N2.
H7N7, adalah virus yang menyerang binatang namun memiliki karakteristik yang tidak biasa. Virus ini menimbulkan korban di Belanda sebanyak 89 orang namun yang meninggal hanya 1 orang saja.
H9N2, adalah virus pathogen rendah dari virus jenis A yang menyerang unggas. Korban berjumlah 3 orang anak bertempat tinggal di Hongkong dan China, dan ketiganya dapat sembuh total.
H7N2, menimbulkan 2 orang korban di New York dan Virginia di sekitar tahun 2003 dan 2002 yang keduanya dapat disembuhkan
H7N3, menyerang amerika Utara pada tahun 2004 di daerah British Coloumbia. 18 peternakan telah diselamatkan dari serangan dan penyebaran virus dan 2 kasus telah diatasi. Kasus penyakit yang muncul memiliki gejala seperti flu, dan korban dapat diselamatkan
H10N7, pertama kali dilaporkan dapat menginfeksi manusia setelah ditemukan kasus 2 balita di Mesir pada tahun 2004 yang terkena virus tersebut.
WHO menaikkan fase flu babi dari 4 menjadi 5. Ini berarti kurang satu fase lagi flu babi menjadi wabah global. Virus ini menurut WHO sudah mencapai level 5, yaitu level dimana penyebarannya dari manusia ke manusia sudah sangat tinggi, di meksiko sendiri kasus kematian akibat flu babi tersebut sudah mencapai 149 kasus.Tetapi belakangan WHO kembali menurunkan status flu ini ke level 4 dengan alasan, penyebarannya dari manusia ke manusia hanya dalam jumlah kecil. Penjelasan Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Depkes RI Prof Tjandra Yoga Aditama tentang fase pandemi suatu penyakit, Kamis (30/4/2008):
a). Fase 3, kasus sporadik atau kluster kecil, penularan antar manusia terbatas (misalnya pada kontak amat erat), tidak ada penularan berkepanjangan di masyarakat, tidak jelas apakan akan terjadi pandemi.
b). Fase 4 , jelas ada penularan antar manusia, telah terjadi KLB di masyarakat (community-level outbreaks). Kemungkinan penularan berkelanjutan menjadi meningkat dan risiko terjadinya pandemi juga makin meningkat secara bermakna.
c). Fase 5 ditandai dengan penularan antar manusia yang menyebar pada setidaknya 2 negara didalam satu region WHO. Fase 5 adalah signal kuat bahwa pandemi sudah mengancam dan merupakan waktu untuk menyempurnakan organisasi dan komunikasi dan mengimplementasikan rencana mitigasi yang ada.
d). Fase 6, adalah fase pandemi, di mana sudah terjadi KLB juga di setidaknya satu negara lain diluar region WHO yang tadi sudah terkena di fase 5. Kalau sudah ada deklarasi fase 6 maka artinya pamdemi sedang berjalan. (detiknews.com)
3.1.4 Tanda dan Gejala
Menurut Pusat Pengawasan dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat, gejalan influensa ini mirip dengan influensa. Gejalanya seperti demam > 37,70 C, batuk, sakit pada kerongkongan, sakit pada tubuh, kepala, panas dingin, dan lemah lesu. Beberapa penderita juga melaporkan buang air besar dan muntah-muntah.
Gambar 3
Tanda Gejala Swine Influenza
Symptoms of
Swine Flue
Systemic
- Fever
- Lethargy
Nasopharynx
- Runny nose
- Sore throat
Musles
- Pain
Joints
- Pain
Psychological
- Lack of appetite
Respiratory
- Coughing
Gastric
Nausea
- Vomiting
Intestinal
Diarrhea
Dalam mendiagnosa penyakit ini tidak hanya perlu melihat pada tanda atau gejala khusus, tetapi juga catatan terbaru mengenai pasien. Sebagai contoh, selama wabah flu babi 2009 di AS, CDC menganjurkan para dokter untuk melihat "apakah jangkitan flu babi pada pasien yang di diagnosa memiliki penyakit pernapasan akut memiliki hubungan dengan orang yang di tetapkan menderita flu babi, atau berada di lima negara bagian AS yang melaporkan kasus flu babi atau berada di Meksiko dalam jangka waktu tujuh hari sebelum bermulanya penyakit mereka." Diagnosa bagi penetapan virus ini memerlukan adanya uji makmal bagi contoh pernapasan.
Virus swine influenza tidak ditularkan melalui makanan. Memasak makanan sampai suhu 160°F akan mematikan virus ini. Virus influenza bisa menular dari babi ke manusia atau sebaliknya. Infeksi pada manusia terjadi terutama jika berada dekat-dekat babi yang terinfeksi seperti berada dalam kandang babi. Infeksi dari manusia ke manusia lain juga bisa terjadi, mirip sperti flu manusia, yaitu melalui bersin atau batuk. Bisa juga lewat sentuhan tangan, kemudian tangan tersebut menyentuh mulut atau hidung.Untuk mendiagnosis infeksi swine influenza, dibutuhkan koleksi spesimen dari saluran nafas dalam 4-5 hari pertama. Spesimen ini kemudian diperiksakan di Laboratorium.
Bagaimana membedakan dengan flu biasa, flu burung, ataupun flu singapura yang belum lama ini juga menjadi buah bibir di Indonesia.
a). Flu Berbeda dengan Batuk-Pilek
Orang sering kali salah menggunakan istilah flu untuk menggambarkan gejala pilek. Menurut spesialis paru dari Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI Jakarta dr Dianiati Kusumo Sutoyo SpP(K), batuk-pilek yang selama ini dikenal di masyarakat adalah suatu penyakit infeksi virus pernapasan yang tidak berbahaya. "Dalam dunia medis, gejala ini dikenal dengan istilah common cold," sebutnya. Common cold merupakan infeksi saluran napas atas akut yang disebabkan virus, dengan berbagai variasi gejala seperti batuk, ingus encer, dan bening, sakit tenggorokan, bersin, mata berair, hidung tersumbat. Namun, tidak disertai gejala nyeri otot hebat, demam tinggi, apalagi sampai menggigil.
Jumlah virus penyebab common cold pun sangat bervariasi, lebih dari 200 jenis atau strain (paling sering adalah golongan rhinovirus dan coronavirus). Ini berbeda dengan flu, karena flu adalah kependekan dari penyakit influenza yang disebabkan virus influenza tipe A, B, atau C. Penelitian mendapati bahwa virus-virus influenza yang tadinya tidak menyebabkan penyakit (patogen), setelah bersirkulasi beberapa saat pada populasi peternakan dapat bermutasi menjadi virus yang sangat menular. b). Flu Babi, Hibrida Aneka Flu
Flu babi (swine flu) adalah penyakit pernapasan yang lazim ditemui pada babi yang disebabkan virus influenza A subtipe H1N1. Virus ini dapat ditularkan melalui binatang, terutama babi, kendati ada kemungkinan penularan antarmanusia. Menurut Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Depkes Prof Dr Tjandra Yoga Aditama SpP MARS, secara umum penyakit flu babi ini mirip dengan influenza (influenza like illness/ILI). Gejala klinisnya antara lain demam, batuk-pilek, lesu, letih, nyeri tenggorokan, napas cepat atau sesak napas, dan terkadang disertai mual, muntah, bahkan diare. Pada anak, beberapa kondisi yang patut diwaspadai di antaranya napas cepat atau sesak napas, kulit kebiruan, enggan minum banyak cairan, respons lamban atau tidak interaktif, rewel, batuk-pilek, demam disertai kemerahan di kulit (rash). Adapun pada orang dewasa, di samping gejala klinis yang umum, jika ditemui gejala kesulitan bernapas, napas pendek, rasa sakit atau tertekan di dada dan perut, pusing mendadak, bingung, bahkan disertai muntah, hendaknya segera meminta pertolongan medis. Virus H1N1 sebenarnya biasa ditemukan pada manusia dan hewan, terutama babi, tetapi keduanya memiliki karakteristik yang berbeda. Begitu juga dengan virus flu burung H5N1 meskipun sama-sama virus influenza tipe A. Cara penularan flu babi melalui udara dan dapat juga melalui kontak langsung dengan penderita. Adapun masa inkubasi virus ini berkisar 3-5 hari. Kepala Divisi Medis Departemen Kesehatan, Australia, Profesor Jim Bishop, mengungkapkan, bukan mustahil virus flu babi yang menginfeksi ribuan warga Meksiko tersebut merupakan hasil perkawinan silang (hibrida) antara flu manusia, flu burung,dan flu babi. "Kami khawatir hibrida ini akan menghasilkan tipe baru flu yang akan lebih sulit diprediksi, dan tampaknya ada kemungkinan penularan antarmanusia," Bishop seperti dikutip AAP.
c). Flu Singapura
Flu Singapura sebenarnya adalah penyakit yang dalam dunia kedokteran dikenal sebagai hand, foot, and mouth disease (HFMD) atau penyakit kaki, tangan dan mulut (PKTM). Disebut flu singapura karena konon awalnya dibawa masuk ke Indonesia oleh orang yang baru bepergian atau berlibur dari luar negeri. PKTM merupakan penyakit infeksi yang disebabkan virus RNA seperti enterovirus dan rhinovirus. Penyakit ini sangat menular dan kerap terjadi pada musim panas dengan masa inkubasi virus 2-5 hari. Anak-anak usia 2 minggu sampai 5 tahun paling rentan terinfeksi. Beberapa gejalanya mirip flu biasa, yakni demam, batuk, pilek, pegal, tidak nafsu makan, dan mudah lelah.
