Jumat, 16 Oktober 2009

Gizi BuruK BUmiL


GIZI BURUK PADA IBU HAMIL




Pendahuluan
1. Status Gizi Ibu Hamil
Masa ibu hamil adalah masa dimana seseorang wanita memerlukan berbagai unsur gizi yang jauh lebih banyak daripada yang diperlukan dalam keadaan tidak hamil. Diketahui bahwa janin membutuhkan zat-zat gizi dan hanya ibu yang dapat memberikannya..Perlu diperhatikan secara khusus adalah pertumbuhan janin dalam daerah pertumbuhan lambat dan daerah pertumbuhan cepat. Daerah pertumbuhan lambat terjadi sebelum umur kehamilan 14 minggu. Setelah itu pertumbuhan agak cepat, dan bertambah cepat sampai umur kehamilan 34 minggu. Kebutuhan zat gizi ini diperoleh janin dari simpanan ibu pada masa anabolik, dan dari makanan ibu setiap hari selama hamil. Berikut ini tertera jumlah unsur-unsur gizi yang dianjurkan selama hamil: kalori 2500 kal, protein 80 g, garan kapur 7,8 g, ferum 18 mg, vitamin A 4000 Kl, vitamin B1 1,2 mg, vitamin C 25 mg (Moehi Sjahmien, 1988). Makanan ibu selama hamil dan keadaan gizi ibu pada waktu hamil berhubungan erat dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Apabila makanan yang dikonsumsi ibu kurang dan keadaan gizi ibu jelek maka besar kemungkinan bayi lahir dengan BBLR. Konsekuensinya adalah bahwa bayi yang lahir kemungkinan meninggal 17 kali lebih tinggi dibanding bayi lahir normal (Chase, 1989).
Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila gtatus gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal. Dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil.
Salah satu cara untuk menilai kualitas bayi adalah dengan mengukur berat bayi pada saat lahir. Seorang ibu hamil akan melahirkan bayi yang sehat bila tingkat kesehatan dan gizinya berada pada kondisi yang baik. Namun sampai saat ini masih banyak ibu hamil yang mengalami masalah gizi khususnya gizi kurang seperti Kurang Energi Kronis
(KEK) dan Anemia gizi (Depkes RI, 1996). Hasil SKRT 1995 menunjukkan bahwa 41 %
ibu hamil menderita KEK dan 51% yang menderita anemia mempunyai kecenderungan melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Ibu hamil yang menderita KEK dan Anemia mempunyai resiko kesakitan yang lebih besar terutama pada trimester III kehamilan dibandingkan dengan ibu hamil normal. Akibatnya mereka mempunyai resiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi dengan BBLR, kematian saat persalinan, pendarahan, pasca persalinan yang sulit karena lemah dan mudah mengalami gangguan kesehatan (Depke RI, 1996). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru, sehingga dapat berakibat pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat mengganggu kelangsungan hidupnya. Selain itu juga akan meningkatkan resiko kesakitan dan kematian bayi karena rentan terhadap infeksi saluran pernafasan bagian bawah, gangguan belajar, masalah perilaku dan lain sebagainya (Depkes RI, 1998).

2. Pola Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil
Kenaikan pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang terpenting keadaan gizi ibu hamil dan makanan ibu selama berlangsung kehamilan. Berat badan hamil dan makanan ibu selama berlangsung kehamilan. Berat badan (BB) sebelum hamil dan perubahan BB selama kehamilan berlangsung merupakan parameter klinik yang penting untuk memprediksi berat badan lahir bayi. Wanita dengan berat badan rendah sebelum hamil, atau kenaikan berat badan rendah sebelum hamil, atau kenaikan berat badan tidak cukup banyak pada saat hamil cenderung melahirkan bayi BBLR (Sayogo, 1993).Menurut Husaini kenaikan berat badan yang dianggap baik untuk orang Indonesia ialah 9 kg. kenaikan berat badan ibu tidak sama, tetapi pada umumnya kenaikan berat badan tertinggi adalah pada umur kehamilan 16 – 20 minggu, dan kenaikan yang paling rendah pada 10 minggu pertama kehamilan.Hasil penelitian di Bogor, menunjukkan bahwa kenaikan berat badan pada trisemester pertama adalah 1,0 kg, pada trisemester kedua 4,4 kg, dan pada trisemester ketiga 3,8 ketiga 3,8 kg (Husaini, dkk, 1986).Saat kehamilan tubuh wanita mengalami perubahan khususnya genitalia ekstema, interna dan mammae. Berat badan akan naik 6,5 – 16,5 kg terutama pada kehamilan 20 minggu terakhir (2 kg/bulan). Kenaikan berat badan dalam kehamilan disebabkan oleh hasil konsepsi berupa plasenta, fetus, liquor amnion dan dari ibu sendiri yaitu uterus dan mammae membesar, peningkatan volume darah, pertambahan protein dan lemak, serta terjadinya retensi darah (Manaf, 1994).Kenaikan berat badan selama kehamilan sangat mempengaruhi massa pertumbuhan janin dalam kandungan. Pada ibu-ibu hamil yang status gizi jelek sebelum hamil, maka kenaikan berat badan pada saat hamil akan berpengaruh terhadap berat bayi lahir (Husaini, 1996
3. Penilaian status gizi
Penilaian status gizi wanita hamil maliputi evaluasi terhadap faktor resiko, diet, pengukuran antropometrik dan biokimiawi. Faktor resiko diet dibagi dalam dua kelompok, yaitu risiko selama hamil dan risiko selama perawatan(antenatal). Risiko yang pertama adalah usiaa dibawah 18 tahun, keluarga prasejahtera, food fadism, perokok berat, pecandu obat dan alkohol, berat <80%>120% berat baku, terlalu sering hamil, >8 kali dengan sela waktu <> 1 kg/bulan), dan Hb <>140/90 mmHg, edema dan albuminuria >+2, presentasi bokong, janin kembar, dan perdarahan vagina.
4. Faktor yang mempengaruhi status gizi
Berat badan bayi baru lahir ditentukan oleh status gizi janin. Status gizi janin ditentukan antara lain oleh status gizi ibu pada waktu konsepsi. Status gizi ibu sewaktu konsepsi dipengaruhi oleh:
1. Keadaan sosial dan ekonomi ibu sebelum hamil2. Keadaan kesehatan dan gizi ibu3. Jarak kelahiran jika yang dikandung bukan anak pertama4. Paritas5 .Usia kehamilan pertama Status gizi ibu pada waktu melahirkan ditentukan berdasarkan keadaan dan status gizi pada waktu konsepsi, juga berdasarkan:a. Keadaan sosial dan ekonomi waktu hamilb. Derajat pekerjaan fisikc. Asupan pangan d. Pernah tidaknya terjangkit penyakit infeksi5. Kebutuhan gizi selama hamil Tujuan penatan gizi selama hamil adalah untuk menyiapkan :1. Cukup kalori, protein yang bernilai biologi tinggi, vitamin, mineral dan cairan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi ibu, janin serfta plasenta,2. Makanan padat gizi dapat membentuk lebih banyak jaringan tubuh bukan lemak,3. Cukup kalori dan zat gizi untuk memenuhi pertambahan berat baku saat hamil,4. Perencanaan perawatan gizi yang memungkinkan ibu hamil untuk memperoleh dan memepertahankan status gizi optimal sehingga dapat menjalani kehamilan dengan aman dan berhasil, melahirkan bayi dengan potensi fisik dan mental yang baik, dan memperoleh cukup energi untuk menyusui serta merawat bayi kelak,5. Perawatan gizi yang dapat mengurangi atau menghilangkan reaksi yang tidak diinginkan, seperti mual dan muntah,6. Perawatan gizi yang dapat membantu pengobatan penyulit yang terjadi selama kehamilan (diabetes melitus),7. Mendorong ibu hamil sepanjang waktu untuk mengembangkan kebiasaan makan yang baik yang dapat diajarkan kepada anaknya selama hidup.
Perencanaan gizi pada wanita hamil sebaiknya mengacu pada RDA. Dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil, kebutuhan ibu hamil akan protein meningkat sampai 68%, asam folat 100%, kalsium 50%, dan zat besi 200-300%.Bahan pangan yang digunakan harus meliputi enam kelompok, yaitu :
1 .Makanan yang mengandung protein (hewani dan nabati),2. Susu dan olahannya,3. Roti dan bebijian,4. Buah dan sayur yang kaya akan vitamin c,5. Sayuran berwarna hijau tua,6. Buah dan sayur lain.

Jika keenam bahan makanan ini digunakan, maka seluruh zat gizi yang dibutuhkan oleh wanita hamil akan terpenuhi, kecuali zat besi dan asam folat. Hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan diet wanita hamil adalah:
1. Carilah bahan makanan yang padat gizi dan kaya akan asam folat2. Jangan pernah melupakan waktu makan, terutama sarapan3. Harus makan cukup agar tercapai pertambahan berat badan optimal4. Jangan pernah coba menurunkan berat badan, atau menghindari pertambahan berat badan normal5. Gunakanlah garam beryodium dalam jumlah sedang6. Memeperbanyak minum7. Jika berat badan bertambah dengan cepat, pasien dianjurkan untuk memeriksakan diri ke dokte, dan jangan menangani sendiri8. Tidak merokok

a. Energi Karena banyaknya perbedaan kebutuhan energi selama hamil, WHO menganjurkan jumlah tambahan sebesar 150 kkal sehari pada trimester I, dan 350 kkal selama trimester II dan III. Sementara Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi V 1993 mematok angka 285 kkal perhari (pemberian suplementasi kalori di atas 430 kalori per hari kepada mereka yang berstatus gizi buruk, dapat meningkatkan berat badan lebih dari 225 gram(Practice dkk, 1983)). Angka ini entu saja tidak termasuk penambahan akibat perubahan temperature ruangan, kegiatan fisik, dan pertumbuhan. Patokan ini bagi mereka yang tidak mengubah kegiatan fisik selama mengandung.
b. Protein Kebutuhan ibu hamil akan protein meningkat sampai 68%. Jumlah protein yang harus tersedia sampai akhir kehamilan sekitar 925 g yang tertimbun dalam jaringan ibu, janin dan plasenta. National Academy of Sciences mematok angka sekitar 30 gram. Sementara Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi V 1993 menagnjurkan penambahan 12 gr/hari. Bahan pangan yang dijadikan sumber sebaiknya 2/3-nya marupakan bahan pangan yang bernilai biologi tinggi, seperti daging tak berlemak, ikan, telur, susu dan hasil olahannya. Protein yang berasal dari tumbuhan (nilai biologinya rendah) cukup 1/3 bagian.
c. Zat Besi
Kebutuhan ibu hamil akan Fe meningkat (untuk pembentukan plasenta dan sel darah merah)sebesar 200-300%. Perkiraan besaran zat besi yang perlu ditimbun selama hamil ialah 1040 mg. Dari jumlah ini, 200 mg Fe tertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan 840 mg sisanya hilang. Sebanyak 300 mg Fe ditransfer ke janin, dengan 50-75 mg untuk pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah darah merah, dan 200 mg lenyap ketika melahirkan. Penyerapan besi dipengaruhi oleh banyak factor. Protein hewani dan vitamin C meningkatkan penyerapan. Kopi, teh, garam kalsium, magnesium dan fitat dapat mengikat Fe sehingga mengurangi jumlah serapan. Karena itu sebaiknya tablet Fe ditelan bersamaan dengan makanan yang dapat memperbanyak jumlah serapan, sementara makanan yang mengikat Fe sebaiknya dihindarkan, atau tidak dimakan dalam waktu bersamaan. Di samping itu, penting pula diingat, tambahan besi sebaiknya diperoleh dari makanan, karena tablet Fe terbukti dapat menurunkan kadar seng dalam serum.d. Asam Folat
Asam folat merupakan satu-satunya vitamin yang kebutuhannya selama hamil berlipat dua. Kekurangan asam folat secara marjinal mengakibatkan peningkatan kepekaan, lelah berat, dan gangguan tidur. Dua kondisi pertama menyebabkan kaki kejang. Kekejangan ini biasanya timbul pada malam hari sehingga lama kelamaan dapat mengganggu tidur penderita, yang dikenal dengan restless leg syndrome. Jika kekurangan asam folat bertambah parah, akan terjadi anemia yang ditandai dengan penampakan kelelahan dan depresi.
Kekurangan asam folat berkaitan dengan bayi lahir rendah, ablasio plasenta dan, neural tube defect. Pemberian suplementasi dapat menghapus kelainan ini.CDC (1991) menganjurkan wanita yang pernah melahirlan bayi penderita neural tube defect, untuk mengkonsumsi asam folat sebanyak 4 mg sehari pada kehamilan selanjutnya. Sementara Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi V 1993 menganjurkan dosi sebesar 200 mikrogram tanpa membatasi pernah tidaknya melahirkan bayi cacat.Preparat suplementasi sebaiknya diberikan sekitar 28 hari setelah ovulasi atau pada 28 hari pertama kehamilan, karena otak dan sumsum tulang belakang dibentuk pada hari pertama kehamilan. Dengan demikian, pemberian suplementasi harus dilaksanakan sebelum konsepsi terjadi. Besarnya suplementasi ialah 280, 660, dan 470 mikrogram per hari, masing-masing pada trimester I, II, III.
Jenis makanan yang mengandung asam folat antara lain ragi, hati, sayuran berdaun hijau, kacang-kacangan. Sumber lain ialah hati, daging, jeruk, telur.Karena tidak stabil dalam pemanasan, dan mudah rusak jika dimasak, sayuran sebaiknya dimakan mentah setelah dicuci dengan air mengalir untuk melenyapkan sisa pestisida dan / atau telur cacing. Di samping itu, harus diperhatikan pula pengganggu penyerapan lain, seperti alcohol, kontrasepsi oral, barbiturate, aspirin, dan obat anti kejang.e. Kalsium Metabolisme kalsium selama hamil berubah mencolok, meskipun mekanisme terjadinya belum sepenuhnya dipahami. Kadar kalsiem dalam darah wanita hamil menurun drastic sampai 5% ketimbang wanita tidak hamil. Secara kumulatif, janin menimbun kalsium sebanyak 30 g, dengan kecepatan 7, 110, dan 350 mg masing-masing pada trimester I, II, III. Asupan yang dianjurkan kira-kira 1200 mg/hari bagi wanita hamil yang berusia di atas 25 tahun dan cukup 800 mg untuk mereka yagn berusia lebih muda. Sumber utama kalsium adalah susu dan hasil olahannya seperti whole milk, skimmed milk, toghurt, keju, udang, sarang burung, sarden dalam kaleng, serta beberapa bahan makanan nabati seperti sayuran warna hijau tua dan lain-lain.f. Kobalamin (Vitamin B12)
Anemia pernisiosa yang disertai dengan rasa letih yang parah merupakan akibat dari defisiensi B12. Vitamin ini sangat penting dalam pembentukan RBC. Anemia pernisiosa biasanya tidak disebabkan oleh kekurangan vitamin B12 dalam makanan, melainkan oleh ketiadaan factor intrinsic yaitu sekresi gaster, yang diperlukan oleh penyerapan B12. gejala anemia ini meliputi rasa letih dan lemah yang hebat, diare, depresi, mengantuk, mudah tersinggung serta pucat. Di antara golongan vitamin B kompleks, vitamin B12 memang unik karena sangat jarang didapat dari tanaman, tetapi banyak di dalam daging atau produk olahan dari binatang. Bersama asam folat, vitamin ini menyintesis DNA dan memudahkan pertumbuhan sel. Vitamin B12 penting sekali bagi pertumbuhkembangan normal RBC, dan keberfungsian sel-sel sumsum tulang, system persarafan, dan saluran cerna. Tubuh dapat menyimpan B12 di hati dalam jumlah yang adekuat untuk persediaan selama 5 tahun. Itulah sebabnya mengapa defisiensi berat jarang terjadi. Pangan sumber vitamin B12 ialah hati, telur, ikan (terutama tuna), kerang, daging, unggas, susu, keju. Asupan yang dianjurkan sekitar 3 mikrogram sehari. Sebutir telur mengandung 1 mikrogram, secangkir susu menyimpan 1 mikrogram; 85 gram daging babi mengandung 2 mikrogram asam folat. Selain reaksi alergi, pengaruh toksik akibat pemberian vitamin ini dalam dosis mega belum pernah dilaporkan. Penyuntikan vitamin B12 sebanyak 10.000 kali dosis anjuran tidak menimbulkan pengaruh yang tidak diinginkan. Di samping factor intrinsic, factor lain yang mengganggu penyerapan B12 ialah alcohol, pil KB, dan senyawa tertentu dalam rokok.

