Senin, 23 Agustus 2010

Penyakit Campak (Virus Campak)




Penyakit Campak

CAMPAK ,,, Post : Ary_bzx@yahoo.com (Ari Titin Mulyaningsih,2010)


1. Definisi

Campak (Rubeola) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit. Campak merupakan penyebab kematian bayi umur kurang 12 bulan dan anak usia 1-4 tahun. Diperkirakan 30.000 per tahun anak Indonesia meninggal akibat komplikasi campak. Campak berpotensi menyebabkan kejdian luar biasa atau pandemik (Dr. Suharjo,J.B, Sp.PD, 2010).

Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus measles, disebarkan melalui droplet bersin atau batuk dari penderita, gejala awal penyakit adalah demam, bercak kemerahan, batuk, pilek, conjunctivitis (mata merah), selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher, kemudian menyebar ke tubuh, tangan serta kaki (Buku Informasi PP&PL, 2008).

Penyakit Campak (Rubela, Campak 9 hari, measles) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit ini disebabkan karena infeksi virus campak golongan Paramyxovirus (www.wikipedia.com).

Campak adalah penyakit dengan virus akut dengan demam, radang selaput lendir dan timbulnya erupsi kulit berupa bercak dan bintil berwarna merah, disusul pengelupasan; ruam diselaput lendir pipi disebit koplik (Kamus kedokteran Dr. Med.Ahmad Ramali, 2005).

2. Penyebab

Penyebab penyakit campak adalah virus campak atau morbili. Pada awalnya, gejala campak agak sulit dideteksi (Nakita.com). Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh paramiksovirus, genus morbilli, virus campak dapat hidup dan berkembang biak pada selaput lendir tenggorokan, hidung, dan saluran pernafasan (Dr. Suharjo,J.B, Sp.PD, 2010).

3. Penyebaran

Penularan penyakit campak berlangsung sangat cepat melalui perantara udara atau semburan ludah (droplet) yang terisap lewat hidung atau mulut. Penularan terjadi pada masa fase kedua hingga 1-2 hari setelah bercak merah timbul (Dr. Suharjo,J.B, Sp.PD, 2010). Sayangnya, masih ada anggapan yang salah dalam masyarakat akan penyakit campak. Misalnya, bila satu anggota keluarga terkena campak, maka anggota keluarga lain sengaja ditulari agar sekalian repot. Alasannya, bukankah campak hanya terjadi sekali seumur hidup. Jadi kalau waktu kecil sudah pernah campak, setelah itu akan aman selamanya. Ini jelas pendapat yang tidak benar karena penyakit bukanlah untuk ditularkan. Apalagi dampak campak cukup berbahaya (Nakita.com).

Anggapan lain yang patut diluruskan, yaitu bahwa bercak merah pada campak harus keluar semua karena kalau tidak malah akan membahayakan penderita. Yang benar, justru jumlah bercak menandakan ringan-beratnya campak. Semakin banyak jumlahnya berarti semakin berat penyakitnya. Dokter justru akan mengusahakan agar campak pada anak tidak menjadi semakin parah atau bercak merahnya tidak sampai muncul di sekujur tubuh (Nakita.com).

Selain itu, masih banyak orang tua yang memperlakukan anak campak secara salah. Salah satunya, anak tidak dimandikan. Dikhawatirkan, keringat yang melekat pada tubuh anak menimbulkan rasa lengket dan gatal yang mendorongnya menggaruk kulit dengan tangan yang tidak bersih sehingga terjadi infeksi berupa bisul-bisul kecil bernanah. Sebaliknya, dengan mandi anak akan merasa nyaman (Nakita.com).

4. Gejala dan Tanda

Penampilan klinis campak dapat dibagi menjadi 3 tahap, sebagai berikut :

a). Fase Pertama

Fase pertama disebut masa inkubasi yang berlangsung sekitar 10-12 hari. Pada fase ini, anak sudah mulai terkena infeksi tapi pada dirinya belum tampak gejala apa pun. Bercak-bercak merah yang merupakan ciri khas campak belum keluar (Dr. Suharjo,J.B, Sp.PD, 2010).

b). Fase Kedua

Pada fase kedua (fase prodormal) barulah timbul gejala yang mirip penyakit flu, seperti batuk, pilek, dan demam. Mata tampak kemerah-merahan dan berair. Bila melihat sesuatu, mata akan silau (photo phobia). Di sebelah dalam mulut muncul bintik-bintik putih (bercak koplik) yang akan bertahan 3-4 hari. Terkadang anak juga mengalami diare. Satu-dua hari kemudian timbul demam tinggi yang turun naik, berkisar 38-40,5 derajat Celcius (Dr. Suharjo,J.B, Sp.PD, 2010).