Adapun yang khas adalah pada hari ke-2 atau ke- 3 demam, timbul seriawan, bibir pecah-pecah, lidah dan tenggorokan meradang, bahkan ada yang area mulutnya sampai melepuh atau berlendir. Selain itu, pada kulit timbul bercak lebar berwarna merah, terutama telapak kaki, tangan,dan mukosa mulut. Kendati demikian, biasanya penyakit ini tidak berat. Dengan pengobatan tepat, penderita akan sembuh dalam 7-10 hari. d). Flu Burung
Penyakit pernapasan pada unggas (avian influenza) yang dikenal dengan sebutan flu burung disebabkan infeksi oleh virus influenza A subtipe H5N1. Secara umum, gejala klinisnya seperti flu pada umumnya, yaitu demam, batuk, sesak dan sakit tenggorokan, beringus, nyeri otot, sakit kepala, dan lemas. Dalam tempo singkat kondisi penderita bisa memburuk dengan terjadinya peradangan pada paru-paru (pneumonia), yang mana jika tidak dilakukan tata laksana dengan baik dapat berujung kematian. Hampir separuh kasus flu burung pada manusia menimpa anak-anak, terutama usia kurang dari 12 tahun yang paling rentan terinfeksi. Hingga kini, tidak ditemukan bukti ilmiah adanya penularan H5N1 antarmanusia. Namun, dengan kondisi lingkungan seperti saat ini, tak mustahil virus flu burung bermutasi dan mengakibatkan penyebaran dari manusia ke manusia.(Koran SI/Koran SI/tty).
Penyebaran Flu Babi
Swine Flu dapat menular diantaranya :
Melalui Human to Human infection
Orang yang terinfeksi Swine Flu dapat menyebarkan Germ Flu ( Basil Kuman ) sehari sebelum Gejala Flu mereka muncul hingga 7 hari setelah mereka sakit
Penularan melalui udara
Penularan melalui kontak tangan dengan selaput lendir. Contoh : Kita menyentuh object yang di pegang oleh orang yang terinfeksi Swine Flu,tanpa kita sadari kita menyentuh mata kita sendiri misal Gatal atau kucek mata , hidung & mulut
Pada daerah SUBTROPIS ( daerah yang mempunyai 4 musim ).Tetapi kita yang berada di daerah Tropis tidak boleh lengah begitu saja.
Virus ini bisa menyebar dari manusia ke manusia lewat penyebaran seperti flu biasa, seperti lewat batuk atau bersin orang yang terkena infeksi virus ini. Orang juga bisa terinfeksi karena menyentuh sesuatu yang memiliki virus flu babi ini, kemudian tangannya menyentuh mulutnya atau hidung. Penularannya melalui bersin, batuk, atau ketika seseorang terkena virus ini dari tangan mereka yang tidak dicuci bersih. Bisahkah orang tertular Flu Babi dengan memakan daging babi, menurut CDC, tidak, asalkan daging tersebut dimasak secara benar dan matang. Pematangan hingga suhu 160°F telah mematikan virus Flu Babi maupun virus-virus lain dan bakteri.
Penanggulangan Flu Babi
a. Mencuci tangan dengan Sabun & Air atau Alkohol Based Hand Cleaner. Kondisi yang mengharuskan kita mencuci tangan :
Sebelum mulai bekerja
Sebelum mulai bekerja
Sesudah dari Toilet
Apapun yang di kotori oleh Pekerjaan
Sebelum memegang Sarung Tangan / Handuk / Alat Pelindung Diri ( termasuk Pakaian dll )
b. Jangan terlalu dekat dengan orang yang sedang terinfeksi
c. Jangan malu untuk memakai Masker
d. Jangan menyentuh langsung selaput lendir seperti mata , Hidung & Mulut
Pencegahan cuma bisa dilakukan dengan menutup mulut dan hidung ketika batuk atau bersin. Cuci tangan sesering mungkin dan membuang kertas tisu segera setelah pakai jangan digunakan untuk menyeka bagian wajah yang lain juga bisa membantu.
Waspadalah bila kita mengalami Flu disertai Muntah & Diare. Dan yang harus dilakukan dirumah bila menderita Flu diantaranya :
Selain untuk berobat hindarilah bepergian , lebih baik sementara di rumah.
Bila bersin & batuk tutuplah hidung dan mulut dengan tissue . Kemudian segeralah buang tissue itu ke kotak sampah.
Cucilah tangan anda segera
Banyaklah istirahat
Ukurlah suhu tubuh sebelum tidur
Mintalah Ibu memasak Sop Ayam ( anti inflammatory ) & makanlah selagi hangat
Minumlah Teh Hijau ( antioxidan ) , bila memungkinkan campurlah dengan Black Tea ( antioxidan ). Minumlah selagi hangat , hiruplah uapnya
Minumlah Lemon , Madu & Whiskey sedikit ( biasa untuk orang Eropa
Mandilah air hangat
Vitamin C yang mengandung Zn ( Zegase atau Zegavit ) atau Jeruk Peres Banyaklah minum terutama air hangat.
Dan ingatlah untuk Tanda Kondisi Emergency di rumah, dan segeralah periksakan diri ke dokter, apabila terdapat tanda kondisi emergency berikut ini :
Penderita mengeluh Sakit Dada dan atau Kesulitan Bernafas
Daerah di sekitar bibir menjadi biru atau keunguan
Muntah dan Diare yang berlanjut
Tanda tanda Dehidrasi ( Kekurangan Cairan )
Respon lambat dari biasanya atau bingung
Adapun yang harus diperhatikan pada kelompok yang beresiko terkena penyakit lebih berat ( cepat beralih ke kondisi Emergency ) diantaranya :
Penderita berumur 65 tahun keatas
Semua golongan yang mempunyai penyakit Kronik ataupun Metabolic
Penderita penyakit Paru , Jantung & Immune System
Trimeter Ke tiga dari Kehamilan atau sehabis melahirkan
Guna mewaspadai virus flu babi ini pemerintah menyarankan 7 langkah pencegahan yaitu :
Sudah terpasangnya thermal scanner (alat pendeteksi suhu tubuh) di terminal kedatangan bandara internasional
Mengaktifkan kembali sekitar 80 sentinel untuk surveillance ILI dan Pneumonia baik dalam bentuk klinik atau virologi
Menyiapkan obat-obatan yang berhubungan dengan penaggulangan Flu Babi yang pada dasarnya adalh Oseltamivir yang sama untuk H5N1 (virus Flu Burung)
Menyiapakan 100 rumah sakit rujukan yang sudah ada dengan kemampuan menangani kasus Flu Babi
Menyiapkan kemampuan laboratorium untuk pemeriksaan H1N1 (virus Flu Babi) di berbagai Laboratorium Flu Burung yang sudah ada
Menyebarluaskan informasi ke masyarkat luas dan menyiagakan kesehatan melalui desa siaga
Simulasi penanggulangan Pandemi Influenza yang baru dilakukan minggu lalu di Makasar juga merupakan upaya nyata persiapan pemerintah dalam menghadapi berbagai kemungkinan Kejadian Luar Biasa (KLB) atau Public health Emergency Internasional Concern (PHEIC) seperti Flu Babi.
Sejauh ini belum ada virus untuk mencegah flu babi, namun pusat pencegahan penyakit AS, CDC, sedang berusaha membuat vaksin flu babi, Ilmuwan Amerika telah mengembangkan satu vaksin baru, namun diperlukan waktu untuk menyempurnakannya dan juga memproduksi dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi permintaan. Jenis flu ini kelihatannya tak mempan terhadap Amantadine, Symmetrel, Rimantadine, atau Flumadine. Dalam kondisi flu biasa, jika mengkonsumsi obat 48 jam setelah bisa meringankan sakit, tetapi sensitif dengan antivirus seperti :
Tamiflu ( Oseltamivir ) 75 mg Capsule : 2 x 1 Capsule selama 5 – 7 hari
Relenza ( Zanamivir )
Obat ini akan efektif bila di minum kurang dari 36 - 48 jam sesudah serangan Swine Flu. Dan akan terasa perbaikan pada keesokan harinya.
Di America ditemukan ada juga yang sembuh tanpa pengobatan Tamiflu atau Relenza ( CDC = Center for Disease Control & Prevention )
Kasus Flu Babi di Indonesia
Setelah kasus virus flu babi ditemukan di Meksiko, AS, dan Selandia Baru, Asia kini dalam kondisi siaga satu, Minggu (26/4). Asia yang selama bertahun-tahun berperang dengan wabah SARS dan flu burung menyiagakan pos pemeriksaan di semua perbatasan. Wabah flu babi ini diyakini bisa meluas ke kawasan lain di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan, virus flu babi ini berpotensi sangat besar menjadi pandemi. Kasus flu babi ini dinilai WHO sebagai kondisi darurat untuk kesehatan publik yang harus segera mendapat perhatian komunitas internasional.