g. Vitamin D
Kekurangan vitamin D selama hamil berkaitan dengan gangguan metabolisme kalsium pada ibu dan janin. Gangguan ini berupa hipokalsemia dan tetani pada bayi baru lahir, hipoplasia enamel gigi bayi, osteomalasia pada ibu. Insidensi dapat ditekan dalam pemberian 10 mikrogram (400 IU) per hari. Kekurangan vitamin D menjangkiti nwanita hamil yang bermukim di daerah yang hanya sedikit bersentuhan dengan sinar matahari sehingga sintesis vitamin D di kulit tidak terjadi.
h. Yodium Kekurangan yodium selama kehamilan mengakibatkan janin menderita hipotiroidisme, yang selanjutnya berkembang menjadi kreatinisme karena peran hormone tiroid dalam perkembangan dan pematangan otak menempati posisi strategis. Kerusakan saraf akibat hipotiroidisme yang berlangsung pada akhir kehamilan tidak separah jika hal ini terjadi di awal kehamilan. Karena itu, koreksi terhadap kekurangan yodium sebaiknya dilakukan sebelum atau selama 3 bulan pertama kehamilan. Anjuran asuhan per hari untuk wanita hamil dan menyusui sebesar 200 µg (Food and Nutrition Board of the National Academy of Scient\ces in the United State), dalam bentuk garam beryodium, pemberian suplementasi pada hewan ternak, pemberian minyak beryodium per oral atau injeksi. Di antara cara-cara ini, pemberian garam beryodium memang lebih mudah, namun masih ada masalah dalam hal pendistribusian dan/atau pertahanan mutu yodium yang terkandung. Selepas dari pabrik, terutama selama penyimpanan di gudang rusak dan warung, garam beryodium akan terpajan dalam panas sehingga cepat rusak.6. Keadaan yang lazim berlangsung selama hamil
a. Ngidam Ngidam diartikan sebagai keinginan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu(atau bahkan hal lain). Banyak orang yakin jika hal ini muncul akibat desakan janin. Kondisi ini tidak jarang menyebabkan orang mengkonsumsi makanan dalam jumlah berlebihan, sehingga pertambahan berat badan terlalu banyak.b. Pegal linu dan kaku
Pegal linu, biasa terjadi pada malam hari, diakibatkan oleh pertumbuhan janin sekaligus pertumbuhan hormonal. Perut yang terdorong ke depan(terutama jika kehamilan sudah besar), memindahkan titik gravitasi. Keadaan ini juga dimungkinkan karena kadar kalsium serum rendah sementara fosfat tinggi sehingga sistem neuromuskular mudah terangsang. Gangguan dapat diredakan dengan banyak beristirahat, memakai sepatu bertumit rendah, dan menjaga postur tubuh dengan baik.Asupan yang perlu dibatasi ialah pangan yang kaya akan fosfat namun rendah kalsium seperti soda, daging, dan makanan awetan, tetapi bukan susu. Asupan susu, meskipun banyak mengandung fosfat, jangan dikurangi karena susu juga banyak mengandung kalsium. Agar fosfat dapat tereliminasi, ibu dapat diberi suplementasi alumunium hidroksida, kalsium laktat, atau karbonat yang berfungsi mengikat fosfat.c. Sembelit Sembelit berkaitan denagn setidaknya 6 macam kondisi dalam tubuh, yaitu:1. Rahim yang membesar menekan kolon dan rektum sehingga mengganggu ekskresi,2. Peningkatan kadar progesteron merelaksasikan otot saluran cerna serta menurunkan motilitas,3. Asupan cairan tidak adekuat,4. Diet serat tidak cukup,5. Suplementasi zat besi6. Kebiasaan defekasi yang buruk7. Jangan berolahraga dan sering melewatkan satu waktu makanSembelit dapat diatasi dengan cara:a. Bangun subuh lalu minum segelas air jeruk hangatb. Lakukan gerak badan secar teratur selama hamilc. Minum air setidaknya 8-10 gelas(2-3 liter) sehari; jumlah ini pun harus dicocokkan dengan besaran angka kecukupan energid. Memperbanyak makanan yang kaya akan serat, paling tidak setiap pagi harus memakan sesendok teh tepung serealiae. Membatasi pemberian suplementasi zat besi bukan menjadi setiap hari, melainkan setiap dua kali sehari. Makanan yang kaya akan zat besi ditambah, dan dimakan pada hari ketika suplementasi tidak diberikan.d. Nyeri ulu hati
Nyeri ulu hati berkaitan dengan perubahan hormonal(progesteron) dan pertumbuhan janin. Ketidakseimbangan hormon mengurangi motilitas lambung dan kontraksi sfingter, di samping dengan penekanan lambung oleh janin. Ketiga kondisi ini mempermudah regurgitasi cairan lambung ke dalam esofagus gaster. Rasa nyeri biasanya timbul setelah makan, terutama pada trimester terakhir.
e. Mual dan muntah
Rasa mual, dikenal sebagai morning sickness karena gejala ini timbul ketika bangun tidur, terjadi karena kadar progesteron di awal kehamilan meningkat sementara kadar gula darah dan pergerakan usus menurun. Penurunan kadar gula darah terjadi cepat selama hamil karena ibu juga memberi makan janin. Kadang kala keadaan ini berlanjut menjadi hiperemesis dan berlangsung selama terus-menerus. Jika terjadi hiperemesis, kekurangan cairan dan elektrolit harus dikoreksi secara progresif. Dengan hiperemesis ditentukan dengan besaran kehilangan berat badan yang berlangsung cepat, di samping tanda klinis dan laboratoris kekurangan vitamin, mineral dan elektrolit. Mual akan teratasi jika upaya berikut dilaksanakan:
a. Sebelum tidur, pastikan kamar tidur selalu mendapat udara segar. Bau pakaian kotor dan bau alat rumah tangga sering menimbulkan rasa mual.b. Sebelum bangkit dari tempat tidur, makanlah sedikit roti bakar atau biskuitc. Ketika bangun, bangkitlah secara perlahan: 5-6 menit(jangan bangkit mendadak)

a. Kebutuhan Gizi pada Ibu Hamil
Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Sehingga kekurangan zat gizi tertentu yang diperlukan saat hamil dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna. Bagi ibu hamil, pada dasarnya semua zat gizi memerlukan tambahan, namun yang seringkali menjadi kekurangan adalah energi protein dan beberapa mineral seperti Zat Besi dan Kalsium.
Kebutuhan energi untuk kehamilan yang normal perlu tambahan kira-kira 80.000 kalori selama masa kurang lebih 280 hari. Hal ini berarti perlu tambahan ekstra sebanyak kurang lebih 300 kalori setiap hari selama hamil (Nasution, 1988). Energi yang tersembunyi dalam protein ditaksir sebanyak 5180 kkal, dan lemak 36.337 Kkal. Agar energi ini bisa ditabung masih dibutuhkan tambahan energi sebanyak 26.244 Kkal, yang digunakan untuk mengubah energi yang terikat dalam makanan menjadi energi yang bisa dimetabolisir. Dengan demikian jumlah total energi yang harus tersedia selama kehamilan adalah 74.537 Kkal, dibulatkan menjadi 80.000 Kkal. Untuk memperoleh besaran energi per hari, hasil penjumlahan ini kemudian dibagi dengan angka 250 (perkiraaan lamanya kehamilan dalam hari) sehingga diperoleh angka 300 Kkal.
Kebutuhan energi pada trimester I meningkat secara minimal. Kemudian sepanjang trimester II dan III kebutuhan energi terus meningkat sampai akhir kehamilan. Energi tambahan selama trimester II diperlukan untuk pemekaran jaringan ibu seperti penambahan volume darah, pertumbuhan uterus, dan payudara, serta penumpukan lemak. Selama trimester III energi tambahan digunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta. Karena banyaknya perbedaan kebutuhan energi selama hamil, maka WHO menganjurkan jumlah tambahan sebesar 150 Kkal sehari pada trimester I, 350 Kkal sehari pada trimester II dan III. Di Kanada, penambahan untuk trimester I sebesar 100 Kkal dan 300 Kkal untuk trimester II dan III. Sementara di Indonesia berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998 ditentukan angka 285 Kkal perhari selama kehamilan. Angka ini tentunya tidak termasuk penambahan akibat perubahan temperatur ruangan, kegiatan fisik, dan pertumbuhan. Patokan ini berlaku bagi mereka yang tidak merubah kegiatan fisik selama hamil. Sama halnya dengan energi, kebutuhan wanita hamil akan protein juga meningkat, bahkan mencapai 68 % dari sebelum hamil. Jumlah protein yang harus tersedia sampai akhir kehamilan diperkirakan sebanyak 925 g yang tertimbun dalam jaringan ibu, plasenta, serta janin. Di Indonesia melalui Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998 menganjurkan penambahan protein 12 g/hari selama kehamilan. Dengan demikian dalam satu hari asupan protein dapat mencapai 75-100 g (sekitar 12 % dari jumlah total kalori); atau sekitar 1,3 g/kgBB/hari (gravida mature), 1,5 g/kg BB/hari (usia 15-18 tahun), dan 1,7 g/kg BB/hari (di bawah 15 tahun). Bahan pangan yang dijadikan sumber protein sebaiknya (2/3 bagian) pangan yang bernilai biologi tinggi, seperti daging tak berlemak, ikan, telur, susu dan hasil olahannya. Protein yang berasal dari tumbuhan (nilai biologinya rendah) cukup 1/3 bagian.
Kenaikan volume darah selama kehamilan akan meningkatkan kebutuhan Fe atau Zat Besi. Jumlah Fe pada bayi baru lahir kira-kira 300 mg dan jumlah yang diperlukan ibu untuk mencegah anemia akibat meningkatnya volume darah adalah 500 mg. Selama kehamilan seorang ibu hamil menyimpan zat besi kurang lebih 1.000 mg termasuk untuk
keperluan janin, plasenta dan hemoglobin ibu sendiri. Berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi Tahun 1998, seorang ibu hamil perlu tambahan zat gizi ratarata
20 mg perhari. Sedangkan kebutuhan sebelum hamil atau pada kondisi normal rata-rata 26 mg per hari (umur 20 – 45 tahun).