c). Fase Ketiga

Fase ketiga ditandai dengan keluarnya bercak merah seiring dengan demam tinggi yang terjadi. Namun, bercak tak langsung muncul di seluruh tubuh, melainkan bertahap dan merambat. Bermula dari belakang kuping, leher, dada, muka, tangan dan kaki. Warnanya pun khas; merah dengan ukuran yang tidak terlalu besar tapi juga tidak terlalu kecil (Dr. Suharjo,J.B, Sp.PD, 2010).

Bercak-bercak merah ini dalam bahasa kedokterannya disebut makulopapuler. Biasanya bercak memenuhi seluruh tubuh dalam waktu sekitar satu minggu. Namun, ini pun tergantung padadaya tahan tubuh masing-masing anak. Bila daya tahan tubuhnya baik maka bercak merahnya tak terlalu menyebar dan tak terlalu penuh. Umumnya jika bercak merahnya sudah keluar, demam akan turun dengan sendirinya. Bercak merah pun makin lama menjadi kehitaman dan bersisik (hiperpigmentasi), lalu rontok atau sembuh dengan sendirinya. Periode ini merupakan masa penyembuhan yang butuh waktu sampai 2 minggu (Nakita.com).


5. Komplikasi

Biasanya, komplikasi sering terjadi pada anak-anak dibawah usia 5 tahun dan anak-anak dengan gizi buruk. Komplikasi dapat terjadi berupa radang telinga tengah, radang paru (pneumonia) atau radang otak (ensefalitis). Kematian pada penyakit campak bukan karena penyakit campaknya sendiri, melainkan karena komplikasinya (radang otak/paru) (Dr. Suharjo,J.B, Sp.PD, 2010).

Bagi dokter yang sudah berpengalaman, penyakit campak dapat diketahui melalui tnya jawab dan pemeriksaan terhadap tanda-tanda yang muncul pada pasien. Namun bila diperlukan kepastin terhadap penyakit campak, maka perlu dilakukan pemeriksaan khusus, yaitu pembiakan virus atau serologi campak (Dr. Suharjo,J.B, Sp.PD, 2010).

Penyakit campak atau disebut juga dengan morbili dapat menimbulkan banyak komplikasi. Pada penyakit ini hampir sebagian besar organ tubuh ikut terganggu. Di antara komplikasi yang sering dijumpai pada seorang anak penderita campak adalah: radang paru-paru (bronkhopneumonia), infeksi saluran cerna (gastroenteritis), dan infeksi pada otak (ensefalitis) (Solusisehat.net,2010).

Semua komplikasi ini terjadi sebagai akibat turunnya daya tahan tubuh secara umum pada seorang penderita campak. Dengan adanya penurunan daya tahan tubuh ini, komplikasi yang terjadi dapat sebagai akibat langsung dari virus penyebab campak atau dapat juga sebagai akibat tidak langsung oleh kuman lainnya setelah terjadinya penurunan daya tahan tubuh (Solusisehat.net, 2010).

Dalam perjalanan penyakit, pada campak ditandai dengan tiga periode dengan keluhan yang khas pada seorang penderita. Periode (stadium) pertama adalah stadium masa tunas, diperkirakan berlangsung 10 hingga 12 hari. Pada periode pertama ini, seorang anak belum memperlihatkan gejala-gejala penyakit, tapi virus penyebab sudah berada dalam tubuh penderita. Periode kedua disebut stadium prodromal. Pada stadium ini sudah tampak gejala penyakit berupa: batuk pilek, mata yang merah dan berair. Gejala menjadi hebat pada stadium ketiga yang disebut stadium erupsi. Pada stadium ketiga ini ditandai dengan gejala khas berupa demam yang tinggi diikuti dengan keluarnya bercak atau bintik warna merah yang khas. Bintik-bintik merah ini mula-mula keluar di bagian belakang telinga. Seterusnya, bintik-bintik ini akan menjalar ke wajah, kemudian ke badan, ke perut, hingga ke kaki. Pada masa penyembuhan, bintik yang mula-mula timbul akan menghilang duluan, yaitu di belakang telinga dan yang terakhir hilang adalah yang pada kaki (Solusi sehat.net, 2010).

a. Radang Telinga Bagian Tengah

1). Deskripsi

Radang telinga tengah menahun atau otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah radang kronis telinga tengah dengan adanya lubang (perforasi) pada gendang telinga (membran timpani) dan riwayat keluarnya cairan (sekret) dari telinga (otorea) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Masyarakat biasa menyebut penyakit ini dengan istilah “congek”.