Sampai sejauh ini virus flu babi dilaporkan sudah meluas hingga ke Selandia Baru, AS, Israel, dan Perancis. Virus flu babi ini diduga bisa meluas dengan cepat ke berbagai negara dalam waktu sangat cepat karena adanya transportasi udara. Oleh karena itu, salah satu cara mencegahnya adalah dengan membuka pos-pos pemeriksaan kesehatan di bandara-bandara.
Tidak mengherankan jika masyarakat dunia kini menjadi sangat resah, apalagi melihat begitu banyak korban tewas dalam tempo cepat. Kondisi ini membuat WHO, hanya dalam tempo dua hari, kembali menaikkan status Swein Flu alias Flu Babi menjadi level lima, yang artinya, risiko pandemik global sudah di depan mata. WHO minta semua negara bersiap menghadapinya. Kekhawatiran ini memang tidak mengada-ada, mengingat influenza pernah menjadi bencana besar yang mengguncang dunia. Yang terburuk tahun 1918-1919 ketika Flu Spanyol menyerang dan menewaskan 25 juta orang dalam enam bulan (bandingkan AIDS yang menewaskan 25 juta jiwa dalam 25 tahun pertama). Total 18 bulan merajalela, Flu Spanyol menewaskan 40-50 juta orang. Versi lain menyebutkan, jumlah korban 50-100 juta jiwa. Hal ini sangat luar biasa, setidaknya lebih besar daripada korban jiwa dalam Perang Dunia I yang berakhir hampir bersamaan dengan menghilangnya penyakit itu. Begitu menyeramkannya akibat yang ditumbulkan Flu Spanyol ini, sampai-sampai pandemik ini dilukiskan sebagai ‘The Greatest Medical Holocaust in History’ Indonesia pun tak lepas dari bencana ini. Di Bali, sekitar 30.000 orang tewas karena Flu Spanyol ini. Pandemik Flu kembali meledak tahun 1957 menewaskan 4 juta orang dan awal tahun 1968 Flu Hongkong yang menewaskan sekitar 1 juta orang.
Cepatnya virus flu ini menyebar, membuat sejumlah negara di Asia menetapkan ‘Siaga I’ Flu Babi. Tak terkecuali Indonesia yang sampai sekarang masih berjuang melawan Flu Burung (H5N1). Untuk menanggulangi Flu Babi, pemerintah mengalokasikan dana Rp 38 miliar yang diambil dari anggaran penanganan Flu Burung Maret 2009, yang belum digunakan. Namun, tampaknya para pejabat Kesehatan lebih “PD” menghadapi ancaman Flu Babi ini. Bisa jadi ini karena pengalaman Indonesia menangani wabah Avian Flu (Flu Burung) yang merebak di berbagai tempat sejak 2005. Apalagi dikabarkan jenis virus ini ternyata tidak lebih berbahaya daripada Flu Burung yang di Indonesia telah menewaskan 115 orang, paling tinggi di Asia Tenggara. “Kita tidak terlalu takut, tetapi tetap harus waspada. H1N1 angka case fatality rate-nya hanya 6,1%, tetapi angka case fatality rate H5N1 80-90%,” kata Menteri Kesehatan Fadila Menurut Fadila, H1N1 penyebab Flu Babi yang saat ini melanda Mexico dan Amerika Serikat, umumnya hidup di negara yang memiliki empat musim. Tepatnya, virus ini hidup dan menyebar di musim dingin dan gugur. Sementara pada musim panas dan semi, virus H1N1 ini tak berdaya.
Kemungkinan virus H1N1 tidak berdaya hidup di daerah tropis seperti Indonesia (Fadillah). Meski begitu, Departemen Kesehatan telah melakukan langkah kewaspadaan dan pencegahan agar tidak menyebar ke Indonesia. Pernyataan berbeda muncul dari Gusti Ngurah Mahardika, Kepala Laboratorium Biomedik Universitas Udayana. Menurutnya, virus Flu Babi atau swine influenza dengan subtipe H1N1 dipastikan sudah ada di Indonesia. Tetapi, mempunyai genetik atau sifat berbeda. Hal senada juga diungkapkan Kepala Laboratorium Flu Unggas Universitas Airlangga CA Nidom. Ia mengatakan, virus H1N1 di Indonesia sudah ada sejak dulu. Subtipe di Indonesia atau H1N1 klasik tidak berbahaya. “H1N1 tipe Mexico atau Flu Babi sekarang inilah yang berbahaya,” katanya. Virus yang berubah di tubuh babi lebih mungkin menular ke manusia. Pasalnya, manusia dan babi sama-sama mamalia yang cenderung memiliki kesamaan. Sebaliknya, Flu Unggas tidak bisa langsung ke manusia. ”Harus ada perantara mamalia lain dan itu kemungkinan besar babi,” katanya. Di tubuh babi, virus mengalami perubahan dengan dua pola. Pola pertama berupa adaptasi. “Kalau ini terjadi, dampaknya tidak terlalu berbahaya karena tidak ada perubahan struktur virus,” ujarnya. Pola kedua berupa penyusunan ulang virus. Berdasar pola ini, virus bisa berkembang menjadi gabungan Flu Babi, Flu Unggas, dan Flu Manusia. “Jika menyimak penjelasan di AS, ada kemungkinan reassortan (penyusunan ulang),” jelasnya. Jika hal itu terjadi, tidak tertutup kemungkinan Flu Babi bisa berkembang di Indonesia. Salah satu pendukungnya adalah banyaknya peternakan ayam dan babi yang berdekatan. Di sisi lain, keganasan H1N1 tipe Mexico tidak seperti H5N1. “Virus ini cepat menyebar, tetapi daya rusaknya rendah. Sebaliknya H5N1 lambat menyebar. Namun, daya rusaknya amat tinggi,” (Diah Supari Sp.JP(K), dalam jumpa pers tentang Flu Babi).
Bandung - EK (31 tahun), pasien yang baru masuk pukul 10.20 WIB, Kamis (14/5/2009) di RSHS Bandung, langsung dinyatakan suspect flu babi pertama yang dirawat RS itu. Dia juga merupakan orang pertama di Indonesia yang menyandang status suspect flu babi. Anggota Tim Penanganan Penyakit Infeksi Khusus RSHS, dr Primal Sudjana, menyatakan status suspect dikenakan pada EK mengingat riwayat pasien yang pernah berkunjung ke dua negara, yaitu Amerika Serikat dan Korea Selatan, yang sudah terjangkit virus H1N1. "Ini suspect pertama, dengan dikuatkan EK yang telah mengunjungi dua negara yang positif flu babi," (Primal ,RSHS Jalan Pasteur, Bandung), Kamis (14/5/2009). Karena sudah dinyatakan suspect, maka prosedur penanganan sesuai dengan protap menangani pasien H1N1. Di mana, baik perawat maupun dokter yang akan kontak fisik harus menggunakan peralatan Alat Perlindungan Perseorangan (APP) lengkap, mulai dari helm, maskter, pakaian, sarung tangan, sarung kakiu, sandal, kaca mata dan penutup wajah dari kaca. Menurutnya sampel darah EK sudah dibawa ke Balitbangkes untuk diperiksa. Beberapa hari kemudian, hasilnya akan keluar.Kronologi EK akhirnya dirawat di RSHS yaitu pada tanggal 6 hingga 12 Mei 2009, EK berada di Los Anggeles, Amerika Serikat. Kemudian saat akan pulang ke Indonesia, EK transit di Seoul Korea Selatan. Oleh tim kesehatan bandara Seoul, EK sempat ditahan selama 9 jam karena dia diketahui mengalami demam, setelah diperiksa thermal detector. Setelah 9 jam diperiksa, akhirnya EK dinyatakan negatif terjangkit virus H1N1. Saat tiba di Bandara Cengkareng, Rabu (13/5/2009), EK lolos dari pemeriksaan thermal detector karena demamnya sudah turun. Setiba di rumahnya pada Rabu malam, EK kembali mengalami demam tinggi. Lalu tadi pagi ke puskemas, dan pihak puskesmas langsung merujuknya ke RSHS (ern/nrl).



DAFTAR PUSTAKA
Rohman Taufiq. “Flu, Babi dan Flu Babi (Swine flu) ”. Computer, writing, rhetoric and literature. (Jurnal Elektronik ), diakses Rabu 29 April 2009 : koran tempo.
Flu Burung Entries (RSS). “JENIS VIRUS FLU BURUNG ”. Computer, writing, rhetoric and literature. (Jurnal Elektronik ), diakses June 5, 2008 – 2:40 am : G:/jenis-virus-flu-burung.asp.htm
Arixs. “Virus Flu Babi Ada di Indonesia sejak Dulu •Flu Spanyol Tewaskan 25 Juta Orang”. Computer, writing, rhetoric and literature. (Jurnal Elektronik ), diakses Selasa, 05-May-2009, 14:02:20 : /mod.php.htm.