b. Gizi Kurang pada Ibu Hamil
1. Dampak Kurang Gizi
Kekurangan asupan gizi pada trimester I dikaitkan dengan tingginya kejadian bayi lahir prematur, kematian janin, dan kelainan pada sistem saraf pusat bayi. Sedangkan kekurangan energi terjadi pada trimester II dan III dapat menghambat pertumbuhan janin atau tak berkembang sesuai usia kehamilannya. Contoh konkretnya adalah kekurangan zat besi yang terbilang paling sering dialami saat hamil. Gangguan ini membuat ibu mengalami anemia alias kekurangan sel darah merah. Kekurangan asam folat juga dapat menyebabkan anemia, selain kelainan bawaan pada bayi, dan keguguran. Padahal, tak sulit memperoleh tambahan zat besi dan asam folat ini. Selain dari suplemen, juga dari bahan makanan yang disantapnya. Namun ibu hamil tak dianjurkan mengonsumsi suplemen multivitamin karena kelebihan vitamin A dan D dosis tinggi dalam tubuh justru dapat menimbulkan penumpukan yang berefek negatif. Suplemen dalam bentuk jejamuan juga tidak dianjurkan jika kebersihan dan keamanan bahannya tidak terjamin. Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu antara lain: anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena penyakit infeksi. Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (premature), pendarahan setelah persalinan, serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan kegururan , abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan masalah, baik pada ibu maupun janin, seperti diuraikan berikut ini.
1. Terhadap Ibu
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu antara lain: anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena penyakit infeksi.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, system reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
Anemia pada Ibu Hamil, Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb berada di bawah normal. Di Indonesia Anemia umumnya disebabkan oleh kekurangan Zat Besi, sehingga lebih dikenal dengan istilah Anemia Gizi Besi. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar. Hasil penelitian Jumirah, dkk. (1999) menunujukkan bahwa ada hubungan kadar Hb ibu hamil dengan berat bayi lahir, dimana semakin tinggi kadar Hb ibu semakin tinggi berat badan bayi yang dilahirkan. Sedangkan penelitian Edwi Saraswati, dkk. (1998) menemukan bahwa anemia pada batas 11 gr/dl bukan merupakan resiko untuk melahirkan BBLR. Hal ini mungkin karena belum berpengaruh terhadap fungsi hormone maupun fisiologis ibu. Selanjutnya pada analisa bivariat anemia batas 9 gr/dl atau anemia berat ditemukan secara statistik tidak nyata melahirkan BBLR. Namun untuk melahirkan bayi mati mempunyai resiko 3,081 kali. Dari hasil analisa multivariat dengan memperhatikan masalah riwayat kehamilan sebelumnya menunjukkan bahwa ibu hamil penderita anemia berat mempunyai resiko untuk melahirkan BBLR 4,2 kali lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang tidak menderita anemia berat.

2. Terhadap Persalinan
Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (premature), pendarahan setelah persalinan, serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat.

3. Terhadap Janin
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan kegururan , abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat
bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), lahir dengan
berat badan lahir rendah (BBLR)
Resiko BBLR pada Ibu Hamil, di Indonesia batas ambang LILA dengan resiko KEK adalah 23,5 cm hal ini berarti ibu hamil dengan resiko KEK diperkirakan akan melahirkan bayi BBLR. Bila bayi lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) akan mempunyai resiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan, dan gangguan perkembangan anak. Untuk mencegah resiko KEK pada ibu hamil sebelum kehamilan wanita usia subur sudah harus mempunyai gizi yang baik, misalnya dengan LILA tidak kurang dari 23,5 cm. Apabila LILA ibu sebelum hamil kurang dari angka tersebut, sebaiknya kehamilan ditunda sehingga tidak beresiko melahirkan BBLR. Hasil penelitian Edwi Saraswati, dkk. di Jawa Barat (1998) menunjukkan bahwa KEK pada batas 23,5 cm belum merupakan resiko untuk melahirkan BBLR walaupun resiko relatifnya cukup tinggi. Sedangkan ibu hamil dengan KEK pada batas 23 cm mempunyai resiko 2,0087 kali untuk melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang mempunyai LILA lebih dari 23 cm. Sebagaimana disebutkan di atas, berat bayi yang dilahirkan dapat dipengaruhi oleh status gizi ibu baik sebelum hamil maupun saat hamil. Status gizi ibu sebelum hamil juga cukup berperan dalam pencapaian gizi ibu saat hamil. Penelitian Rosmeri (2000) menunjukkan bahwa status gizi ibu sebelum hamil mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap kejadian BBLR. Ibu dengan status gizi kurang (kurus) sebelum
hamil mempunyai resiko 4,27 kali untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan dengan ibu yang mempunyai status gizi baik (normal).
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui status gizi ibu hamil antara lain memantau pertambahan berat badan selama hamil, mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA), dan mengukur kadar Hb. Pertambahan berat badan selama hamil sekitar 10 – 12 kg, dimana pada trimester I pertambahan kurang dari 1 kg, trimester II sekitar 3 kg, dan trimester III sekitar 6 kg. Pertambahan berat badan ini juga sekaligus bertujuan memantau pertumbuhan janin. Pengukuran LILA dimaksudkan untuk mengetahui apakah seseorang menderita Kurang Energi Kronis (KEK), sedangkan pengukuran kadar Hb untuk mengetahui kondisi ibu apakah menderita anemai gizi.

Penutup
Ibu hamil merupakan kelompok yang cukup rawan gizi. Kekurangan gizi pada ibu hamil mempunyai dampak yang cukup besar terhadap proses pertumbuhan janin dan anak yang akan dilahirkan. Bila ibu hamil mengalami kurang gizi maka akibat yang akan ditimbulkan antara lain: keguguran, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, dan bayi lahir dengan BBLR. Beberapa penelitian membuktikan bahwa pengaruh gizi kurang terhadap kejadian BBLR cukup besar pada ibu hamil, apalagi kondisi gizi ibu sebelum hamil buruk. Masalah gizi kurang pada ibu hamil ini dapat dilihat dari prevalensi Kekurangan Energi Kronis (KEK) dan kejadian anemia. Untuk memperkecil resiko BBLR diperlukan upaya mempertahankan kondisi gizi yang baiik pada ibu hamil. Upaya yang dilakukan berupa pengaturan konsumsi makanan, pemantauan pertambahan berat badan, pemeriksaan kadar Hb, dan pengukuran LILA sebelum atau saat hamil.


Daftar Pustaka
Depkes RI. Direktorat Pembinaan Kesehatan Masyarakat. 1992. Pedoman Pelayanan
Kesehatan Prenatal di Wilayah Kerja Puskesmas. Jakarta.
Depkes RI. Direktorat Pembinaan Kesehatan Masyarakat. 1996. Pedoman
Penanggulangan Ibu Hamil Kekurangan Enargi Kronis. Jakarta.
Depkes RI. 1997. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. Jakarta.
Saraswati, E. 1998. Resiko Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) dan Anemia untuk
melahirkan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Penelitian Gizi dan
Makanan jilid 21.
Jumirah, dkk. 1999. Anemia Ibu Hamil dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Serta
Dampaknya pada Berat Bayi Lahir di Kecamatan Medan Tuntungan Kotamadya Medan.
Laporan Penelitian. Medan
Kardjati, S. 1999. Aspek Kesehatan dan Gizi Anak Balita. Yayasan Obor Indonesia.
Jakarta.
Nasution, A.H., dkk. 1988. Gizi untuk Kebutuhan Fisiologis Khusus. Terjemahan. PT
Gramedia. Jakarta.
Pudiadi. 1997. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Fakultas Kedokteran UI. Jakarta
Manik, R. 2000. Pengaruh Sosio Demografi, Riwayat Persalinan dan Status Gizi Ibu
terhadap Kejadian BBLR, Studi Kasus di RSIA Sri Ratu Medan. Skripsi Mahasiswa
FKM USU. Medan.
Sarimawar, D., dkk. 1991. Faktor Resiko yang Mempengaruhi Anemia Kehamilan.
Buletin Penelitian Kesehatan. Jakarta.