Infeksi telinga tengah adalah salah satu penyakit yang kerap menyerang anak. Sekitar 3 dari 4 anak pernah mengalami sedikitnya 1 kali infeksi telinga sebelum usia 3 tahun (risiko tertinggi usia 6–18 bulan). Meski infeksi ini membuat Anda cemas dan anak tak nyaman, umumnya akan sembuh sendiri dalam beberapa hari. Setelah memasuki usia sekolah, anak tidak akan mengalaminya lagi (www. Parenting.co.id).

2). Gejala
Keluar cairan (terkadang seperti ingus) dari lubang telinga. Cairan ini bisa keluar terus menerus atau kadang-kadang.

Agak sulit dideteksi pada bayi kecil yang belum bisa mengeluh sakit telinga. Paling-paling, ia menarik-narik atau menutupi telinganya, menangis lebih sering, tidur gelisah, tidak berespons terhadap suara, sangat rewel, demam, keluar cairan dari telinga, serta sakit kepala (www.parenting.co.id).

Biasanya, infeksi telinga berawal dari infeksi virus seperti selesma/flu. Rongga telinga tengah meradang dan terjadilah penumpukan cairan di balik gendang telinga. Infeksi telinga bisa menyebabkan gangguan fungsi atau pembengkakan dalam saluran Eustachius (saluran sempit yang menghubungkan telinga tengah dengan hidung). Pada anak, saluran ini lebih sempit dan pendek, sehingga cairan mudah terperangkap di telinga tengah. Faktor pemicu lainnya adalah infeksi di daerah tenggorokan (umumnya infeksi virus) yang menyebabkan tersumbatnya saluran; infeksinya bisa menjalar ke saluran Eustachius. Posisi tiduran saat menyusu dari botol bisa pula meningkatkan risiko terkena infeksi (www.parenting.co.id).

3). Pencegahan
Beberapa upaya berikut dapat dilakukan untuk mencegah insidens radang telinga tengah seperti: mengurangi tingkat polusi udara terutama di dalam rumah dengan tidak merokok, perbaikan sarana sanitasi melalui kemudahan mendapatkan air bersih serta kecukupan ventilasi ruangan, memperbaiki daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan yang bersih sehat dan bergizi, peningkatan kebersihan diri, tidak mengorek telinga sembarangan, pengobatan infeksi saluran napas atas dan infeksi sinus paranasal secara tuntas dan penanganan alergi hidung secara tepat (Detik Health.com).

4). Pengobatan

Tergantung banyak faktor seperti usia anak, riwayat penyakit, dan jenis infeksi. Saat ini, cukup wait and see selama 72 jam bila anak berusia lebih dari 6 bulan, kondisi kesehatannya baik, dan keluhan tidak berat. Sakit yang disebabkan oleh virus tidak butuh antibiotika. Untuk pereda nyeri, berikan parasetamol.

Risiko terkena infeksi telinga bisa dikurangi dengan cara:

a). Menjauhkan si kecil dari anak sakit lainnya.

b). Melindungi anak dari asap rokok.

c). Memberi ASI sedikitnya selama 6 bulan. ASI mengandung antibodi yang akan melindungi bayi dari infeksi telinga.

d). Jika bayi minum dari botol, posisikan agak tegak (bukan dibaringkan).

(Detik Health.com).

b. Radang Paru (Pneumoni)

1). Definisi

Pneumonia atau radang paru paru merupakan infeksi paru paru yang disebabkan oleh bakteri, virus atau jamur. Gejala utama pneumonia antara lain sesak nafas yang tanpa atau disertai dengan demam. Disamping pemeriksaan fisik, diagnosa pneumonia ditegakan dengan pemeriksaan foto ronsen dada dan pemeriksaan laboratorium rutin (www.blog dokter.com).