MENGENAL VIRUS FLU BABI (H1N1) ”. Computer, writing, rhetoric and literature. (Jurnal Elektronik ), diakses Kamis, 2009 April 30 : http://rulisaputri.blogspot.com/
Hananiskm. “Apakah Flu Babi (Swine Flu)?”. Computer, writing, rhetoric and literature. (Jurnal Elektronik ), www.medictinedic.com/swineinfluenza
DYAN KUNTHI . “INVESTIGASI WABAH ”. Computer, writing, rhetoric and literature. (Jurnal Elektronik ), diakses Jumat, 2007 Agustus 03 : G:/jenis-virus-flu-burung.asp.htm

Teknologi . “Inilah Foto Virus Flu Babi Pertama ”. Computer, writing, rhetoric and literature. (Jurnal Elektronik ), diakses Sabtu, 06/05/2009 - 07:37, http : // inilah.com
Detiknews. “Inilah Arti Fase Pandemi Flu Babi ”. Computer, writing, rhetoric and literature. (Jurnal Elektronik ), diakses 30 April 2009 : www. Karodalnet.blogspot.com
Koran SI/Koran SI/tty. “Flu Babi yang Mencemaskan ”. Computer, writing, rhetoric and literature. (Jurnal Elektronik ), diakses Selasa, 28 April 2009 - 09:26 wib : http://m.okezone.com/.
Diki. “ Flu babi dan bagaimana cara menghindarinya ”. Computer, writing, rhetoric and literature. (Jurnal Elektronik ), diakses on 27-04-2009: http: www.medictinedic.com/swineinfluenza.
dr.Didi Kusmarjadi, SpOG. “ Flu Babi ”. Computer, writing, rhetoric and literature. (Jurnal Elektronik ), diakses on 2009-04-28 : http://spogman[dot]mofuse[dot]mobi.
Flu Babi ”. Computer, writing, rhetoric and literature. (Jurnal Elektronik ), diakses on 3 Mei 2009: http:// Wikipedia.com.
Andri Haryanto. “EK, Pasien Suspect Pertama Flu Babi di Indonesia ”. Computer, writing, rhetoric and literature. (Jurnal Elektronik ), diakses Kamis, 14/05/2009 16:36 WIB : http://m.detik.com/
REUTERS/AFP/AP/LUK. “Asia Siaga Satu Virus Flu Babi ”. Computer, writing, rhetoric and literature. (Jurnal Elektronik ), diakses 27 April 2009 05:36 WIB : http://m.kompas.com

Skrining Endometrium



Skrining Endometrium


Definisi
Commision on Chronik Illnes (1951) “... the presumtive identification of unrecognized disease or defect by the application of tests, examinations or other procedures which can be applied rapidly to sort out apparently well persons who probably have a disease from those who probably do not.
A screening test is not intended to be diagnostic. Persons with positive or suspicious findings must be referred to their physicians for diagnosis and necessary treatment”
Skrining adalah (1) pemeriksaan terhadap sejumlah besar orang untuk mengungkap karakteristik tertentu atau penyakit yang tidak diketahui seperti fenilketonuria atau hipotiroidisme pada neonatus (2 ) Fluroskopi ( Kamus Kebidanan ).
Skrining sama artinya dengan deteksi dini atau pencegahan sekunder, mencakup pemeriksaan (tes) pada orang-orang yang belum mempunyai simptom-simptom penyakit untuk menemukan penyakit yang belum terlihat atau pada stadium praklinik (dr. H. K. Suheimi ).
D
4asar skrining bila diagnosis dan pengobatan dapat dilakukan sebelum timbul tanda atau simptom, maka prognosis keberhasilan akan lebih baik dari pada bila sudah terjadi tanda / simptom. Bila pengobatan pada stadium lanjut : keadaan pasien lebih buruk, pilihan terapi lebih sulit, biaya akan lebih mahal, prognosis akan lebih buruk. Bila pengobatan pada stadium dini / preinvasif : keadaan pasien masih baik, pilihan terapi lebih mudah, biaya lebih murah, prognosis akan lebih baik. Dapat dikatakan penyembuhan dapat berhasil sampai 100% (sembuh total).
Skrining untuk populasi besar : skrining massal ("mass screening"). Tujuan skrining massal (mass screening) : menurunkan morbiditas dan mortalitas penyakit dalam masyarakat melalui deteksi dini dan pengobatan pada keadaan belum terdapat simptom.
 Penyakit yang mempunyai akibat yang serius, fatal, morbiditas lama, mortalitas tinggi.
 Penyakit itu harus mempunyai cara pengobatan, dan bila digunakan pada kasus yang ditemukan melalui skrining, efektifitasnya harus lebih tinggi.
 Penyakit itu mempunyai fase praklinik yang panjang dan prevalensi yang tinggi diantara populasi yang diskrining. Kalau prevalensi rendah, yang terdeteksi juga akan rendah.
 Tes yang dipakai harus memiliki sensitifitas dan spesifitas yang tinggi, dan biaya pemeriksaan tidak mahal.
Tujuan Program Skrining
Untuk pencegahan penularan penyakit
Untuk perlindungan kesehatan masyarakat
Sebagai bagian dari suatu survei yg bermanfaat untuk menentukan
frekuensi dan Riwayat alamiah penyakit atau masalah kesehatan tertentu
Peran Skrining
Berperan dlm proses mengidentifikasi orang-orang yg berisiko terkena penyakit atau masalah kesehatan ttn. Penegakan diagnosis pasti ditindak lanjuti di fasilitas kesehatan
Mengidentifikasi penyakit pada stadium dini, sehingga terapi dapat dimulai secepatnya dan prognosa penyakit dapat diperbaiki
Berperan dalam melindungi kesehatan individual
Pengendalian penyakit infeksi melalui proses identifikasi carrier penyakit dikomunitas
2.1.4 Contoh Program Skrining
Phenylketonuria (PKU) adalah kelainan bawaan metabolisme phenylalanin yg diakibatkan kerusakan aktifitas enzim phenylalanin-hidroxylase. Penyakit ini muncul pd usia 3-6 bln dan ditandai oleh keterlambatan perkembangan bayi, microcephaly. EEG yg abnormal, ekzim dan hiperaktifitas. Jika tdk diobati sebelum usia 3 minggu dpt berakibat RM.
Test gangguan pendengaran pada bayi harus dilakukan sebelum bayi berusia 8 bulan.
Test Papanicolaou-smear untuk skrining ca serviks, untuk mendeteksi ca-insitu. Alasan test ini adalah karena proporsi ca-insitu cukup tinggi dan akan berkembang menjadi ca invasive, sebagian ca bertahan cukup lama pd stadium ca -insitu sehingga skrining pada jangka waktu ttn dapat mendeteksi proporsi kasus ca cukup tinggi, penanganan ca-insitu cukup tinggi tingkat kesembuhannya.
Skrining donor darah untuk mendeteksi HIV.
Mammography dan pemeriksaan fisik untuk skrining ca payudara pada wanita diatas 50 tahun.
Pemeriksaan alpha-fetoprotein untuk skrining kerusakan (defek) syaraf.
Skrining penyakit hipertensi pada penduduk berusia 35 tahun keatas yg dilakukan oleh Hart J.T th 1984 di Inggris. Hasilnya ditemukan bahwa tekanan darah sistolik 170-180 mm Hg tanpa disertai gejala atau keluhan.
Skrining karsinoma prostat dilakukan terhadap 811 lansia dengan pemeriksaan digital, bila dicurigai dilanjutkan dengan biopsi dan pemeriksaan PA. Hasilnya 34 dicurigai, dari biopsi 11 positif karsinoma prostat.
Persyaratan skrining menurut Wilson and Jungner (1986)
Masalah kesehatan/penyakit yg diskrining harus merupakan masalah kesehatan yang penting.
Hrs tersedia pengobatan bagi pasien yg terdiagnosa setelah proses skrining.
Tersedia fasilitas diagnosa dan pengobatan.
Penyakit yang diskrining harus memiliki fase latent atau simptomatik dini.
2.2 Skrining Kanker Endometrium
2.2.1 Kanker Endometrium
Di negara maju semakin meningkat sejak pertengahan abad 20. Diduga penyebab karena : jumlah wanita dengan usia lanjut makin meningkat, makanan tinggi kalori dan lemak, pemakaian estrogen tanpa kombinasi progesterone untuk kontrasepsi pada tahun 1960-1970.
Kanker endometrium adalah jaringan atau selaput lender rahim yang tumbuh di luar rahim. Padahal, seharusnya jaringan endometrium melapisi dinding rahim. Kanker endometrium tumbuh pada ovarium, tuba falopii, dan saluran menuju vagina. Kanker ini bukan merupakan penyakit akibat hubungan seksual. Wanita muda maupun yang sudah tua dapat terkena penyakit ini. Walaupun pada umumnya yang terserang wanita yang sudah tua. Tumbuhnya jaringan endometrium di luar rahim kemungkinan disebabkan oleh darah menstruasi masuk kembali ke tuba falopii dengan membawa jaringan dari lapisan dinding rahim sehingga jaringan tersebut menetap dan tumbuh di luar rahim. Kemungkinan lain adalah jaringan endometrium terbawa ke luar rahim melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening.