KoNSeLiNg KB

Kamis, 25 Juni 2009

Kesehatan Ibu dan Anak




PROMOSI KESEHATAN DALAM MENINGKATKAN
KESEHATAN IBU DAN ANAK

2.1 Kesehatan
K
5esehatan adalah salah satu unsure kehidupan yang sangat penting, Sehat adalah suatu keadaan yang masih termasuk dalam variasi normal dalam standard yang diterima untuk criteria tertentu berdasarkan jenis kelamin, kelompok penduduk dan wilayah ( WHO, 1957 ). Konsep sehat juga menyangkut organ-organ yang ada di dalam tubuh, yang berfungsi dengan baik. Organ tersebut akan mempengaruhi tubuh secara keseluruhan. Bila fungsi organ tersebut di luar batas tertentu, maka tubuh dikatakan dalam keadaan “malfungsi”. Konsep ini mencerminkan hubungan dari bagian-bagian tubuh dengan secara keseluruhan. Jadi konsep sehat di satu pihak mencerminkan gambaran keseluruhan, di pihak lain mencerminkan interaksi antara bagian-bagian tubuh. Jelaslah bahwa swhat adalah suatu keadaan yang relative, hal ini dengan tepat dilukiskan oleh Perkins sebagai berikut : “ Health is state of relative equilibriums of body form and function which result from its succesfull dynamic adjustment to forces impinging on it, but an active respons of body forces working toward readjustment” (Kapita Selekta Kedokteran, 1982). Perkins jelas mengatakan bahwa konsep sehat ( dan sakit) merupakan spectrum yang lebar dan setiap waktu kesehatan seseorang bergeser dalam spectrum tersebut sesuai dengan hasil interaksi yang terjadi dengan kekuatan-kekuatan yang mengganggunya. Konsep sehat menurut WHO mengandung 3 unsur, yaitu fisik, mental dan social. Sehat secara fisik jelas pengukurannya, seperti yang telah dibicarakan diatas. Sehat secara mental juga relative mudah diketahui. Namun banyak pandangan yang tentang apa yang dimaksud dengan sehat secara social. Ada kecenderungan yang sama, bahwa sehat social dikaitkan dengan sistim keamanan social, meskipun masih dapat dipertanyakan apakah Negara yang memiliki sistim keamanan social memang lebih baik status kesehatannya. Hal ini tentunya tergantung daripada kwalitas sistimnya, bagaimana sistim itu dijalankan dan prospek pembiayaannya dikaitkan dengan pendapatan nasional Negara tersebut. Hal ini menggambarkan bahwa sehat harus dilihat dari pandangan komunitas maupun individual.
Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 memberikan batasan : Kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan social yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomi. Batasan yang diangkat dari batasan kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang paling baru ini, memang lebih luas dan dinamis dibandingkan dengan batasan sebelumnya yang mengatakan, bahwa kesehatan adalah keadaan sempurna baik mental dan fisik, maupun social dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat. Pada batasan yang terdahulu, kesehatan itu hanya mencakup 4 aspek yakni fisik ( badan), mental (jiwa), social, dan ekonomi. Hal ini berarti kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental, dan social saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan secara ekonomi. Bagi yang belum memasuki usia kerja, anak dan remaja, atau bagi yang sudah tidak bekerja ( pensiun) atau usila (Usia lanjut), berlaku produktif secara social, yakni mempunyai kegiatan, misalnya sekolah atu kuliah bagi anak dan remaja, dan kegiatan pelayanan social bagi usila. Keempat dimensi kesehatan tersebut saling mempengaruhi dalam mewujudkan tingkat kesehatan pada seseorang, kelompok, atau masyarakat. Itulah sebabnya, maka kesehatan itu bersifat holistic atau menyeluruh. Wujud atau indicator dari masing-masing aspek tersebut dalam kesehatan individu antara lain sebagai berikut.
1). Kesehatan fisik terwujud apabila seseorang tidak merasa sakit dan memang secara klinis tidak sakit. Semua organ tubuh normal dan berfungsi normal atau tidak ada gangguan fungsi tubuh.
2). Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional dan spiritual. Pikiran yang sehat tercermin dari cara berpikir seseorang yakni mampu berpikir logis (masuk akal) atau berpikir secara runtut. Emosional yang sehat tercermin dari kemampuan sesorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya taku, gembira, sedih dan sebagainya. Spiritual yang sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, atau penyembahan terhadap sang Pencipta alam dan seisinya ( Allah Yang Maha Kuasa), secara mudah spiritual yang sehat itu dapat dilihat dari praktik keagamaan atau kepercayaannya serta perbuatan baik yang sesuai dengan norma-norma masyarakat.
3). Kesehatan social terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain secara baik, atau mampu berinteraksi dengan orang lain secara baik, atau mampu berinteraksi dengan orang atau kelompok lain tanpa membeda-bedakan ras, suku, agama atau kepercayaan, status social, ekonomi, politik dan sebagainya saling menghargai dan toleransi.
4). Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat dari produktivitas seseorang (dewasa) dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong hidupnya atau keluarganya secara financial. Bagi anak remaja dan usila dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Bagi mereka produktif disini diartikan mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka nanti, misalnya sekolah atau kuliah bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan pelayanan atau keagamaan bagi para usila.
Kesehatan Masyarakat
Upaya kesehatan ialah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah atau masyarakat. Hal ini berarti bahwa peningkatan kesehatan ini baik kesehatan individu, kelompok atau masyarakat harus diupayakan. Upaya mewujudkan kesehatan ini dilakukan oleh individu, kelompok masyarakat, lembaga pemerintahan, ataupun swadaya masyarakat (LSM). Upaya mewujudkan kesehatan tersebut, dapat dilihat dari dua aspek, yakni pemeliharaan kesehatan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan mencakup dua aspek, yaitu aspek kuratif ( pengobatan penyakit) dan aspek rehabilitatif (pemulihan kesehatan setelah sembuh dari sakit atau cacat). Sedang peningkatan kesehatan mencakup dua aspek yaitu preventif (pencegahan penyakit) dan aspek promotif (peningkatan kesehatan itu sendiri). Kesehatan perlu ditingkatkan karena kesehatan itu relatif dan mempunyai bentangan yang luas. Oleh sebab itu upaya kesehatan promotif mengandung makna bahwa kesehatan seseorang, kelompok atau individu, harus selalu diupayakan sampai tingkat yang optimal. Upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan diwujudkan dalam suatu wadah pelayanan kesehatan yang disebut sarana kesehatan. Jadi sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.
Secara umum kesehatan dibagi menjadi dua yakni kesehatan individu dan kesehatan agregat ( kumpulan individu ) atau kesehatan masyarakat. Ilmu yang mempelajari masalah kesehatan individu ini adalah ilmu kedokteran (medicine), sedangkan ilmu yang mempelajari masalah kesehatan agrerat adalah ilmu kesehatan masyarakat (public health). Dari pengalaman –pengalaman praktek kesehatan masyarakat yang telah berjalan sampai abad ke 20, Winslow (1920) seorang ahli kesehatan masyarakat, membuat batasan yang sampai sekarang masih relevan, yaitu : kesehatan masyarakat (public health) adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat untuk :
Perbaikan sanitasi lingkungan
Pembersihan penyakit-penyakit menular
Pendidikan untuk kebersihan perorangan ( personal hygiene)
Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini serta pengobatan, dan
Pengembangan rekayasa social untuk menjamin agar setiap orang terpenuhi kebutuhan hidupnya yang layak dalam memelihara kesehatannya.
Dari batasan – batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat mempunyai dua aspek teoritis ( ilmu atau akademi) dan praktisi ( aplikasi ). Kedua aspek ini masing-masing mempunyai peran dalam kesehatan masyarakat . Secara teoritis, kesehatan masyarakat perlu didasari dan didukung dengan hasil penelitian. Artinya, dalam penyelenggaraan kesehatan masyarakat (aplikasi) harus didasari dengan temuan (evident based) dan hasil kajian ilmiah (penelitian). Sebaliknya, kesehatan masyarakat juga harus terapan (applied), artinya, hasil study kesehatan masyarakat harus mempunyai manfaat bagi pengembangan program kesehatan.
Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai factor, factor internal (dari dalam diri manusia) maupun factor eksternal (di luar diri manusia). Faktor internal ini terdiri dari factor fisik dan psikis. Factor eksternal terdirir dari berbagai factor, antara lain social, budaya masyarakat, lingkungan fisik, politik, ekonomi, pendidikan dan sebagainya.
Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok atau masyarakat ( Blum :1974). Oleh sebab itu dalam rangka membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat, intervensi atau upaya yang ditujukan kepada factor perilaku ini sangat strategis. Intervensi terhadap factor perilaku secara garis besar dapat dilakukan melalui dua upaya yang saling bertentangan. Masing-masing upaya tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Promosi Kesehatan sebagai bagian dari cabang dari ilmu kesehatan,juga mempunyai dua sisi, yakni sisi ilmu dan seni. Dari sisi seni, yakni praktisi atau aplikasi promosi kesehatan, merupakan penunjang bagi program-program kesehatan lain. Artinya setiap program kesehatan, misalnya pemberantasan penyakit, perbaikan gizi masyarakat, sanitasi lingkungan, kesehatan ibu dan anak, program pelayanan kesehatan dan sebagainya, perlu ditunjang atau dibantu oleh promosi kesehatan ( di Indonesia sering disebut penyuluhan kesehatan). Hal ini esensial, karena masing-masing program tersebut mempunyai aspek perilaku masyarakat yang perlu dikondisikan dengan program promosi kesehatan. Dari pengalamn beretahun-tahun pelaksanaan pendidikan ini, baik Negara maju maupun Negara berkembang, mengalami berbagai hambatan dalam rangka pencapaian tujuannya, yakni mewujudkan perilaku hidup sehat bagi masyarakatnya. Hambatan yang paling dirasakan adalah factor pendukungnya. Di dalam penelitian-penelitian yang ada terungkap, meskipun kesadaran dan pengetahuan yang sudah tinggi tentang kesehatan, namun praktik tentang kesehatan atau perilaku hidup sehat masyarakat masih rendah. Setelah dilakukan pengkajian oleh WHO terutama dinegara-negara berkembang ternyata factor pendukung atau sarana dan prasaranatidak mendukung masyarakat untuk berperilaku hidup sehat.
Promosi Kesehatan Dalam Meningkatkan Kesehatan Ibu dan Anak
Promosi Kesehatan pada hakikatnya ialah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat kelompok, atau individu. Dengan adanya pesan tersebut maka diharapkan masyarakat, kelompok, atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Peengetahuan tersebut akhirnya diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilaku. Dengan kata lain, adanya promosi kesehatan diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku sasaran.
Promosi kesehatan juga merupakan suatu usaha proses yang mempunyai masukan (input) dan keluaran (output). Suatu proses promosi kesehatan yang menuju tercapainya tujuan pendidikan, yakni perubahan perilaku, dipengaruhi oleh banyak factor. Factor tersebut, disamping factor materi atau pesannya, pendidik atau petugas yang melakukannya, dan alat-alat Bantu/alat peraga pendidikan yang dipakai. Agar mencapai suatu hasil yang optimal, maka factor-faktor tersebut harus bekerja sama secara harmonis.
PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan prilaku, melalui pendekatan pimpinan (advokasi), bina suasana (social support), dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, dalam tatanan rumah tangga, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Sasaran PHBS di rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga yaitu pasangan usia subur, ibu hamil dan atau ibu menyusui, anak remaja, usia lanjut dan pengasuh anak.
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Anak (AKB) masih tinggi yaitu, 307 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 35/1000 kh. Target yang ditetapkan untuk dicapai pada RPJM tahun 2009 untuk AKI adalah 226 per 100.000 kh dan AKB 26/1000 kh. Dengan demikian target tersebut merupakan tantangan yang cukup berat bagi program KIA ( Dinkesprovsulteng, 2007).
Angka Kematian Ibu (AKI) Indonesia masih cukup tinggi. Menurut Survei Kesehatan Demografi Indonesia (SDKI) tahun 2002 - 2003 AKI untuk periode tahun 1998-2002, adalah sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan Angka kematian bayi (AKB) Indonesia terjadi turun naik. Tahun 1997 AKB mencapai 46 per 1000 kelahiran hidup, kemudian tahun 2002 menurun menjadi 35 per 1000 kelahiran hidup (SDKI, 2002). Dari Susenas 2004 hasil perhitungan AKB dengan Mortpak 4 adalah adalah 52 per 1000 kelahiran hidup. Selain itu di didapati juga data Susenas 2004 memperoleh perkiraan Angka Kematian Balita sebesar 74 per 1000 balita, dengan referensi waktu Mei 2002 ( Asmilia Makmur, 2008).
Sebagaian besar penyebab kematian ibu secara tidak langsung (menurut survei Kesehatan Rumah Tangga 2001 sebesar 90%) adalah komplikasi yang terjadi pada saat persalinan dan segera setelah bersalin. Penyebab tersebut dikenal dengan Trias Klasik yaitu Pendarahan (28%), eklampsia (24%) dan infeksi (11%). Sedangkan penyebab tidak langsungnya antara lain adalah ibu hamil menderita Kurang Energi Kronis (KEK) 37%, anemia (HB kurang dari 11 gr%) 40%. Kejadian anameia pada ibu hamil ini akan meningkatkan resiko terjadinya kematian ibu dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia ( Dinkesprovsulteng, 2007).
Menurut data SKRT tahun 2001, 90 % penyebab kematian ibu karena adanya komplikasi dan 28 % diantaranya terjadi pendarahan dimasa kehamilan dan persalinan. ((Resty Km 2007). Ada beberapa sebab yang tidak langsung tentang masalah kesehatan ibu, yaitu :
• Pendidikan ibu-ibu terutama yang ada di pedesaan masih rendah. Masih banyaknya ibu yang beranggapan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan sesuatu yang alami yang berarti tidak memerlukan pemeriksaan dan perawatan, serta tanpa mereka sadari bahwa ibu hamil termasuk kelompok risiko tinggi. Ibu hamil memiliki risiko 50 % dapat melahirkan dengan selamat dan 50 % dapat mengakibatkan kematian.
• Sosial ekonomi dan sosial budaya Indonesia yang mengutamakan bapak dibandingkan ibu, sebagai contoh dalam hal makanan, sang bapak didahulukan untuk mendapat makanan yang bergizi sedangkan bagian yang tertinggal diberikan kepada ibu, sehingga angka anemia pada ibu hamil cukup tinggi mencapai 40 %.
• “4 terlalu “dalam melahirkan, yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering dan terlalu banyak
• “3 terlambat”, yaitu terlambat mengambil keputusan, terlambat untuk dikirim ke tempat pelayanan kesehatan dan terlambat mendapatkan pelayanan kesehatan.
Beberapa kegiatan dalam meningkatkan upaya percepatan penurunan AKI telah diupayakan antara lain melalui promosi kesehatan dalam peningkatan kualitas pelayanan dengan melakukan pelatihan klinis bagi pemberi pelayanan kebidanan di lapangan. Kegiatan ini merupakan implementasi dari pemenuhan terwujudnya 3 pesan kunci Making Pregnancy Safer yaitu:
Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih
Setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat, dan
Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.
Sehubungan dengan penerapan system desentralisasi, maka pelaksanaan strategi MPS didaerah pun diharapkan dapat lebih terarah dan sesuai dengan permasalahan setempat. Dengan adanya variasi anatara daerah dalam hal demografi dan geografi, maka kegaiatan dalam program kesehatan ibu dan Anak (KIA) akan berbeda pula. Namun agar pelaksanaan Program KIA dapat berjalan lancar, aspek peningkatan mutu pelayanan program KIA puskesmas maupun di tingkat Kabaupaten/Kota. Peningkatan mutu program KIA juga dinilai dari besarnya cakupan program di masing-masing wilayah kerja ( Dinkesprovsulteng, 2007).
Untuk itu, perlu di pantau secara terus menerus besarnya cakupan pelayanan KIA disuatu wilayah kerja, agar diperoleh gambaran yang jelas mengenai kelompok mana dalam wilayah kerja tersebut yang paling rawan. Dengan diketahuinya lokasi rawan kesehatan ibu dan anak, maka wilayah kerja tersebut dapat lebih diperhatikan dan dicarikan pemecahan masalahnya. Untuk memantau cakupan pelayanan KIA tersebut dikembangakan system Pemantau Wilayah Setempat (PWS-KIA). Tujuannya untuk meningkatnya pemantauan cakupan dan pelayanan untuk setiap wilayah kerja secara terus-menerus dalam rangka meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan. Secara khusus bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang masalah-masalah yang menghambat Pelaporan data dari Kabupaten/Kota, memantau cakupan KIA yang dipilih sebagai indikator, secara teratur (bulanan) dan terus menerus untuk tiap wilayah, menilai kesenjangan anatara target yang ditetapkan dan pencapaian sebenarnya untuk tiap Kabupaten/kota, menentukan urutan wilayah prioritas yang akan ditangani srcara insentif berdasarkan besarnya kesenjangan anatara target dan pencapaian, merencanakan tindak-lanjut dengan menggunakan sumber daya yang tersedia dan yang dapat digali ( Dinkesprovsulteng, 2007).
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) RI melalui Surat Nomor: 443/1334/SJ tanggal 8 Juni 2005, tentang Progam-program Kesehatan Dasar dan Penyakit Menular antara lain meminta untuk segera melakukan revitalisasi dan optimalisasi Posyandu. Dalam surat tersebut, Mendagri meminta agar Pemerintah Provinsi segera mengembangkan langkah-langkah kegiatan antara lain meningkatkan kualitas kemampuan dan ketrampilan Kader, meningkatkan pemenuhan kelengkapan sarana dan prasarana, meningkatkan fungsi pendampingan dan kualitas pembinaan, serta meningkatkan peranserta masyarakat, kemitraan dengan swasta dan dunia usaha ( Asmilia Makmur, 2008).
Menindaklanjuti SE Mendagri di atas serta menyadari peran Posyandu yang demikian strategis dalam mendeteksi secara dini berbagai persoalan KB, Kesehatan Ibu dan Anak serta kesehatan masyarakat, maka Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) ( Asmilia Makmur, 2008).
Posyandu adalah salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Depkes RI, 2006). Meskipun posyandu bersumber daya masyarakat, pemerintah tetap ikut andil terutama dalam hal penyediaan bantuan teknis dan kebijakan. Kebijakan terkait posyandu terbaru adalah Surat Edaran Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah tertanggal 13 Juni 2001 tentang Pedoman Umum Revitalisasi Posyandu. Salah satu indikator keberhasilan revitalisasi posyandu adalah meningkatknya status gizi anak sehingga jumlah anak yang berat badannya tidak naik semakin menurun. Kasus kurang gizi dan gizi buruk terkadang sulit ditemukan di masyarakat, salah satu penyebabnya adalah karena si ibu tidak membawa anaknya ke pusat pelayanan kesehatan. Akibatnya bermunculan berbagai kasus kesehatan masyarakat bermula dari kekurangan gizi yang terlambat terdekteksi pada banyak balita seperti diare, anemia pada anak, dan lain-lain ( Asmilia Makmur, 2008). Sedangkan strategi dalam menurunkan AKI adalah :
• Peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang cost efektif dan didukung oleh :
• Kerjasama lintas program dan lintas sektor terkait, mitra lain, pemerintah dan swasta
• Pemberdayaan perempuan dan keluarga
• Pemberdayaan masyarakat.
Kegiatan yang dilakukan dalam menurunkan AKI (Resty Km, 2007).yaitu :
Peningkatan kualitas dan cakupan pelayanan, melalui :
a. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan antara lain berupa penyediaan tenaga bidan di desa, kesinambungan keberadaan bidan desa, penyediaan fasilitas pertolongan persalinan pada polindes/pustu dan puskesmas, kemitraan bidan dan dukun bayi, serta berbagai pelatihan bagi petugas.
b. Penyediaan pelayanan kegawatdaruratan yang berkualitas dan sesuai standar, antara lain bidan desa di polindes/pustu, puskesmas PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar), Rumah sakit PONEK (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Kualitas) 24 jam.
c. Mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran, antara lain dalam bentuk KIE untuk mencegah terjadinya 4 terlalu, pelayanan KB berkualitas pasca persalinan dan pasca keguguran, pelayanan asuhan pasca keguguran, meningkatkan partisipasi aktif pria.
d. Pemantapan kerjasama lintas program dan sektor, antara lain dengan jalan menjalin kemitraan dengan pemda, organisasi profesi (IDI, POGI, IDAI, IBI, PPNI), Perinasia, PMI, LSM dan berbagai swasta.
e. Peningkatan partisipasi perempuan, keluarga dan masyarakat, antara lain dalam bentuk meningkatkan pengetahuan tentang tanda bahaya, pencegahan terlambat 1 dan 2, serta menyediakan buku KIA. Kesiapan keluarga dan masyarakat dalam menghadapi persalinan dan kegawatdaruratan (dana, transportasi, donor darah), jaga selama hamil, cegah 4 terlalu, penyediaan dan pemanfaatan yankes ibu dan bayi, partisipasi dalam jaga mutu pelayanan.
Peningkatan kapasitas manajemen pengelola program, melalui peningkatan kemampuan pengelola program agar mampu melaksanakan, merencanakan dan mengevaluasi kegiatan (P1 – P2 – P3) sesuai kondisi daerah.
Sosialisasi dan advokasi , melalui penyusunan hasil informasi cakupan program dan data informasi tentang masalah yang dihadapi daerah sebagai substansi untuk sosialisasi dan advokasi. Kepada para penentu kebijakan agar lebih berpihak kepada kepentingan ibu dan ana
PROMOSI KESEHATAN KESEHATAN IBU DAN ANAK
Adalah upaya-upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat agar mereka dapat menolong diri sendiri serta mengembangkan kegiatan bersumber daya masyarakat.
2.4.1 Peran Promosi Kesehatan
Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan salah satu pilar bagi “Indonesia Sehat 2010”.
Promosi kesehatan adalah penopang utama bagi setiap pogram kesehatan.
Satu fungsi Puskesmas adalah sebagai pusat pemberdayaan masyarakat
2.4.2 Strategi Promosi Keseshatan
Gerakan Pemberdayaan
Bina Suasana
Advokasi Yang diperkuat oleh Kemitraan serta Metode dan sarana yang tepat Geraka Pemberdayaan
2.4.3 Pemberdayaan :Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti per-kembangan sasaran, serta proses membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice).
2.4.4 Sasaran Utama Pemberdayaan
Individu ( Ibu dan Anak )
Keluarga ( Ibu dan Anak)
Kelompok masyarakat
Bina Suasana
Bina Suasana : adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial di mana pun ia berada (keluarga di rumah, orang-orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan lain-lain, dan bahkan masyarakat umum) memiliki opini yang positif terhadap perilaku tersebut.
Tiga Pendekatan :
• Pendekatan Individu, • Pendekatan Kelompok, dan • Pendekatan Masyarakat Umum.
a) Bina Suasana Individu
• Bina Suasana Individu ditujukan kepada individu-individu tokoh masyarakat. • Dengan pendekatan ini diharapkan : - dapat menyebarluaskan opini yang positif terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan. - dapat menjadi individu-individu panutan dalam hal perilaku yang sedang diperkenalkan. Yaitu dengan bersedia atau mau mempraktikkan perilaku yang sedang diperkenalkan tersebut (misalnya seorang pemuka agama yang rajin melaksanakan 3 M yaitu Menguras, Menutup dan Mengubur– demi mencegah munculnya wabah demam berdarah). - dapat diupayakan agar mereka bersedia menjadi kader dan turut menyebarluaskan informasi guna menciptakan suasana yang kondusif bagi perubahan perilaku individu.
b) Bina Suasana Kelompok
• Bina Suasana Kelompok ditujukan kepada kelompok-kelompok dalam masyarakat, seperti pengurus Rukun Tetangga (RT), pengurus Rukun Warga (RW), Majelis Pengajian, Perkumpulan Seni, Organisasi Profesi, Orga-nisasi Wanita, Organisasi Siswa/Mahasiswa, Organisasi Pemuda, dan lain-lain. Pendekatan ini dapat dilakukan oleh dan atau bersama-sama dengan pemuka/tokoh masyarakat yang telah peduli dengan tujuan meningkatkan kesehatan Ibu dan Anak.
• Dengan pendekatan ini diharapkan kelompok-kelompok tersebut menjadi peduli terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan dan me-nyetujui atau mendukungnya.• Bentuk dukungan ini dapat berupa kelompok tersebut bersedia juga mempraktikkan perilaku yang sedang diperkenalkan, mengadvokasi pihak-pihak yang terkait, dan atau melakukan kontrol sosial terhadap individu-individu anggotanya.
c) Bina Suasana Masyarakat Umum
• Bina Suasana Masyarakat Umum dilakukan terhadap masyarakat umum dengan membina dan memanfaatkan media-media komunikasi, seperti radio, televisi, koran, majalah, situs internet, dan lain-lain, sehingga dapat tercipta pendapat umum yang positif tentang perilaku tersebut. Dengan pendekatan ini diharapkan :
• media-media massa tersebut menjadi peduli dan mendukung perilaku yang sedang diperkenalkan.
• Media-media massa tersebut lalu bersedia menjadi mitra dalam rangka menyebar-luaskan informasi tentang perilaku yang sedang diperkenalkan dan menciptakan pendapat umum (opini publik) yang positif tentang perilaku tersebut. • Suasana atau pendapat umum yang positif ini akan dirasakan pula sebagai pendukung atau “penekan” (social pressure) oleh individu-individu anggota masyarakat, sehingga akhirnya mereka mau melaksanakan perilaku yang sedang diperkenalkan.
2.4.6 Advokasi• Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders).• Advokasi diarahkan untuk menghasilkan dukungan yang berupa kebijakan (misalnya dalam bentuk peraturan perundang-undangan), dana, sarana, dan lain-lain sejenis. Stakeholders yang dimaksud bisa berupa :
• Tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan penyandang dana pemerintah.
• Tokoh-tokoh masyarakat informal seperti tokoh agama, tokoh adat, dan lain-lain yang umumnya dapat berperan sebagai penentu “kebijakan” (tidak tertulis) di bidangnya.
• Yang juga tidak boleh dilupakan adalah tokoh-tokoh dunia usaha, yang diharapkan dapat berperan sebagai penyandang dana non-pemerintah.• Perlu disadari bahwa komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui advokasi jarang diperoleh dalam waktu singkat.
• Pada diri sasaran advokasi umumnya berlangsung tahapan-tahapan, yaitu (1) mengetahui atau menyadari adanya masalah, (2) tertarik untuk ikut mengatasi masalah, (3) peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai alternatif pemecahan masalah, (4) sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif pemecahan masalah, dan (5) memutuskan tindak lanjut kesepakatan. Dengan demikian, maka advo-kasi harus dilakukan secara terencana, cermat, dan tepat.
• Bahan-bahan advokasi harus disiapkan dengan matang, yaitu:• Sesuai minat dan perhatian sasaran advokasi
• Memuat rumusan masalah dan alternatif pemecahan masalah
• Memuat peran si sasaran dalam pemecahan masalah
• Berdasarkan kepada fakta atau evidence-based
• Dikemas secara menarik dan jelas
• Sesuai dengan waktu yang tersedia
Kemitraan
• Kemitraan harus digalang baik dalam rangka Pemberdayaan maupun Bina Suasana, dan Advokasi.
• Kemitraan perlu digalang dengan individu-individu, keluarga, pejabat-pejabat atau instansi-instansi pemerintah yang terkait dengan urusan kesehatan (lintas sektor), pemuka atau tokoh masya-rakat, media massa, dan lain-lain.
Kesetaraan
Kesetaraan berarti :
• Tidak diciptakan hubungan yang bersifat hirarkhis.
• Semua harus diawali dengan kesediaan menerima bahwa masing-masing berada dalam kedudukan yang sama (berdiri sama tinggi, duduk sama rendah).
• Keadaan ini dapat dicapai apabila semua pihak bersedia mengembangkan hubungan kekeluargaan. Yaitu hubungan yang dilandasi kebersamaan atau kepentingan bersama. Adapun bila kemudian dibentuk struktur yang hirarkhis (dalam organisasi kelompok kemitraan, misalnya), adalah karena kesepakatan.
2.4.9 Keterbukaan • Di dalam setiap langkah diperlukan adanya kejujuran dari masing-masing pihak
• Setiap usul/ saran/komentar harus disertai dengan alasan yang jujur, sesuai fakta, tidak menutup-tutupi sesuatu.
• Pada awalnya hal ini mungkin akan menimbulkan diskusi yang seru layaknya “pertengkaran”. Akan tetapi kesadaran akan kekeluargaan dan kebersamaan, akan mendorong timbulnya solusi yang adil dari “pertengkaran” tersebut.
2.4.10 Metode dan Sarana
• Terdapat dua hal yang menentukan keberhasilan komunikasi, yaitu: (1) metode komunikasi, dan
(2) sarana atau media pendukung komunikasi.
a) Metode komunikasi
• Pemberdayaan dapat dilakukan dengan pilihan metode: ceramah & tanya jawab, dialog, demonstrasi, konseling, bimbingan, kerja kelompok, dan lain-lain dalam meningkatkan kesehatan Ibu dan Anak.
• Bina Suasana dapat dilakukan dengan metode-metode: penggunaan media massa, dialog, debat, seminar, kampanye, petisi/ resolusi, mobilisasi, dan lain-lain. • Advokasi dapat dilakukan dengan pilihan metode: seminar, lobi, dialog, negosiasi, debat, petisi/resolusi, mobilisasi, dan lain-lain.
• Masing-masing metode memiliki keunggulan dan kelemahan, sehingga penggunaan gabungan beberapa metode sering dilakukan untuk memaksimalkan hasil.
b) Sarana komunikasi
• Jika penerima informasinya berupa individu tertentu, dapat digunakan media seperti lembar-balik (flashcards), gambar-gambar/foto-foto dan skema yang berupa lembaran-lembaran.
• Jika penerima informasinya berupa kelompok tertentu, dapat digunakan lembar-balik ukuran lebih besar, pertunjukan slides (melalui overhead projector, slide projector, komputer & LCD projector, atau lainnya), dan pertunjukan filem (melalui film projector, VCD player, komputer & LCD projector, atau lainnya).• Jika penerima informasinya berupa masyarakat umum atau individu-individu dan kelompok-kelompok di mana pun berada (tidak tertentu), dapat digunakan poster, leaflet, flyer, majalah, koran, buku, siaran radio, dan tayangan televisi.2.4.11 Promosi Kesehatan Oleh Puskesmas
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pemba-ngunan kesehatan nasional. Yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya, agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, dalam rangka mencapai Visi „Indonesia Sehat“.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Puskesmas harus menyelenggarakan tiga fungsi, yaitu sebagai : (1) pusat peng-gerak pembangunan berwawasan kesehatan, (2) pusat pemberdayaan masyarakat, dan (3) pusat pelayanan kesehatan strata pertama.