Penyakit campak berakibat buruk terhadap saluran pernapasan dan paru-paru. Pada saluran pernapasan terjadi infeksi pada laring, yang disebut dengan laringitis. Pada jaringan paru-paru dapat terjadi radang paru-paru yang disebut bronkopneumonia. Jika terjadi laringitis, anak akan memperlihatkan keluhan sesak napas, suara mengorok, atau suara serak. Keluhan panas badan tetap ada dan dapat menghilang pelan-pelan sejalan dengan penyembuhan penyakit.
Peradangan paru-paru pada penyakit campak ini dapat disebabkan langsung oleh virus campak atau oleh adanya kuman lainnya. Jika terjadinya peradangan paru-paru, beberapa gejala penyakit akan muncul. Gejala-gejala penyakit itu berupa: batuk, sesak napas yang berat. Anak tampak sangat kesulitan dalam bernapas. Bersamaan dengan munculnya komplikasi terhadap paru-paru ini, keluhan panas badan tetap tinggi. Kalau panas badan sangat tinggi, tidak jarang anak yang menderita peradangan paru-paru ini akan mengalami kejang.

Kita dapat memperkirakan apakah peradangan paru-paru disebabkan langsung oleh virus campak atau akibat bakteri lain. Cara yang mudah adalah dengan melihat pola demam sejalan dengan penyembuhan penyakit campak. Biasanya, jika peradangan disebabkan langsung oleh virus campak, sejalan dengan penyembuhan penyakit, panas badan langsung menghilang. Akan tetapi, jika kuman lain sebagai penyebabnya, suhu tubuh tetap tidak turun walaupun tanda-tanda penyakit campak telah hilang. Artinya, peradangan paru-paru sebagai infeksi sekunder oleh bakteri lain.

2). Penyebab
Penyebab pneumonia adalah:

a). Bakteri (paling sering menyebabkan pneumonia pada dewasa):
- Streptococcus pneumoniae
- Staphylococcus aureus
- Legionella
- Hemophilus influenzae

b). Virus: virus influenza, chicken-pox (cacar air)

c). Organisme mirip bakteri: Mycoplasma pneumoniae (terutama pada anak-anak dan dewasa muda)

d). Jamur tertentu.

Adapun cara mikroorganisme itu sampai ke paru-paru bisa melalui:

- Inhalasi (penghirupan) mikroorganisme dari udara yang tercemar

- Aliran darah, dari infeksi di organ tubuh yang lain

- Migrasi (perpindahan) organisme langsung dari infeksi di dekat paru-paru.

Beberapa orang yang rentan (mudah terkena) pneumonia adalah:

- Peminum alkohol

- Perokok

- Penderita diabetes

- Penderita gagal jantung

- Penderita penyakit paru obstruktif menahun

- Gangguan sistem kekebalan karena obat tertentu (penderita kanker, penerima organ cangkokan)

- Gangguan sistem kekebalan karena penyakit (penderita AIDS).

Pneumonia juga bisa terjadi setelah pembedahan (terutama pembedahan perut) atau cedera (terutama cedera dada), sebagai akibat dari dangkalnya pernafasan, gangguan terhadap kemampuan batuk dan lendir yang tertahan.
Yang sering menjadi penyebabnya adalah Staphylococcus aureus, pneumokokus, Hemophilus influenzae atau kombinasi ketiganya.

Pneumonia pada orang dewasa paling sering disebabkan oleh bakteri, yang tersering yaitu bakteri Streptococcus pneumoniae (pneumococcus). Pneumonia pada anak-anak paling sering disebabkan oleh virus pernafasan, dan puncaknya terjadi pada umur 2-3 tahun. Pada usia sekolah, pneumonia paling sering disebabkan oleh bakteri Mycoplasma pneumoniae.

Pneumonia dikelompokkan berdasarkan sejumlah sistem yang berlainan. Salah satu diantaranya adalah berdasarkan cara diperolehnya, dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu "community-acquired" (diperoleh diluar institusi kesehatan) dan "hospital-acquired" (diperoleh di rumah sakit atau sarana kesehatan lainnya).
Pneumonia yang didapat diluar institusi kesehatan paling sering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae. Pneumonia yang didapat di rumah sakit cenderung bersifat lebih serius karena pada saat menjalani perawatan di rumah sakit, sistem pertahanan tubuh penderita untuk melawan infeksi seringkali terganggu. Selain itu, kemungkinannya terjadinya infeksi oleh bakteri yang resisten terhadap antibiotik adalah lebih besar.

3). Gejala
Gejala-gejala yang biasa ditemukan adalah:

- batuk berdahak (dahaknya seperti lendir, kehijauan atau seperti nanah)

- Nyeri dada (bisa tajam atau tumpul dan bertambah hebat jika penderita menarik nafas dalam atau terbatuk)

- Menggigil

- Demam

- Mudah merasa lelah

- Sesak nafas

- Sakit kepala

- Nafsu makan berkurang

- Mual dan muntah

- Merasa tidak enak badan

- Kekakuan sendi

- Kekakuan otot.