Gambar 1.0 Cancer Endometrium
Kanker endometrium merupakan salah satu kanker ginekologi dengan angka kejadian tertinggi, terutama di negara-negara maju. Selama tahun 2005, diperkirakan di Amerika terdapat sekitar 40.880 kasus baru dengan sekitar 7.100 kematian terjadi karena kanker endometrium1.
Kanker endometrium paling sering terdiagnosis pada usia pasca menopause, dimana 75% kasus terjadi pada wanita usia pasca menopause. Meskipun demikian sekitar 20% kasus terdiagnosis pada saat premenopause. Secara epidemiologi terdapat beberapa faktor risiko yang berkaitan dengan kanker endometrium yaitu hormon replacement theraphy, terapi Tamoxifen, obesitas, wanita pasca menopause, nulipara atau dengan paritas rendah, dan keadaan anovulasi. Hal-hal tersebut berkaitan dengan keadaan upopposed estrogen yang meningkatkan risiko terjadinya kanker endometrium. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemaparan terhadap estrogen atau meningkatkan kadar progesteron, seperti penggunaann kontrasepsi oral dan merokok, merupakan faktor yang bersifat protektif.
Kanker endometrium stadium awal memiliki prognosis yang cukup baik. Kanker endometrium terdiagnosis saat masih terlokalisir memiliki survival rate 5 tahunnya mencapai 96%, dan menurun sampai ke 44% pada stadium lanjut.
Dengan pengetahuan yang baik tentang perdarahan pervaginam pasca menopause di dunia Barat, sebagian besar kasus ini, sekitar 77% terdiagnosis pada stadium dini. Teknik skrining yang dapat digunakan adalah skrining non-invasif, seperti USG dan teknik invasif seperti pemeriksaan D&C dan biopsi endometrium yang merupakan tehnik yang digunakan untuk mengevaluasi jaringan endometrium dan menjadi bakuan dalam menilai status endometrium. Biopsi endometrium mempunyai sensitifitas yang baik dengan negatif palsu yang rendah dan sebagian besar disebabkan karena kesalahan dalam pengambilan. Namun demikian penentuan stadium karsinoma endometrium yang akurat adalah melalui prosedur pembedahan.
2.2.2 Klasifikasi Kanker Endometrium
Kanker endometrium merupakan salah satu kejadian kanker ginekologis tersering pada usia pasca menopause. Kanker ini dapat berasal dari endometrium normal, atrofi, atau hiperplasia endometrium yang diklasifikasikan menjadi 2 tipe.
Tipe I merupakan bentuk tersering dan dihubungkan dengan peningkatan kadar hormon estrogen dalam sirkulasi. Tumor ini berawal dari hiperplasia endometrium yang berkembang menjadi kanker. Secara histologi, tumor ini merupakan adenokarsinoma endometrioid dengan grade yang rendah dan mengenai 75 – 80 % kasus.
Tipe II merupakan kanker dengan grade yang lebih tinggi dan lebih agresif dan timbul secara spontan. Secara histologi, terdiri atas serous, clear cell, adenosquamous dan adenokarsinoma grade 3, yang mengenai wanita yang lebih tua dan tidak memiliki estrogen related precursor. Pada beberapa studi epidemiologi, lebih difokuskan penilaian faktos risiko kanker endometrium tipe I yang berhubungan dengan adanya hormon estrogen. Sedangkan faktor risiko kanker endometrium tipe II lebih sedikit.
2.2.3 Faktor Resiko
Terdapat beberapa faktor risiko yang dinyatakan berperan terhadap terjadinya kanker endometrium.
a. Obesitas
Penelitan juga menunjukkan bahwa wanita obesitas mempunyai risiko kanker endometrium 2-4 kali lipat. Definisi obesitas adalah indeks massa tubuh diatas 27. Pada wanita obesitas dan usia tua terjadi peningkatan reaksi konversi androstenedion menjadi estron. Pada obesitas konversi ini ditemukan sebanyak 25-20 kali. Obesitas merupakan faktor resiko utama pada kanker endometrium sebanyak 2 sampai 20 kali. Wanita dengan berat badan 10-25 Kg diatas berat badan normal menpunyai resiko 3 kali lipat dibanding dengan wanita dengan berat badan normal. Bila berat badan lebih dari 25 Kg diatas berat badan normal maka resiko menjadi 9 kali lipat.
b. Riwayat menstruasi
Wanita mempunyai riwayat menars sebelum usia 12 tahun mempunyai resiko 1,6 kali lebih tinggi daripada wanita yang mempunyai riwayat menars setelah usia lenih dari 12 tahun. Menstruation span merupakan metode numerik untuk menentukan faktor resiko dengan usia saat menarche, usia menopause dari jumlah paritas. Menstruasion span (MS) = usia menars – (jumlah paritas x 1,5). Bila MS 39 maka resiko terkena kanker endometrium sebanyak 4,2 kali dibanding MS <> 20 tahun yang lalu.
c. Diabetes mellitus (DM)
Faktor-faktor resiko lainnya adalah diabetes melitus, Hereditary non poliphoid colorectal carcinoma (HNPCC) serta Sindrom Ovarium Polikistik (SOP) dimana diduga bahwa HNPCC dan SOP yang terdapat pada sekitar 5-10% wanita usia reproduksi merupakan faktor risiko kanker endometrium pada wanita yang lebih muda. Diabetes melitus dan tes toleransi glukosa (TTG) abnorml merupakan faktor resiko keganasan endometrium. Angka kejadian diabetes melitus klinis pada penderita karsinoma endometrium berkisar antara 3-17%, sedangkan angka kejadian TTG yang abnormal berkisar antara 17-64%.
d. Hipertensi
50% dari kasus endometrium menderita hipertensi dibandingkan dengan 1/3 populasi kontrol yang menderita penyakit tersebut, kejadian hipertensi pada keganasan endometrium menurut statistik lebih tinggi secara bermakna daripada populasi kontrol.
e. Riwayat infertilitas
Resiko kanker endometrium lebih tinggi pada wanita nulipara, baik pada wanita yang tidak kawin maupun yang kawin. Dilaporkan bahwa 25% diantara penderita karsinoma adalah nulipara. Kelompok penderita karsinoma endometrium yang telah mempunyai anak, rata-rata pernah melahirkan 2,7 kali, sedangkan dari kelompok kontrol rata-rata pernah melahirkan 4,6 kali. Laporan lain menunjukkan bahwa faktor infertilitas lebih berperan daripada jumlah paritas.
f. Pemakaian estrogen
Faktor-faktor lain adalah yang mempengaruhi pemaparan terhadap estrogen atau meningkatkan kadar progesteron, seperti penggunaan kontrasepsi oral dan merokok merupakan faktor yang bersifat protektif.
Penelitian-penelitian terbaru banyak memperlihatkan hubungan penggunaan hormone replacement therapy dengan kejadian kanker endometrium. Terapi unopposed estrogen ditemukan dapat meningkatkan risiko kanker endometrium 2-10 kali dengan relative risk (RR) rata-rata 4-5 kali dan risiko ini meningkat seiring dengan lama pemakaian.
Dewasa ini para wanita hidup lebih lama dari pada organ-organ reproduksinya secara faal dan mempunyai harapan hidup 20-30 tahun lebih lama setelah menopause. Keadaan ini menyebabkan terjadinya peningkatan penjualan dan pemakaian preparat estrogen untuk pengobatan klimakterium diikuti dengan meningkatnya angka kejadian kanker endometrium. Resiko relatif meningkat menjadi 0,17-8,0 pada wanita yang menggunakan estrogen konjugasi, namun menurun bila dikombinasikan dengan progesteron menjadi 0,3%. Penambahan komponen progesteron baik siklik atau terus menerus akan mengurangi risiko. Lamanya terapi progestin yang siklik merupakan hal yang penting, dianjurkan selama 14 hari.
g. Hiperplasia Endometrium
Secara histopatologik hiperplasia endometrium ditandai dengan adanya proliferasi yang berlebihan dari kelenjar dan stroma disertai dengan meningkatnya vaskularisasi dan sebukan sel limfosit. Penyebab dari hiperplasia endometrium adalah rangsangan salah satu unsur estrogen yang berlebihan dan terus-menerus. Terminologi neoplasia endometrium intraepitel ditunjukkan pada hiperplasia endometrium yang disertai sel-sel atipik. Resiko progresi menjadi kanker sebanyak 1,5% pada hiperplasia tanpa sel-sel atipik dan 23% pada hiperplasia yang diserti sel-sel atipik.
Gambar 1.1 Hiperplasia Endometrium
Hiperplasia Endometrium adalah suatu kondisi di mana lapisan dalam rahim (endometrium) tumbuh secara berlebihan. Kondisi ini merupakan proses yang jinak (benign), tetapi pada beberapa kasus (hiperplasia tipe atipik) dapat menjadi kanker rahim. Endometrium merupakan lapisan paling dalam dari rahim. Lapisan ini tumbuh dan menebal setiap bulannya dalam rangka mempersiapkan diri terhadap terjadinya kehamilan, agar hasil konsepsi bisa tertanam. Jika tidak terjadi kehamilan, maka lapisan ini akan keluar saat menstruasi.