DAFTAR PUSTAKA
Prof. dr. Notoatmojo, Soekidjo. “ Promosi Kesehatan” . 2007. Rineka Cipta. Jakarta.
Junadi, Purnawan. Amelz Husna. ” Kapita Selekta Kedokteran”. Edisi 2. 1928. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Indonesia. Jakarta
Amin Subargus, SKM, M.Kes “PROMOSI KESEHATAN DALAM KEPERAWATAN ”. Computer, writing, rhetoric and literature. (Jurnal Elektronik ), diakses April 11, 2009: http : // WordPress.com.
Dinkesprovsulteng. “Pertemuan Peningkatan Kemampuan Pengelola Data Kesehatan Ibu dan Anak Tahun 2007 Tingkat Provinsi Sulawesi Tengah ”. Computer, writing, rhetoric and literature. (Jurnal Elektronik ), diakses Nopember 16, 2007 : http : // Wordpress. Com
Nurudin Jauhari. “ CAKUPAN PROMOSI KESEHATAN THN 2007 ”, Computer, writing, rhetoric and literature. (Jurnal Elektronik ), diakses April 28th, 2008, http:// cakupan-promosi-kesehatn.html
Resty K. “FUNGSI IBU SULIT DIGANTI !!!!! FUNGSI ISTERI DAPAT DIGANTI”. Computer, writing, rhetoric and literature. (Jurnal Elektronik ), diakses 2007: http : // - webmaster@promosikesehatan.com