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:

- kulit lembab

- Batuk darah

- Pernafasan yang cepat

- Cemas, stres, tegang

- Nyeri perut.

4). Diagnosa
Pada pemeriksaan dada dengan menggunakan stetoskop, akan terdengar suara ronki. Pemeriksaan penunjang:

a). Rontgen dada

b). Pembiakan dahak

c). Hitung jenis darah

d). Gas darah arteri.

5). Pengobatan

Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan antibiotik per-oral (lewat mulut) dan tetap tinggal di rumah. Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau paru-paru lainnya, harus dirawat dan antibiotik diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik. Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu.

6). Pencegahan
Untuk orang-orang yang rentan terhadap pneumonia, latihan bernafas dalam dan terapi untuk membuang dahak, bisa membantu mencegah terjadinya pneumonia.
Vaksinasi bisa membantu mencegah beberapa jenis pneumonia pada anak-anak dan orang dewasa yang beresiko tinggi:

a). Vaksin pneumokokus (untuk mencegah pneumonia karena Streptococcus pneumoniae)

b). Vaksin flu

c). Vaksin Hib (untuk mencegah pneumonia karena Haemophilus influenzae type

(Medicastrore.com)

c. Radang Otak (Ensefalitis)

1). Definisi

Penyakit ini tergolong berbahaya karena menyerang jaringan otak.
Besar kemungkinan akan menjurus jadi CP. Ensefalitis atau radang otak adalah infeksi pada jaringan otak. Sebetulnya diagnosis Ensefalitis di tegakkan hanya melalui pemeriksaan mikroskopis jaringan otak. Tapi pada prakteknya diagnosis di buat berdasarkan pada gejala neurologis, seperti kejang demam dan penurunan dan kesadaran.
2). Penyebab

Penyebab ensefalitis dapat karena berbagai macam mikroorganisme, seperti virus, bakteri, jamur, cacing, protozoa, dan sebagainya. Yang terpenting dan tersering adalah virus. Berbagai jenis virus dapat menyebabkan ensefaitis dengan gejala klinis sama. Anak yang terkena infeksi lain, seperti cacar, gondongan, campak atau TBC kemungkinan akan terkena ensefalitis. Setelah masuk ke tubuh, virus atau kiman akan berkembang biak dan menyebar ke seliruh tubuh. Jika akhirnya virus akan menyerang jaringan otak, akan terjadi kerusakan otak. Sementara sel-sel saraf termasuk sel otak sangat sulit berregenerasi. Akibatnya,daya kemampuan otakpun berkurang, karena merusak jaringan otak, tingkat keparahan penyakit tergantung pada bagian otak mana yang terkena. Ensefalitis termasuk penyakit gawat dan mengenai susunan saraf pusat., hingga aknga kematuannya cukup tinggi. Kalupun sembu, angka kesasatannya juga cukup tinggi.


Angka kematian penderita ensefalitis 30 – 50 persen. Sisanya bias selamat. Namun dari yang selamat, 20 sampai 40 persen di antaranya mengalami kecacatan. Cacatnya bias macam-macam. Dari gangguan pendengaran, pengelihatan, kelumpuhan, anak kurang cerdas, ganguan emosi, gangguan tingkah laku, dan sebagainya. Semua ini sangat tergantung pada bagian yang mengalami kerusakan. Jika bagian pusat pendengarannya yang terkena, missal, kemungkinan akan mengalami gangguan pendengaran. Seberapa besar parahnya, tergantung pada kerusakannya.