Hormon yang ada di tubuh wanita estrogen dan progesteron mengatur perubahan endometrium, dimana estrogen merangsang pertumbuhannya dan progesteron mempertahankannya. Sekitar pertengahan siklus haid, terjadi ovulasi (lepasnya sel telur dari indung telur). Jika sel telur ini tidak dibuahi (oleh sperma), maka kadar hormon (progesteron) akan menurun, sehingga timbullah haid/menstruasi.Pada saat mendekati menopause, kadar hormon2 ini berkurang. Setelah menopause wanita tidak lagi haid, karena produksi hormon ini sangat sedikit sekali. Untuk mengurangi keluhan/gejala menopause sebagian wanita memakai hormon pengganti dari luar tubuh (terapi sulih hormon), bisa dalam bentuk kombinasi estrogen + progesteron ataupun estrogen saja.
Estrogen tanpa pendamping progesteron (unoppesd estrogen) akan menyebabkan penebalan endometrium. Pada beberapa kasus sel-sel yang menebal ini menjadi tidak normal yang dinamakan Hiperplasis atipik yang merupakan cikal bakal kanker rahim.Risiko terjadinya hiperplasia endometrium bisa tinggi pada: usia sekitar menopause, menstruasi yang tidak beraturan atau tidak ada haid sama sekali, over-weight, diabetes, SOPK (PCOS), mengkonsumsi estrogen tanpa progesteron dalam mengatasi gejala menopause. Gejalanya yang biasa/sering adalah perdarahan pervagina yang tidak normal (bisa haid yang banyak dan memanjang).
Pada kebanyakan kasus hiperplasisa dapat diobati dengan obat-obatan yaitu dengan memakai progesteron. Progesteron menipiskan/menghilangkan penebalan serta mencegahnya tidak menebal lagi. Namun pemakain progesteron ini menimbulkan bercak (spotting). Setelah mengkonsumsi progeteron dalam waktu tertentu, dilakukan evaluasi kembali endometriumnya dengan cara di biopsi atau metode sampling lainnya. Jika tidak ada perbaikan, dilakukan dapat diberikan obat lagi.
Histerektomi atau pengangkatan rahim dilakukan jika anak sudah cukup atau hiperplasia nya jenis atipik. Namun jika masih ingin punya anak maka masih ada pilihan dilakukan terapi hormonal.
Hal-hal dibawah ini dapat mengurangi risiko terjadinya hiperplasia endometrium:* Terapi sulih hormon yang seimbang (estrogen plus progesteron).* Jika haid tidak teratur (tidak tiap bulan ada), dapat diberikan progesteron agar tidak terjadi penebalan endometrium. Pil KB yang mengandung kombinasi estrogen-progesteron dapat memncegah hiperplasia pada wanita dengan haid yang tidak teratur.* Jika overweight, kurangi BB
Faktor lingkungan
Faktor lingkungan dan menu makanan juga mempengaruhi angka kejadian keganasan endometrium lenih tinggi daripada di ngara-negara yang sedang berkembang. Kejadian keganasan endometrium di Amerika Utara dan Eropa lebih tinggi daripada angka kejadian keganasan di Asia, Afrika dan Amerika latin. Agaknya perbedaan mil disebabkan perbedaan menu dan jenis makan sehari-hari dan juga terbukti dengan adanya perbedaan yang menyolok dari keganasan endometrium pada golongan kaya dan golongan miskin. Keadaan ini tampak pada orang-orang negro yang pindah dari daerah rural ke Amerika Utara. Hal yang sama juga terjadi pada orang-orang Asia yang pindah ke negara industri dan merubah menu makanannya dengan cara barat seperti misalnya di Manila dan Jepang, angka kejadian keganasan endometrium lebih tinggi daripada di negara-negara Asia lainnya.
2.2.4 Tanda Dan Gejala
Pasien tersebut tidak memiliki faktor risiko, namun demikian karena pasien datang dengan keluhan perdarahan pervaginam pada saat postmenopause, maka dugaan pertama adalah adanya kemungkinan keganasan endometrium.
Angka kejadian kanker endometrium pada usia pasca menopause cukup tinggi dimana 75% kasus terjadi pada wanita usia pasca menopause, sehingga pada kasus ini perdarahan pervaginam pasca menopause merupakan indikasi pertama terdapatnya keganasan endometrium. Perdarahan pervaginam abnormal yang terjadi selama perimenopause atau postmenopause dihubungkan dengan kejadian kanker endometrium pada 20% kasus. Diagnosis kanker endometrium biasanya dibuat saat melakukan evaluasi penyebab perdarahan pervaginam yang abnormal.
Selain perdarahan pasca-menopause, kanker endometrial juga harus dipertimbangkan pada pasien-pasien dengan keluhan sebagai berikut:
Wanita pasca-menopause dengan piometra
Wanita pasca-menopause asimtomatik dengan sel-sel endometrium pada usapan Papanicolaou, khususnya jika ditemukan sel atipik
Usia peri-menopause dengan perdarahan intermenstrual atau menstruasi yang banyak
Usia pra-menopause dengan perdarahan uterus abnormal, terutama jika terdapat riwayat anovulasi
Rasa sakit pada saat menstruasi.
Rasa sakit yang parah dan terus menerus pada perut bagian bawah, rasa sakit ini akan bertambah pada saat berhubungan seks.
Sakit punggung pada bagian bawah.
Sulit buang air besar atau diare.
Keluar darah pada saat buang air kecil dan terasa sakit.
Keputihan bercampur darah dan nanah.
Terjadi pendarahan abnormal pada rahim.
2.2.5 Skrining Kanker Endometrium
Kanker ini didahului oleh lesi prakanker sehingga sebesarnya cocok juga untuk diadakan program skrining.
Misalnya :
 Dinding kavum uteri sulit dicapai secara pemeriksaan klinik.
 Harus melalui prosedur yang tidak semula kanker serviks.
 Sel endometrium lebih kohesif, menempel ke basal, sel yang bereksfoliasi sedikit.
 Keasaman vagina dapat menyebabkan degenerasi sel eksfoliasi.
Berikut ini beberapa pemeriksaan yang biasa dilakukan pada hiperplasia endometrium:a. USG: Terutama yang transvaginal.
USG : tebal endometrium di atas 5 mm pada usia perimenopause
Pemeriksaan USG dilakukan untuk memperkuat dugaan adanya keganasan endometrium dimana terlihat adanya lesi hiperekoik di dalam kavum uteri/endometrium yang inhomogen bertepi rata dan berbatas tegas dengan ukuran 6,69 x 4,76 x 5,67 cm. Pemeriksaan USG transvaginal diyakini banyak penelitian sebagai langkah awal pemeriksaan kanker endometrium, sebelum pemeriksaan-pemeriksaan yang invasif seperti biopsi endometrial, meskipun tingkat keakuratannnya yang lebih rendah, dimana angka false reading dari strip endometrial cukup tinggi. Sebuah meta-analisis melaporkan tidak terdeteksinya kanker endometrium sebanyak 4% pada penggunaan USG transvaginal saat melakukan pemeriksaan pada kasus perdarahan postmenopause, dengan angka false reading sebesar 50%. USG transvaginal dengan atau tanpa warna, digunakan sebagai tehnik skrining. Terdapat hubungan yang sangat kuat dengan ketebalan endometrium dan kelainan pada endometrium. Ketebalan rata-rata terukur 3,4±1,2 mm pada wanita dengan endometrium atrofi, 9,7±2,5 mm pada wanita dengan hiperplasia, dan 18,2±6,2mm pada wanita dengan kanker endometrium. Pada studi yang melibatkan 1.168 wanita, pada 114 wanita yang menderita kanker endometrium dan 112 wanita yang menderita hiperplasia, mempunyai ketebalan endometrium  5 mm. Metode non-invasif lainnya adalah sitologi endometrium namun akurasinya sangat rendah.
Gambar 1.2 Transvaginal USG Endometrium Cancer
Pap Smear
Pap Smear adalah metode skrining ginekologi, dicetuskan oleh Georgias Papanikolaou, untuk mendeteksi kanker rahim yang disebabkan oleh human papilomavirus.
Gambar 1.3 Pap Smear Test Endometrium Cancer
c. Biopsi
Pengambilan sampel endometrium, selanjutnya di periksa dengan mikroskop (PA) Cara mendapatkan sampel : aspirasi sitologi dan biopsy hisap (suction biopsy) menggunakan suatu kanul khusus. Alat : novak, serrated novak, kovorkian, explora (mylex), pipelly (uniman), probet.
Gambar 1.4 Biopsi
d. Dilatasi dan Kuretase (D&C) :
Untuk metode invasif antara lain adalah dilatase dan kuretase (D&C). Leher rahim dilebarkan dengan dilatator kemudian hiperplasianya dikuret. Hasil kuret lalau di PA-kan.
Gambar 1.5 Dilation and curettage
e. Hysteroscopy
Memasukkan kamera (endoskopi) kedalam rahim lewat vagina. Dilakukan juga pengambilan sampel untuk di PA-kan
Gambar 1.6 Histerescopic
f. Pembedahan
Penentuan stadium karsinoma endometrium yang akurat adalah melalui prosedur pembedahan, namun pada kasus ini pembedahan belum dilakukan meskipun telah direncanakan. Stadium klinik diperlukan untuk persiapan pembedahan (tabel 1 dan tabel 2).