Flu Babi






INVESTIGASI WABAH
VIRUS H1N1 ( SWINE FLU ) / FLU BABI

Virus Flu Babi ( H1N1 )
3.1.1 Definisi
Flu Babi atau Swine Flu/Influenza adalah penyakit saluran pernafasan pada babi, yang disebabkan virus influenza jenis A. Virus flu ini menyebabkan kesakitan yang berat pada babi tetapi angka kematiannya rendah. Virus ini (type A H1N1 virus) pertama kali di isolasi dari babi pada tahun 1930. Penyakit ini cenderung mewabah di musim semi dan musim dingin tetapi siklusnya adalah sepanjang tahun. Ada banyak jenis flu babi dan seperti flu pada manusia penyakit ini secara konstan berubah.
Flu babi (Inggris:Swine influenza) adalah kasus-kasus influensa yang disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae yang endemik pada populasi babi. Galur virus flu babi yang telah diisolasi sampai saat ini telah digolongkan sebagai Influenzavirus C atau subtipe genus Influenzavirus A. Babi dapat menampung virus flu yang berasal dari manusia maupun burung, memungkinkan virus tersebut bertukar gen dan menciptakan galur pandemik.
Flu babi menginfeksi manusia tiap tahun dan biasanya ditemukan pada orang-orang yang bersentuhan dengan babi, meskipun ditemukan juga kasus-kasus penularan Flu babi diketahui dari manusia ke manusia. Gejala virus termasuk demam, disorientasi, kekakuan pada sendi, muntah-muntah, dan kehilangan kesadaran yang berakhir pada kematian .
Seperti semua virus influenza, virus flu babi berubah secara konstan. Babi bisa terinfeksi virus avian influenza (virus flu burung) dan virus flu manusia. Jika berbagai virus ini menyerang babi, maka virus ini akan mampu membentuk spesien- spesien virus baru, yang merupakan gabungan virus avian, manusia dan swine. Sampai saat ini sudah berhasil diisolasi sebanyak 4 sub-type A: H1N1, H1N2, H3N2, and H3N1. H1N1 merupakan virus lebih baru yang baru saja ditemukan pada babi.Virus Swine flu sebetulnya secara normal tidak menginfeksi manusia. Namun secara sporadis dilaporkan adanya infeksi virus ini pada manusia seperti yang terjadi di US dan mexico. Seringnya orang yang terkena adalah orang-orang yang bekerja pada peternakan/industri yang berhubungan dengan babi. Juga dilaporkan adanya penyebaran antar manusia.
Influenza adalah sebuah virus paket protein dan DNA yang tidak cukup kapasitas untuk bereproduksi sendiri. Virus ini menginfeksi sebuah sel, membajak permesinan didalamnya dan menggunakannya untuk menggandakan diri. Virus berkembang biak sehingga ada begitu banyak salinannya yang membuat sel meledak dan koloninya tumpah ke mana-mana, termasuk menyebar ke sel-sel yang masih sehat. Virus flu dari babi {H1N1}, sama dengan virua flu dari burung {H5N1}, tergolong pada tipe A virus influenza. Manusia, kuda, anjing laut, dan paus juga bisa terinfeksi virus flu tipe ini. Sebagai catatan saja, saat ini ada tiga subtipe yang paling banyak bersirkulasi dalam tubuh manusia, termasuk H1N1.
Virus influenza tipe A dan B {Cuma bersirkulasi diantara manusia} dikarakterkan ke dalam varian genetik yang di sebut ”strain atau turunan”. Turunan baru terus tumbuh secara konstan menggantikan turunan-turunan yang sudah lama. Jadi, ketika tubuh mungkin sudah membangun resistensi terhadap sebuah turunan, turunan yang lebih baru bisa jadi mampu menyusup dan menyiasatinya. Dari sini, epidemi yaitu tingkat insiden penyakit yang cukup tinggi di sebuah area atau populasi dan Pandemi penyebaran penyakit secara geografi atau global bisa menyusul. Kekhawatiran itu kini sedang melanda dunia dari flu babi. Seperti virus flu tipe A lainnya, virus flu babi umumnya menyebar menumpang lewat ludah yang terempas ke udara bebas gara-gara batuk atau bersin.
Gambar 1
Foto Virus Flu Babi Pertama
Sel virus terdiri dari inti yang berisi materi genetik yang di kelilingi protein yang membuat virus bisa masuk dan menguasai sel korbannya. Sel itu sangat kecil dan ukurannya hanya seperseribu milimeter. Contoh virus itu diambil dari pasien yang terinfeksi di California dan difoto pada 27 April 2009 di markas US Centers for Disease Control and Prevention Atlanta Georgia. Virus baru itu seperti virus flu normal terjadi pada babi di Amerika Utara. Tapi H1N1 memiliki gen dari Eropa dan babi Asia. Termasuk masuknya virus dari burung dan manusia yang menjadi organisme yang berbeda. Tidak ada yang tahu virus ini akan seberapa bahaya, namun sejauh ini terhitung masih aman.
Asal Mula
Pada 5 Februari 1976, tentara di Fort Dix, Amerika Serikat menyatakan dirinya kelelahan dan lemah, kemudian meninggal dunia keesokannya. Dokter menyatakan kematiannya itu disebabkan oleh virus ini sebagaimana yang terjadi pada tahun 1918. Presiden kala itu, Gerald Ford, diminta untuk mengarahkan rakyatnya disuntik dengan vaksin, namun rencana itu dibatalkan. Pada 20 Agustus 2007, virus ini menjangkiti seorang warga di pulau Luzon, Filipina.
Belum reda pemberitaan flu singapura Dunia dikejutkan serangan virus flu baru yang muncul kali pertamanya di Meksiko. Departemen kesehatan Meksiko menyatakan penyakit ini telah menewaskan 86 orang dan menyerang lebih dari 1.400 sejak 13 April lalu. Virus yang sama juga menyerang Amerika Serikat. Pemerintah AS mengumumkan bahwa virus telah ditemukan di New York, California, Texas, Kansas, dan Ohio, namun belum ada laporan mengenai korban jiwa. Sementara Spanyol, Selandia Baru, dan Kanada melaporkan dugaan kasus tersebut.
Mewabahnya flu babi (swine flu) di Meksiko sejak pertengahan April 2009 tengah menjadi hottest issue di berbagai media massa saat ini. Pemerintah dan masyarakat di seluruh dunia siaga satu sekaligus cemas, akankah ini menyebar menjadi masalah global seperti halnya saat pandemi flu yang membunuh jutaan orang di seluruh dunia pada 1918, 1957, dan 1968. Setelah menginfeksi lebih dari seribu warga Meksiko dan 10 orang di Amerika, WHO mengingatkan bahwa wabah flu babi berpotensi menjadi pandemi dunia.
Klasifikasi Wabah Flu Babi
Dahulu CDC menerima laporan hanya 1-2 kasus flu ini setiap 1 sampai 2 tahun. tetapi sejak Desember 2005 s/d Februari 2009, 12 kasus telah dilaporkan. Bahkan dalam bulan April 2009 dilaporkan terjadi kejadian luar biasa (out break) seperti tabel dibawah.
Gambar II
Tabel KLB Flu Babi
Negara
Laboratorium Konfirmasi cases
Kasus lain yg mungkin
Jumlah kematian
Mexico
172
1,995
152
United States
50
212+
0
Canada
6
28+
0
United Kingdom
2
21
0
Spain
1
39
0
New Zealand
0
67
0
Australia
0
40
0
Colombia
0
12
0
Brazil
0
11
0
Chile
0
8
0
Switzerland
0
5
0
Denmark
0
4
0
Ireland
0
4
0
Czech Republic
0
3
0
Poland
0
3
0
France
0
3
0
Guatemala
0
3
0
Israel
0
2
0
South Korea
0
2
0
Argentina
0
1
0
Costa Rica
0
1
0
Peru
0
1
0
Russia
0
1
0
Norway
0
1
0
Total
231
2,467
152
Seberapa parah virus Flu babi ini :
Penyakit ini berbeda antara Mexico & America. Mexico lebih parah dari America.
Penyakit ini lebih ganas dari Avian Flu 3 - 5 kali akan tetapi dalam populasi jauh lebih kecil dari Avian Flu. Bila 100 orang terinfeksi Avian FLu maka kemungkinannnya 80 orang akan meninggal dunia. Bila 100 orang terinfeksi Swine Flu maka kemungkinannnya 7 orang akan meninggal dunia
Penyakit ini menyerang Paru paru dan menyebabkan kematian karena mengalami Kegagalan Pernafasan ( Respiratory Failure ) akibat pembuluh darah paru yang pecah.
Berikut adalah klasifikasi virus tipe A, diantaranya adalah :
H1N1, menyebabkan endemik di babi dan manusia, virus inilah yang menyebabkan flu spanyol yang menelan lebih dari 100 juta orang.
H2N2, menyebabkan wabah Flu Asia yang menelan 4 hingga 5 juta korban pada tahun 1957 di China dan juga wilayah sekitarnya.
H3N2, yang menyebabkan infeksi pernafasan pada manusia dan babi. Virus ini merenggut nyawa 750.000 orang dengan penyakit yang disebut Hongkong Flu pada tahun 1968. Virus ini juga menjadi buah bibir yang merenggut nyawa beberapa anak di Amerika pada tahun 2003.
H5N1, saat ini merupakan virus flu burung terganas yang sudah menyebabkan 272 orang meninggal di seluruh dunia. Virus ini dikhawatirkan menjadi pandemik saat nantinya dapat menular dari manusia ke manusia. Contoh kasus itu telah terbukti menimpa pada keluarga di Tangerang, yang untungnya tidak sampai menyebar ke wilayah lainnya
H1N2, merupakan endemik bagi manusia dan babi. Tipe H1N2 dihasilkan dari susunan virus H1N1 dan H3N2 dimana protein hemaglutinin virus ini mirip dengan jenis H1N1 dan Neuraminidase proteinnya mirip dengan virus jenis H3N2.
H7N7, adalah virus yang menyerang binatang namun memiliki karakteristik yang tidak biasa. Virus ini menimbulkan korban di Belanda sebanyak 89 orang namun yang meninggal hanya 1 orang saja.
H9N2, adalah virus pathogen rendah dari virus jenis A yang menyerang unggas. Korban berjumlah 3 orang anak bertempat tinggal di Hongkong dan China, dan ketiganya dapat sembuh total.
H7N2, menimbulkan 2 orang korban di New York dan Virginia di sekitar tahun 2003 dan 2002 yang keduanya dapat disembuhkan
H7N3, menyerang amerika Utara pada tahun 2004 di daerah British Coloumbia. 18 peternakan telah diselamatkan dari serangan dan penyebaran virus dan 2 kasus telah diatasi. Kasus penyakit yang muncul memiliki gejala seperti flu, dan korban dapat diselamatkan
H10N7, pertama kali dilaporkan dapat menginfeksi manusia setelah ditemukan kasus 2 balita di Mesir pada tahun 2004 yang terkena virus tersebut.
WHO menaikkan fase flu babi dari 4 menjadi 5. Ini berarti kurang satu fase lagi flu babi menjadi wabah global. Virus ini menurut WHO sudah mencapai level 5, yaitu level dimana penyebarannya dari manusia ke manusia sudah sangat tinggi, di meksiko sendiri kasus kematian akibat flu babi tersebut sudah mencapai 149 kasus.Tetapi belakangan WHO kembali menurunkan status flu ini ke level 4 dengan alasan, penyebarannya dari manusia ke manusia hanya dalam jumlah kecil. Penjelasan Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Depkes RI Prof Tjandra Yoga Aditama tentang fase pandemi suatu penyakit, Kamis (30/4/2008):
a). Fase 3, kasus sporadik atau kluster kecil, penularan antar manusia terbatas (misalnya pada kontak amat erat), tidak ada penularan berkepanjangan di masyarakat, tidak jelas apakan akan terjadi pandemi.
b). Fase 4 , jelas ada penularan antar manusia, telah terjadi KLB di masyarakat (community-level outbreaks). Kemungkinan penularan berkelanjutan menjadi meningkat dan risiko terjadinya pandemi juga makin meningkat secara bermakna.
c). Fase 5 ditandai dengan penularan antar manusia yang menyebar pada setidaknya 2 negara didalam satu region WHO. Fase 5 adalah signal kuat bahwa pandemi sudah mengancam dan merupakan waktu untuk menyempurnakan organisasi dan komunikasi dan mengimplementasikan rencana mitigasi yang ada.
d). Fase 6, adalah fase pandemi, di mana sudah terjadi KLB juga di setidaknya satu negara lain diluar region WHO yang tadi sudah terkena di fase 5. Kalau sudah ada deklarasi fase 6 maka artinya pamdemi sedang berjalan. (detiknews.com)
3.1.4 Tanda dan Gejala
Menurut Pusat Pengawasan dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat, gejalan influensa ini mirip dengan influensa. Gejalanya seperti demam > 37,70 C, batuk, sakit pada kerongkongan, sakit pada tubuh, kepala, panas dingin, dan lemah lesu. Beberapa penderita juga melaporkan buang air besar dan muntah-muntah.
Gambar 3
Tanda Gejala Swine Influenza
Symptoms of
Swine Flue
Systemic
- Fever
- Lethargy
Nasopharynx
- Runny nose
- Sore throat
Musles
- Pain
Joints
- Pain
Psychological
- Lack of appetite
Respiratory
- Coughing
Gastric
Nausea
- Vomiting
Intestinal
Diarrhea
Dalam mendiagnosa penyakit ini tidak hanya perlu melihat pada tanda atau gejala khusus, tetapi juga catatan terbaru mengenai pasien. Sebagai contoh, selama wabah flu babi 2009 di AS, CDC menganjurkan para dokter untuk melihat "apakah jangkitan flu babi pada pasien yang di diagnosa memiliki penyakit pernapasan akut memiliki hubungan dengan orang yang di tetapkan menderita flu babi, atau berada di lima negara bagian AS yang melaporkan kasus flu babi atau berada di Meksiko dalam jangka waktu tujuh hari sebelum bermulanya penyakit mereka." Diagnosa bagi penetapan virus ini memerlukan adanya uji makmal bagi contoh pernapasan.
Virus swine influenza tidak ditularkan melalui makanan. Memasak makanan sampai suhu 160°F akan mematikan virus ini. Virus influenza bisa menular dari babi ke manusia atau sebaliknya. Infeksi pada manusia terjadi terutama jika berada dekat-dekat babi yang terinfeksi seperti berada dalam kandang babi. Infeksi dari manusia ke manusia lain juga bisa terjadi, mirip sperti flu manusia, yaitu melalui bersin atau batuk. Bisa juga lewat sentuhan tangan, kemudian tangan tersebut menyentuh mulut atau hidung.Untuk mendiagnosis infeksi swine influenza, dibutuhkan koleksi spesimen dari saluran nafas dalam 4-5 hari pertama. Spesimen ini kemudian diperiksakan di Laboratorium.
Bagaimana membedakan dengan flu biasa, flu burung, ataupun flu singapura yang belum lama ini juga menjadi buah bibir di Indonesia.
a). Flu Berbeda dengan Batuk-Pilek
Orang sering kali salah menggunakan istilah flu untuk menggambarkan gejala pilek. Menurut spesialis paru dari Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI Jakarta dr Dianiati Kusumo Sutoyo SpP(K), batuk-pilek yang selama ini dikenal di masyarakat adalah suatu penyakit infeksi virus pernapasan yang tidak berbahaya. "Dalam dunia medis, gejala ini dikenal dengan istilah common cold," sebutnya. Common cold merupakan infeksi saluran napas atas akut yang disebabkan virus, dengan berbagai variasi gejala seperti batuk, ingus encer, dan bening, sakit tenggorokan, bersin, mata berair, hidung tersumbat. Namun, tidak disertai gejala nyeri otot hebat, demam tinggi, apalagi sampai menggigil.
Jumlah virus penyebab common cold pun sangat bervariasi, lebih dari 200 jenis atau strain (paling sering adalah golongan rhinovirus dan coronavirus). Ini berbeda dengan flu, karena flu adalah kependekan dari penyakit influenza yang disebabkan virus influenza tipe A, B, atau C. Penelitian mendapati bahwa virus-virus influenza yang tadinya tidak menyebabkan penyakit (patogen), setelah bersirkulasi beberapa saat pada populasi peternakan dapat bermutasi menjadi virus yang sangat menular. b). Flu Babi, Hibrida Aneka Flu
Flu babi (swine flu) adalah penyakit pernapasan yang lazim ditemui pada babi yang disebabkan virus influenza A subtipe H1N1. Virus ini dapat ditularkan melalui binatang, terutama babi, kendati ada kemungkinan penularan antarmanusia. Menurut Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Depkes Prof Dr Tjandra Yoga Aditama SpP MARS, secara umum penyakit flu babi ini mirip dengan influenza (influenza like illness/ILI). Gejala klinisnya antara lain demam, batuk-pilek, lesu, letih, nyeri tenggorokan, napas cepat atau sesak napas, dan terkadang disertai mual, muntah, bahkan diare. Pada anak, beberapa kondisi yang patut diwaspadai di antaranya napas cepat atau sesak napas, kulit kebiruan, enggan minum banyak cairan, respons lamban atau tidak interaktif, rewel, batuk-pilek, demam disertai kemerahan di kulit (rash). Adapun pada orang dewasa, di samping gejala klinis yang umum, jika ditemui gejala kesulitan bernapas, napas pendek, rasa sakit atau tertekan di dada dan perut, pusing mendadak, bingung, bahkan disertai muntah, hendaknya segera meminta pertolongan medis. Virus H1N1 sebenarnya biasa ditemukan pada manusia dan hewan, terutama babi, tetapi keduanya memiliki karakteristik yang berbeda. Begitu juga dengan virus flu burung H5N1 meskipun sama-sama virus influenza tipe A. Cara penularan flu babi melalui udara dan dapat juga melalui kontak langsung dengan penderita. Adapun masa inkubasi virus ini berkisar 3-5 hari. Kepala Divisi Medis Departemen Kesehatan, Australia, Profesor Jim Bishop, mengungkapkan, bukan mustahil virus flu babi yang menginfeksi ribuan warga Meksiko tersebut merupakan hasil perkawinan silang (hibrida) antara flu manusia, flu burung,dan flu babi. "Kami khawatir hibrida ini akan menghasilkan tipe baru flu yang akan lebih sulit diprediksi, dan tampaknya ada kemungkinan penularan antarmanusia," Bishop seperti dikutip AAP.