Tabel 1. Stadium klinik karsinoma endometrium (FIGO 1971)7
Stadium
Keterangan
Stadium 0
Karsinoma insitu
Stadium I
Karsinoma terbatas pada korpus
Stadium IA Panjang kavum uteri <8> 8 cm
Stadium II
Karsinoma mengenai korpus dan servik
Stadium III
Karsinoma meluas keluar uterus tetapi belum keluar dari panggul kecil
Stadium IV
Karsinoma meluas keluar dari panggul kecil atau sudah mengenai mukosa kandung kemih atau rektum

Tabel 2. Stadium pembedahan karsinoma endometrium (FIGO 1988)7
Stadium
Keterangan
Stadium IA
Tumor terbatas pada endometrium
Stadium IB
Invasi kurang dari ½ bagian miometrium
Stadium IC
Invasi lebih dari ½ bagian miometrium
Stadium IIA
Tumor hanya menginvasi kelenjar endoserviks
Sadium IIB
Tumor menginvasi stroma serviks
Stadium IIIA
Tumor menginvasi lapisan serosa dan atau ke adneksa dan atau ditemukannya sel ganas pada bilasan peritoneum
Stadium IIIB
Tumor menginvasi ke vagina
Stadium IIIC
Tumor bermetastasis pada kelenjar getah bening pelvik dan atau paraaorta
Stadium IVA
Tumor menginvasi mukosa vesika urinaria dan atau rektum
Stadium IVB
Tumor dengan metastasis jauh
G1
Gambaran pertumbuhan nonskuamosa atau nonmorular padat 5% atau kurang
G2
Gambaran pertumbuhan nonskuamosa atau nonmorular padat 6%-50%
G3
Gambaran pertumbuhan nonskuamosa atau nonmorular padat lebih dari 50%

Kanker endometrium stadium I dan II yang membutuhkan surgical staging:2,3
Lesi derajat 3
Ukuran tumor > 2 cm dengan lesi derajat 2
Clear cell cancer atau serosa papileferum
Invasi ke miometrium > 50%
Terdapat cervical extension
Gambar 1.7 Endometrium Cancer Stage I
Gambar 1.8 Endomentrium Cancer Stage II
Gambar 1.9 Endometrium Cancer Stage III
Penatalaksanan kanker endometrium stadium III bersifat individual tetapi sebaiknya dilakukan histerektomi total dan salpingooverektomi bilateral. Dengan adanya massa pada adneksa, pembedahan sebaiknya dilakukan untuk menilai asal massa dan mengangkat jaringan tumor sebanyak-banyaknya. Terangkatnya seluruh tumor yang terdeteksi secara makroskopis merupakan faktor prognosis penting pada seluruh pasien dengan kanker endometrium stadium III. Pembedahan sebaiknya meliputi pengangkatan KGB pelvis atau paraaorta yang membesar, pemeriksaan sitologi, biopsi omentum dan sampling KGB paraaorta. Pada kasus dengan stadium IV, terapi yang diberikan juga bersifat individual, namun biasanya termasuk kombinasi antara operasi, terapi radiasi dan atau terapi kemoterapi.
Metastasis sistemik merupakan masalah utama, namun efektivitas pemberian terapi adjuvan sistemik masih belum dapat dibuktikan. Pasien-pasien dengan metastasis sistemik ini biasanya memiliki tumor dengan differensiasi yang kurang baik, dan umumnya memiliki sedikit reseptor hormon, sehingga respon terhadap progestin menjadi terhambat.

2.2.6 Terapi
Terapi dengan obat anti-kanker Tamoxifen juga dinyatakan sebagai faktor resiko kanker endometrium. Pada berbagai penelitian, RR pada penggunaan tamoxifen berkisar antara 1-7,5 kali meskipun beberapa penelitian kasus-kontrol tidak menemukan hal ini. Pasien yang mendapat tamoksifen harus diinformasikan mengenai risiko kanker endometrium yang meningkat dan harus melaporkan setiap perdarahan yang tidak normal.
Terapi utama kanker endometrium adalah histerektomi total dan salpingooverektomi bilateral. Pada beberapa kasus diperlukan pemberian radiasi adjuvan untuk mencegah rekurensi pada tunggul vagina dan penyebaran ke KGB.
Pilihan manajemen pasca bedah kanker endometrium stadium awal :
Observasi
Pasien stadium IA atau IB, grade 1 atau 2 memiliki prognosis yang baik dan tidak diperlukan terapi adjuvan pada kasus ini. Dan bila pasien tidak diberikan terapi adjuvan diperlukan pemantauan ketat sehingga kejadian rekurensi pada tunggul vagina dapat didiagnosis secara awal.
Radiasi vagina
Radiasi intrakaviter secara signifikasn menurunkan risiko rekurensi pada tunggul vagina. Lotocki dkk melaporkan bahwa penggunaan radium preoperatif atau postoperatif menurunkan risiko rekurensi pada tunggul vagina 14 % menjadi 1,7 %.
Radiasi pelvis eksternal
Pasien dengan KGB pelvis postif anak sebar, merupakan kandidat untuk pemberian radiasi pelvis eksternal, dan jika dibutuhkan dapat dikombinasi dengan radiasi paraaorta.Dan juga sangat rasional dilakukan pada pasien dengan risisko tinggi, yang tidak menjalani surgical staging tetapi memiliki foto rontgen thoraks, yang negatif, CT scan pelvis dan abdominal negatif, dan kadar Ca 125 yang normal.
Radiasi ekternal memiliki efektifitas yang sama denga radiasi vaginal dalam menghilangkan mikrometastasis pada tunggul vagina, sehingga sangatlah tidak beralasan untuk memberikan radiasi vaginal dan radiasi eksternal secara bersamaan oleh karena morbiditasnya meningkat secara bermakna.
Extended-field radiation
Indikasi pemberian radiasi ini adalah pasien dengan biopsi KGB paraaorta yang postif atau KGB pelvis positif secara makroskopis/beberapa KBG pelvis positif.
Whole abdominal radiation
Pasien dengan metastasis peritoneum atau omentum yang telah direseksi dapat diberikan radiasi ini. Sedangkan pada kasus dengan residu tumor yang besar, sebaiknya dipertimbangkan pemberian terapi sistemik.
Intraperitoneal P
Progestin adjuvan
Terapi profilaksis dengan progesteron pada pasien kanker endometrium mungkin tidak cost effektif kecuali pada pasien dengan risiko tinggi dan merupakan reseptor-positive tumor. Namun masih diperlukan banyak penelitian.

Pencegahan
Banyak cara, misalnya, tak terlalu sering mencuci vagina dengan antiseptik, apalagi tanpa indikasi dan saran dokter. Jangan pula menaburkan talk di vagina. Bisa juga dengan diet rendah lemak. Kita tahu penyakit ganas ini menduduki peringkat atas sebagai pembawa kematian. Tapi, tidak perlu khawatir bila sejak awal kita sudah melakukan pencegahan. Karena, pencegahan menjadi bagian terpenting dari risiko kanker. "Caranya dengan mencegah terpaparnya substansi yang menyebabkan risiko terjadinya kanker tersebut". Yang terjadi di sini justru sebaliknya, masih banyak wanita yang enggan memeriksakan diri ke dokter kandungan, kendati sudah memiliki berbagai keluhan. Padahal, jika dibiarkan kanker akan semakin mengganas
1. Jauhi Rokok
Ini peringatan paling penting buat wanita perokok. Kecuali mengakibatkan penyakit pada paru-paru dan jantung, kandungan nikotin dalam rokok pun bisa mengakibatkan kanker serviks (leher rahim). Nikotin mempermudah semua selaput lendir sel-sel tubuh bereaksi atau menjadi terangsang, baik pada mukosa tenggorokan, paru-paru, juga serviks. " Sayangnya tidak diketahui pasti seberapa banyak jumlah nikotin dikonsumsi yang bisa menyebabkan kanker serviks. Tapi, mengapa harus ambil risiko, lebih baik tinggalkan segera rokok jika kita ingin terbebas dari kanker.
2. Pencucian Vagina
Kita sering melakukan pencucian vagina dengan obat-obatan antiseptik tertentu. Alasannya beragam, entah untuk "kosmetik" atau kesehatan. Padahal, kebiasaan mencuci vagina bisa menimbulkan kanker serviks, baik obat cuci vagina antiseptik maupun deodoran. "Douching atau cuci vagina menyebabkan iritasi di serviks. Iritasi berlebihan dan terlalu sering akan merangsang terjadinya perubahan sel, yang akhirnya jadi kanker." Jadi, sebaiknya pencucian vagina dengan bahan-bahan kimia tak dilakukan secara rutin. "Kecuali bila ada indikasi, misalnya, infeksi yang memang memerlukan pencucian dengan zat-zat kimia.Itu pun seharusnya atas saran dokter." Artinya, kita jangan sembarangan membeli obat-obatan pencuci vagina. "Terlebih lagi, pembersih tersebut umumnya akan membunuh kuman-kuman. Termasuk kuman Basillus doderlain di vagina yang memproduksi asam laktat untuk mempertahankan pH vagina." Kita tahu, bila pH tidak seimbang lagi di vagina, maka kuman lain, seperti jamur dan bakteri, bisa punya kesempatan hidup di tempat tersebut.
3. Menaburi Talk/ Bedak
Yang kerap terjadi lagi, saat daerah vagina gatal atau merah-merah, kita menaburkan talk di sekitarnya, itu bahaya. Pemakaian talk pada vagina wanita usia subur bisa memicu terjadi kanker ovarium (indung telur). "Sebab di usia subur berarti sering ovulasi. Padahal bisa dipastikan saat ovulasi terjadi perlukaan di ovarium. Bila partikel talk masuk akan menempel di atas luka tersebut. Akibatnya, bisa merangsang bagian luka untuk berubah sifat jadi kanker." Karena itu sangat tidak dianjurkan memberi talk di daerah vagina. Karena dikhawatirkan serbuk talk terserap masuk kedalam. Lama-lama akan bertumpuk dan mengendap menjadi benda asing yang bisa menyebabkan rangsangan sel menjadi kanker.
4. Diet Rendah Lemak
Penting diketahui, timbulnya kanker pun berkaitan erat dengan pola makan seseorang. Wanita yang banyak mengkonsumsi lemak akan jauh lebih berisiko terkena kanker endometrium (badan rahim). "Sebab lemak memproduksi hormon estrogen. Sementara endometrium yang sering terpapar hormon estrogen mudah berubah sifat menjadi kanker." Jadi, terang Nasdaldy, untuk mencegah timbulnya kanker endometrium, sebaiknya hindari mengkonsumsi makanan berlemak tinggi. "Makanlah makanan yang sehat dan segar. Jangan lupa untuk menjaga berat badan ideal agar tak terlalu gemuk." Tak heran, bila penderita kanker endometrium banyak terdapat di kota-kota besar negara maju. Sebab, umumnya mereka menganut pola makan tinggi lemak.
5. Kekurangan Vitami C
Pola hidup mengkonsumsi makanan tinggi lemak pun akan membuat orang tersebut melupakan zat-zat gizi lain, seperti beta karoten, vitamin C, dan asal folat. Padahal, kekurangan ketiga zat gizi ini bisa menyebabkan timbul kanker serviks. "Beta karoten, vitamin C, dan asam folat dapat memperbaiki atau memperkuat mukosa diserviks. Jika kekurangan zat-zat gizi tersebut akan mempermudah rangsangan sel-sel mukosa tadi menjadi kanker."Beta karoten banyak terdapat dalam wortel, vitamin C terdapat dalam buah-buahan berwarna oranye, sedangkan asam folat terdapat dalam makanan hasil laut.6. Hubungan Seks Terlalu Dini
Hubungan seks idealnya dilakukan setelah seorang wanita benar-benar matang. Ukuran kematangan bukan hanya dilihat dari ia sudah menstruasi atau belum. Tapi juga bergantung pada kematangan sel-sel mukosa, yang terdapat diselaput kulit bagian dalam rongga tubuh. Umumnya sel-sel mukosa baru matang setelah wanita tersebut berusia 20 tahun ke atas. Jadi, seorang wanita yang menjalin hubungan seks pada usia remaja, paling rawan bila dilakukan di bawah usia 16 tahun. Hal ini berkaitan dengan kematangan sel-sel mukosa pada serviks si wanita. "Pada usia muda, sel-sel mukosa pada serviks belum matang. Artinya, masih rentan terhadap rangsangan sehingga tak siap menerima rangsangan dari luar. Termasuk zat-zat kimia yang dibawa sperma." Lain hal bila hubungan seks dilakukan kala usia sudah di atas 20 tahun, dimana sel-sel mukosa tak lagi terlalu rentan terhadap perubahan. Karena masih rentan, sel-sel mukosa bisa berubah sifat menjadi kanker. "Sifat sel, kan, selalu berubah setiap saat; mati dan tumbuh lagi. Karena ada rangsangan, bisa saja sel yang tumbuh lebih banyak dari sel yang mati, sehingga perubahannya tak seimbang lagi. Kelebihan sel ini akhirnya bisa berubah sifat menjadi sel kanker.
7. Berganti-ganti Pasangan
Bisa juga kanker serviks muncul pada wanita yang berganti-ganti pasangan seks. "Bila berhubungan seks hanya dengan pasangannya, dan pasangannya pun tak melakukan hubungan seks dengan orang lain, maka tidak akan mengakibatkan kanker serviks." Bila berganti-ganti pasangan, hal ini terkait dengan kemungkinantertularnya penyakit kelamin, salah satunya Human Papilloma Virus (HPV). "Virus ini akan mengubah sel-sel di permukaan mukosa hingga membelah menjadi lebih banyak. Nah, bila terlalu banyak dan tidak sesuai dengan kebutuhan, tentu akan menjadi kanker.
8. Terlambat Menikah
Sebaliknya wanita yang tidak atau terlambat menikah pun bisa berisiko terkena kanker ovarium dan kanker endometrium. Sebab, golongan wanita ini akan terus-menerus mengalami ovulasi tanpa jeda. "Jadi, rangsangan terhadap endometrium pun terjadi terus-menerus. Akibatnya bisa membuat sel-sel di endometrium berubah sifat jadi kanker.
Risiko yang sama pun akan dihadapi wanita menikah yang tidak mau punya anak. Karena ia pun akan mengalami ovulasi terus-menerus. "Bila haid pertama terjadi di bawah usia 12 tahun, maka paparan ovulasinya berarti akan semakin panjang. Jadi, kemungkinan terkena kanker ovarium akan semakin besar."Salah satu upaya pencegahannya tentu dengan menikah dan hamil. Atau bisa juga dilakukan dengan mengkonsumsi pil KB.
Sebab penggunaan pil KB akan mempersempit peluang terjadinya ovulasi. "Bila sejak usia 15 tahun hingga 45 tahun dia terus menerus ovulasi, lantas 10 tahun ia ber-KB, maka masa ovulasinya lebih pendek dibandingkan terus-menerus. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan pil KB sebagai alat kontrasepsidapat menurunkan kejadian kanker ovarium sampai 50 persen.9. Pengguna Estrogen
Risiko yang sama akan terjadi pada wanita yang terlambat menopause. "Karena rangsangan terhadap endometrium akan lebih lama, sehingga endometriumnya akan lebih sering terpapar estrogen. Jadi, sangat memungkinkan terjadi kanker." Tak heran bila wanita yang memakai estrogen tak terkontrol sangat memungkinkan terkena kanker. "Umumnya wanita yang telah menopause di negara maju menggunakan estrogen untuk mencegah osteroporosis dan serangan jantung." Namun, pemakaiannya sangat berisiko karena estrogen merangsang semakin menebalnya dinding endometrium dan merangsang sel-sel endometrium sehingga berubah sifat menjadi kanker. Sebaiknya penggunaan hormon estrogen harus atas pengawasan dokter agar sekaligus juga diberikan zat antinya, sehingga tidak berkembang jadi kanker.


DAFTAR PUSTAKA
dr. H. K. Suheimi. “Deteksi dini Ca ”. Computer, writing, rhetoric and literature. (Jurnal Elektronik ), diakses Senin 23 Juni 2008: http://ksuheimi.blogspot.com/2008/07/deteksi-dini.html
Permata Harapan. “Faktor Resiko Kanker Endometrium”. Computer, writing, rhetoric and literature. (Jurnal Elektronik ), 2008 : http://www.indocancer.com/cancer%20/article_detail.asp?cat=13&id=19
Yayan. “Mioma Uteri ”. Computer, writing, rhetoric and literature. (Jurnal Elektronik ), diakses October 4, 2008: http://duniakanker.wordpress.com /2009/02/01/kanker-endometrium/
H. Lee Moffitt Cancer Center and Research Institute “Adenocarcinoma of the Endometrium: An Institutional Review ”. Computer, writing, rhetoric and literature. (Jurnal Elektronik ), diakses 1999: http://www.medscape.com/
dr.Didi Kusmarjadi, SpOG “Hiperplasia Endometrium ”. Computer, writing, rhetoric and literature. (Jurnal Elektronik ), 2009-03-05 : http : www.drdidispog.com /2009/02/hiperplasia-endome
whoellan. “ Kanker Endometrium ”. Computer, writing, rhetoric and literature. (Jurnal Elektronik ), diakses on February 1, 2009: http://duniakanker.wordpress.com /2009/02/01/kanker-endometrium/
Irham Suheimi. “Kanker Endometrium Laporan Kasus Ginekologi dan Onkologi ”. Computer, writing, rhetoric and literature. (Jurnal Elektronik ), diakses Minggu 06 Juli 2008 , http://ksuheimi.blogspot.com/2008/07/kanker-endometrium.html
Indah Mulatsih. “ KIAT MENCEGAH KANKER RAHIM ”. Computer, writing, rhetoric and literature. (Jurnal Elektronik ), Diterbitkan di: Juli 14, 2008 : http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1826844-kiat-mencegah-kanker-rahim/