c). Flu Singapura
Flu Singapura sebenarnya adalah penyakit yang dalam dunia kedokteran dikenal sebagai hand, foot, and mouth disease (HFMD) atau penyakit kaki, tangan dan mulut (PKTM). Disebut flu singapura karena konon awalnya dibawa masuk ke Indonesia oleh orang yang baru bepergian atau berlibur dari luar negeri. PKTM merupakan penyakit infeksi yang disebabkan virus RNA seperti enterovirus dan rhinovirus. Penyakit ini sangat menular dan kerap terjadi pada musim panas dengan masa inkubasi virus 2-5 hari. Anak-anak usia 2 minggu sampai 5 tahun paling rentan terinfeksi. Beberapa gejalanya mirip flu biasa, yakni demam, batuk, pilek, pegal, tidak nafsu makan, dan mudah lelah.
Adapun yang khas adalah pada hari ke-2 atau ke- 3 demam, timbul seriawan, bibir pecah-pecah, lidah dan tenggorokan meradang, bahkan ada yang area mulutnya sampai melepuh atau berlendir. Selain itu, pada kulit timbul bercak lebar berwarna merah, terutama telapak kaki, tangan,dan mukosa mulut. Kendati demikian, biasanya penyakit ini tidak berat. Dengan pengobatan tepat, penderita akan sembuh dalam 7-10 hari. d). Flu Burung
Penyakit pernapasan pada unggas (avian influenza) yang dikenal dengan sebutan flu burung disebabkan infeksi oleh virus influenza A subtipe H5N1. Secara umum, gejala klinisnya seperti flu pada umumnya, yaitu demam, batuk, sesak dan sakit tenggorokan, beringus, nyeri otot, sakit kepala, dan lemas. Dalam tempo singkat kondisi penderita bisa memburuk dengan terjadinya peradangan pada paru-paru (pneumonia), yang mana jika tidak dilakukan tata laksana dengan baik dapat berujung kematian. Hampir separuh kasus flu burung pada manusia menimpa anak-anak, terutama usia kurang dari 12 tahun yang paling rentan terinfeksi. Hingga kini, tidak ditemukan bukti ilmiah adanya penularan H5N1 antarmanusia. Namun, dengan kondisi lingkungan seperti saat ini, tak mustahil virus flu burung bermutasi dan mengakibatkan penyebaran dari manusia ke manusia.(Koran SI/Koran SI/tty).
Penyebaran Flu Babi
Swine Flu dapat menular diantaranya :
Melalui Human to Human infection
Orang yang terinfeksi Swine Flu dapat menyebarkan Germ Flu ( Basil Kuman ) sehari sebelum Gejala Flu mereka muncul hingga 7 hari setelah mereka sakit
Penularan melalui udara
Penularan melalui kontak tangan dengan selaput lendir. Contoh : Kita menyentuh object yang di pegang oleh orang yang terinfeksi Swine Flu,tanpa kita sadari kita menyentuh mata kita sendiri misal Gatal atau kucek mata , hidung & mulut
Pada daerah SUBTROPIS ( daerah yang mempunyai 4 musim ).Tetapi kita yang berada di daerah Tropis tidak boleh lengah begitu saja.
Virus ini bisa menyebar dari manusia ke manusia lewat penyebaran seperti flu biasa, seperti lewat batuk atau bersin orang yang terkena infeksi virus ini. Orang juga bisa terinfeksi karena menyentuh sesuatu yang memiliki virus flu babi ini, kemudian tangannya menyentuh mulutnya atau hidung. Penularannya melalui bersin, batuk, atau ketika seseorang terkena virus ini dari tangan mereka yang tidak dicuci bersih. Bisahkah orang tertular Flu Babi dengan memakan daging babi, menurut CDC, tidak, asalkan daging tersebut dimasak secara benar dan matang. Pematangan hingga suhu 160°F telah mematikan virus Flu Babi maupun virus-virus lain dan bakteri.
Penanggulangan Flu Babi
a. Mencuci tangan dengan Sabun & Air atau Alkohol Based Hand Cleaner. Kondisi yang mengharuskan kita mencuci tangan :
Sebelum mulai bekerja
Sebelum mulai bekerja
Sesudah dari Toilet
Apapun yang di kotori oleh Pekerjaan
Sebelum memegang Sarung Tangan / Handuk / Alat Pelindung Diri ( termasuk Pakaian dll )
b. Jangan terlalu dekat dengan orang yang sedang terinfeksi
c. Jangan malu untuk memakai Masker
d. Jangan menyentuh langsung selaput lendir seperti mata , Hidung & Mulut
Pencegahan cuma bisa dilakukan dengan menutup mulut dan hidung ketika batuk atau bersin. Cuci tangan sesering mungkin dan membuang kertas tisu segera setelah pakai jangan digunakan untuk menyeka bagian wajah yang lain juga bisa membantu.
Waspadalah bila kita mengalami Flu disertai Muntah & Diare. Dan yang harus dilakukan dirumah bila menderita Flu diantaranya :
Selain untuk berobat hindarilah bepergian , lebih baik sementara di rumah.
Bila bersin & batuk tutuplah hidung dan mulut dengan tissue . Kemudian segeralah buang tissue itu ke kotak sampah.
Cucilah tangan anda segera
Banyaklah istirahat
Ukurlah suhu tubuh sebelum tidur
Mintalah Ibu memasak Sop Ayam ( anti inflammatory ) & makanlah selagi hangat
Minumlah Teh Hijau ( antioxidan ) , bila memungkinkan campurlah dengan Black Tea ( antioxidan ). Minumlah selagi hangat , hiruplah uapnya
Minumlah Lemon , Madu & Whiskey sedikit ( biasa untuk orang Eropa
Mandilah air hangat
Vitamin C yang mengandung Zn ( Zegase atau Zegavit ) atau Jeruk Peres Banyaklah minum terutama air hangat.
Dan ingatlah untuk Tanda Kondisi Emergency di rumah, dan segeralah periksakan diri ke dokter, apabila terdapat tanda kondisi emergency berikut ini :
Penderita mengeluh Sakit Dada dan atau Kesulitan Bernafas
Daerah di sekitar bibir menjadi biru atau keunguan
Muntah dan Diare yang berlanjut
Tanda tanda Dehidrasi ( Kekurangan Cairan )
Respon lambat dari biasanya atau bingung
Adapun yang harus diperhatikan pada kelompok yang beresiko terkena penyakit lebih berat ( cepat beralih ke kondisi Emergency ) diantaranya :
Penderita berumur 65 tahun keatas
Semua golongan yang mempunyai penyakit Kronik ataupun Metabolic
Penderita penyakit Paru , Jantung & Immune System
Trimeter Ke tiga dari Kehamilan atau sehabis melahirkan
Guna mewaspadai virus flu babi ini pemerintah menyarankan 7 langkah pencegahan yaitu :
Sudah terpasangnya thermal scanner (alat pendeteksi suhu tubuh) di terminal kedatangan bandara internasional
Mengaktifkan kembali sekitar 80 sentinel untuk surveillance ILI dan Pneumonia baik dalam bentuk klinik atau virologi
Menyiapkan obat-obatan yang berhubungan dengan penaggulangan Flu Babi yang pada dasarnya adalh Oseltamivir yang sama untuk H5N1 (virus Flu Burung)
Menyiapakan 100 rumah sakit rujukan yang sudah ada dengan kemampuan menangani kasus Flu Babi
Menyiapkan kemampuan laboratorium untuk pemeriksaan H1N1 (virus Flu Babi) di berbagai Laboratorium Flu Burung yang sudah ada
Menyebarluaskan informasi ke masyarkat luas dan menyiagakan kesehatan melalui desa siaga
Simulasi penanggulangan Pandemi Influenza yang baru dilakukan minggu lalu di Makasar juga merupakan upaya nyata persiapan pemerintah dalam menghadapi berbagai kemungkinan Kejadian Luar Biasa (KLB) atau Public health Emergency Internasional Concern (PHEIC) seperti Flu Babi.
Sejauh ini belum ada virus untuk mencegah flu babi, namun pusat pencegahan penyakit AS, CDC, sedang berusaha membuat vaksin flu babi, Ilmuwan Amerika telah mengembangkan satu vaksin baru, namun diperlukan waktu untuk menyempurnakannya dan juga memproduksi dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi permintaan. Jenis flu ini kelihatannya tak mempan terhadap Amantadine, Symmetrel, Rimantadine, atau Flumadine. Dalam kondisi flu biasa, jika mengkonsumsi obat 48 jam setelah bisa meringankan sakit, tetapi sensitif dengan antivirus seperti :
Tamiflu ( Oseltamivir ) 75 mg Capsule : 2 x 1 Capsule selama 5 – 7 hari
Relenza ( Zanamivir )
Obat ini akan efektif bila di minum kurang dari 36 - 48 jam sesudah serangan Swine Flu. Dan akan terasa perbaikan pada keesokan harinya.
Di America ditemukan ada juga yang sembuh tanpa pengobatan Tamiflu atau Relenza ( CDC = Center for Disease Control & Prevention )
Kasus Flu Babi di Indonesia
Setelah kasus virus flu babi ditemukan di Meksiko, AS, dan Selandia Baru, Asia kini dalam kondisi siaga satu, Minggu (26/4). Asia yang selama bertahun-tahun berperang dengan wabah SARS dan flu burung menyiagakan pos pemeriksaan di semua perbatasan. Wabah flu babi ini diyakini bisa meluas ke kawasan lain di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan, virus flu babi ini berpotensi sangat besar menjadi pandemi. Kasus flu babi ini dinilai WHO sebagai kondisi darurat untuk kesehatan publik yang harus segera mendapat perhatian komunitas internasional.
Sampai sejauh ini virus flu babi dilaporkan sudah meluas hingga ke Selandia Baru, AS, Israel, dan Perancis. Virus flu babi ini diduga bisa meluas dengan cepat ke berbagai negara dalam waktu sangat cepat karena adanya transportasi udara. Oleh karena itu, salah satu cara mencegahnya adalah dengan membuka pos-pos pemeriksaan kesehatan di bandara-bandara.
Tidak mengherankan jika masyarakat dunia kini menjadi sangat resah, apalagi melihat begitu banyak korban tewas dalam tempo cepat. Kondisi ini membuat WHO, hanya dalam tempo dua hari, kembali menaikkan status Swein Flu alias Flu Babi menjadi level lima, yang artinya, risiko pandemik global sudah di depan mata. WHO minta semua negara bersiap menghadapinya. Kekhawatiran ini memang tidak mengada-ada, mengingat influenza pernah menjadi bencana besar yang mengguncang dunia. Yang terburuk tahun 1918-1919 ketika Flu Spanyol menyerang dan menewaskan 25 juta orang dalam enam bulan (bandingkan AIDS yang menewaskan 25 juta jiwa dalam 25 tahun pertama). Total 18 bulan merajalela, Flu Spanyol menewaskan 40-50 juta orang. Versi lain menyebutkan, jumlah korban 50-100 juta jiwa. Hal ini sangat luar biasa, setidaknya lebih besar daripada korban jiwa dalam Perang Dunia I yang berakhir hampir bersamaan dengan menghilangnya penyakit itu. Begitu menyeramkannya akibat yang ditumbulkan Flu Spanyol ini, sampai-sampai pandemik ini dilukiskan sebagai ‘The Greatest Medical Holocaust in History’ Indonesia pun tak lepas dari bencana ini. Di Bali, sekitar 30.000 orang tewas karena Flu Spanyol ini. Pandemik Flu kembali meledak tahun 1957 menewaskan 4 juta orang dan awal tahun 1968 Flu Hongkong yang menewaskan sekitar 1 juta orang.
Cepatnya virus flu ini menyebar, membuat sejumlah negara di Asia menetapkan ‘Siaga I’ Flu Babi. Tak terkecuali Indonesia yang sampai sekarang masih berjuang melawan Flu Burung (H5N1). Untuk menanggulangi Flu Babi, pemerintah mengalokasikan dana Rp 38 miliar yang diambil dari anggaran penanganan Flu Burung Maret 2009, yang belum digunakan. Namun, tampaknya para pejabat Kesehatan lebih “PD” menghadapi ancaman Flu Babi ini. Bisa jadi ini karena pengalaman Indonesia menangani wabah Avian Flu (Flu Burung) yang merebak di berbagai tempat sejak 2005. Apalagi dikabarkan jenis virus ini ternyata tidak lebih berbahaya daripada Flu Burung yang di Indonesia telah menewaskan 115 orang, paling tinggi di Asia Tenggara. “Kita tidak terlalu takut, tetapi tetap harus waspada. H1N1 angka case fatality rate-nya hanya 6,1%, tetapi angka case fatality rate H5N1 80-90%,” kata Menteri Kesehatan Fadila Menurut Fadila, H1N1 penyebab Flu Babi yang saat ini melanda Mexico dan Amerika Serikat, umumnya hidup di negara yang memiliki empat musim. Tepatnya, virus ini hidup dan menyebar di musim dingin dan gugur. Sementara pada musim panas dan semi, virus H1N1 ini tak berdaya.
Kemungkinan virus H1N1 tidak berdaya hidup di daerah tropis seperti Indonesia (Fadillah). Meski begitu, Departemen Kesehatan telah melakukan langkah kewaspadaan dan pencegahan agar tidak menyebar ke Indonesia. Pernyataan berbeda muncul dari Gusti Ngurah Mahardika, Kepala Laboratorium Biomedik Universitas Udayana. Menurutnya, virus Flu Babi atau swine influenza dengan subtipe H1N1 dipastikan sudah ada di Indonesia. Tetapi, mempunyai genetik atau sifat berbeda. Hal senada juga diungkapkan Kepala Laboratorium Flu Unggas Universitas Airlangga CA Nidom. Ia mengatakan, virus H1N1 di Indonesia sudah ada sejak dulu. Subtipe di Indonesia atau H1N1 klasik tidak berbahaya. “H1N1 tipe Mexico atau Flu Babi sekarang inilah yang berbahaya,” katanya. Virus yang berubah di tubuh babi lebih mungkin menular ke manusia. Pasalnya, manusia dan babi sama-sama mamalia yang cenderung memiliki kesamaan. Sebaliknya, Flu Unggas tidak bisa langsung ke manusia. ”Harus ada perantara mamalia lain dan itu kemungkinan besar babi,” katanya. Di tubuh babi, virus mengalami perubahan dengan dua pola. Pola pertama berupa adaptasi. “Kalau ini terjadi, dampaknya tidak terlalu berbahaya karena tidak ada perubahan struktur virus,” ujarnya. Pola kedua berupa penyusunan ulang virus. Berdasar pola ini, virus bisa berkembang menjadi gabungan Flu Babi, Flu Unggas, dan Flu Manusia. “Jika menyimak penjelasan di AS, ada kemungkinan reassortan (penyusunan ulang),” jelasnya. Jika hal itu terjadi, tidak tertutup kemungkinan Flu Babi bisa berkembang di Indonesia. Salah satu pendukungnya adalah banyaknya peternakan ayam dan babi yang berdekatan. Di sisi lain, keganasan H1N1 tipe Mexico tidak seperti H5N1. “Virus ini cepat menyebar, tetapi daya rusaknya rendah. Sebaliknya H5N1 lambat menyebar. Namun, daya rusaknya amat tinggi,” (Diah Supari Sp.JP(K), dalam jumpa pers tentang Flu Babi).
Bandung - EK (31 tahun), pasien yang baru masuk pukul 10.20 WIB, Kamis (14/5/2009) di RSHS Bandung, langsung dinyatakan suspect flu babi pertama yang dirawat RS itu. Dia juga merupakan orang pertama di Indonesia yang menyandang status suspect flu babi. Anggota Tim Penanganan Penyakit Infeksi Khusus RSHS, dr Primal Sudjana, menyatakan status suspect dikenakan pada EK mengingat riwayat pasien yang pernah berkunjung ke dua negara, yaitu Amerika Serikat dan Korea Selatan, yang sudah terjangkit virus H1N1. "Ini suspect pertama, dengan dikuatkan EK yang telah mengunjungi dua negara yang positif flu babi," (Primal ,RSHS Jalan Pasteur, Bandung), Kamis (14/5/2009). Karena sudah dinyatakan suspect, maka prosedur penanganan sesuai dengan protap menangani pasien H1N1. Di mana, baik perawat maupun dokter yang akan kontak fisik harus menggunakan peralatan Alat Perlindungan Perseorangan (APP) lengkap, mulai dari helm, maskter, pakaian, sarung tangan, sarung kakiu, sandal, kaca mata dan penutup wajah dari kaca. Menurutnya sampel darah EK sudah dibawa ke Balitbangkes untuk diperiksa. Beberapa hari kemudian, hasilnya akan keluar.Kronologi EK akhirnya dirawat di RSHS yaitu pada tanggal 6 hingga 12 Mei 2009, EK berada di Los Anggeles, Amerika Serikat. Kemudian saat akan pulang ke Indonesia, EK transit di Seoul Korea Selatan. Oleh tim kesehatan bandara Seoul, EK sempat ditahan selama 9 jam karena dia diketahui mengalami demam, setelah diperiksa thermal detector. Setelah 9 jam diperiksa, akhirnya EK dinyatakan negatif terjangkit virus H1N1. Saat tiba di Bandara Cengkareng, Rabu (13/5/2009), EK lolos dari pemeriksaan thermal detector karena demamnya sudah turun. Setiba di rumahnya pada Rabu malam, EK kembali mengalami demam tinggi. Lalu tadi pagi ke puskemas, dan pihak puskesmas langsung merujuknya ke RSHS (ern/nrl).



DAFTAR PUSTAKA
Rohman Taufiq. “Flu, Babi dan Flu Babi (Swine flu) ”. Computer, writing, rhetoric and literature. (Jurnal Elektronik ), diakses Rabu 29 April 2009 : koran tempo.
Flu Burung Entries (RSS). “JENIS VIRUS FLU BURUNG ”. Computer, writing, rhetoric and literature. (Jurnal Elektronik ), diakses June 5, 2008 – 2:40 am : G:/jenis-virus-flu-burung.asp.htm
Arixs. “Virus Flu Babi Ada di Indonesia sejak Dulu •Flu Spanyol Tewaskan 25 Juta Orang”. Computer, writing, rhetoric and literature. (Jurnal Elektronik ), diakses Selasa, 05-May-2009, 14:02:20 : /mod.php.htm.
MENGENAL VIRUS FLU BABI (H1N1) ”. Computer, writing, rhetoric and literature. (Jurnal Elektronik ), diakses Kamis, 2009 April 30 : http://rulisaputri.blogspot.com/
Hananiskm. “Apakah Flu Babi (Swine Flu)?”. Computer, writing, rhetoric and literature. (Jurnal Elektronik ), www.medictinedic.com/swineinfluenza
DYAN KUNTHI . “INVESTIGASI WABAH ”. Computer, writing, rhetoric and literature. (Jurnal Elektronik ), diakses Jumat, 2007 Agustus 03 : G:/jenis-virus-flu-burung.asp.htm

Teknologi . “Inilah Foto Virus Flu Babi Pertama ”. Computer, writing, rhetoric and literature. (Jurnal Elektronik ), diakses Sabtu, 06/05/2009 - 07:37, http : // inilah.com
Detiknews. “Inilah Arti Fase Pandemi Flu Babi ”. Computer, writing, rhetoric and literature. (Jurnal Elektronik ), diakses 30 April 2009 : www. Karodalnet.blogspot.com
Koran SI/Koran SI/tty. “Flu Babi yang Mencemaskan ”. Computer, writing, rhetoric and literature. (Jurnal Elektronik ), diakses Selasa, 28 April 2009 - 09:26 wib : http://m.okezone.com/.
Diki. “ Flu babi dan bagaimana cara menghindarinya ”. Computer, writing, rhetoric and literature. (Jurnal Elektronik ), diakses on 27-04-2009: http: www.medictinedic.com/swineinfluenza.
dr.Didi Kusmarjadi, SpOG. “ Flu Babi ”. Computer, writing, rhetoric and literature. (Jurnal Elektronik ), diakses on 2009-04-28 : http://spogman[dot]mofuse[dot]mobi.
Flu Babi ”. Computer, writing, rhetoric and literature. (Jurnal Elektronik ), diakses on 3 Mei 2009: http:// Wikipedia.com.
Andri Haryanto. “EK, Pasien Suspect Pertama Flu Babi di Indonesia ”. Computer, writing, rhetoric and literature. (Jurnal Elektronik ), diakses Kamis, 14/05/2009 16:36 WIB : http://m.detik.com/
REUTERS/AFP/AP/LUK. “Asia Siaga Satu Virus Flu Babi ”. Computer, writing, rhetoric and literature. (Jurnal Elektronik ), diakses 27 April 2009 05:36 WIB : http://m.kompas.com