Tiga Gejala Umum. Ensefalitis paling sering menyerang anak usia 2 bulan sampai 2 tahun kendati tetap dapat mengenai anak yang lebih besar, semisal diatas usia balita. Gejala yang paling umum ada 3 (trias) yaitu infeksi, baik akut maupun sub akut, kejang-kejang dan kesadaran menurun. Tak ada waktu tertentu kapan anak akan mengalami gejala trias tadi. Pada beberapa kasus, mungkin mula-mala hanya mengalami gangguan ringan tapi lalu mengalami koma. Pada anak lain mungkin diawali demam tinggi, kejang-kejang hebat diselinggi gerakan-gerakan aneh, tapi ada yang baru pada hari kedua mengalami panas tinggi. Umunya gejala-gejala awal menyerupai penyakit sistemis akut yang sukar di bedakan.selain panas tinggi, biasanya anak cenderung rewel, tak mau menyusu atau makan, kadang dibarengi mual dan muntah,. Pada anak yang lebih besar, kadang timbul sakit kepala.
Yang sulit diketahui, saat masuknya virus ke jaringan otak. Sesungguhnya, begitu masuk kedalam tubuh, virus akan bertempur dulu dengan tubuh. Kalau tubuh kalah, virus akan berkembang biak dengan cepat, termasuk menembus jaringan otak. Tak sampai satu hari bias timbul panas tinggi dan kejang-kejang, lalu dalam beberapa jam bisa terjadi penurunan kesadaran. Sebaiknya orang tua selalu waspada jika putra-ptrinya mengalami panas tinggi. Apalagi bila gejala trias tadi mincul. Jangan ambil resiko, segera bawa anak kerumah sakituntuk dirawat,bahkan dirawat di ICU. Tapi, ingat, tindakan tersebut tak berarti bias mencegah serangan penyakt ensefalitis yang berlangsung cepat, tentu akan memudahkan hingga bisa meminimalkan keparahan yang akan terjadi

3). Diagnosa

Rangkaian Pemeriksaan selama dirawat, baik saat di ICU atau rawat inap biasa, anak akan menjalani berbagai pemeriksaan dengan lulbal pungsi ( mengambil cairan cairan dari sumsum tulang belakang). Juga pemeriksaan darah untuk dibiakan (dikultur) dengan tujuan mencari penyebab penyakit. Sayangnya, virus di dalam darah tersebut cepat hilang, hingga hingga sulit mendapatkan virus atau kumannya. Padahal, dengan mengetahui penyebabnya akan sangat memudahkan penanganan selanjutnya.
Celakanya lagi virus sulit di identifikasi. Bahkan lebih dari 50 persen kasus ensefalitis tak diketahui penyebabnya. Karena itu, secara umum, pengobatan ensefalitis dilakukan secara sistematik. Kecuali pada ensefalitis yang diduga disebabkan oleh virus Herpes Simpleks Anak pun akan mengalami pemeriksaan dengan elektroensefalografi (EEG) untuk mengetahui ada tidaknya gangguan fungsi neuron. Biasanya perlu juga dilakukan CT-Scan untuk mengetahui kerusakan otak. Bahkan pemeriksaan-pemeriksaan lebih lanjut akan terus dilakukan tergantung gangguan yang kemudian dilakukan. Missal, hasil CT-Scan menunjukan ganggua pada pusat pendengaran. Nah, untuk mengetahui seberapa jauh gangguannya, dilakukan dengan pemeriksaan Brain Evoked Response Audiometri ( BERA ).

6. Diagnosa

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan ruam kulit yang khas. Pemeriksaan lain yang mungkin perlu dilakukan: - pemeriksaan darah, pemeriksaan darah tepi - pemeriksaan Ig M anti campak - Pemeriksaan komplikasi campak :

a. Enteritis

b. Ensephalopati,

c. Bronkopneumoni

7. Pengobatan

Tidak ada obat spesifik untuk mengobati penyakit campak. Obat yang diberikan hanya untuk mengurangi keluhan pasie (demam, batuk, diare, kejang). Pada hakikatnya penyakit campak akan sembuh dengan sendirinya. Vitamin A dengan dosis tertentu sesuai dengan usia anak dapat diberikan untuk meringnkan perjalanan penyakit campak (agar tidak terlalu parah). Jika anak menderita radang paru dan otak sebagai komplikasi dari campak, maka anak harus segera dirawat di rumah sakit (Dr. Suharjo,J.B, Sp.PD, 2010).

Pengobatan campak dilakukan dengan mengobati gejala yang timbul. Demam yang terjadi akan ditangani dengan obat penurun demam. Jika anak mengalami diare maka diberi obat untuk mengatasi diarenya. Batuk akan diatasi dengan mengobati batuknya. Dokter pun akan menyiapkan obat antikejang bila anak punya bakat kejang. Intinya, segala gejala yang muncul harus diobati karena jika tidak, maka campak bisa berbahaya. Dampaknya bisa bermacam-macam, bahkan bisa terjadi komplikasi. Perlu diketahui, penyakit campak dikategorikan sebagai penyakit campak ringan dan yang berat. Disebut ringan, bila setelah 1-2 hari pengobatan, gejala-gejala yang timbul membaik. Disebut berat bila pengobatan yang diberikan sudah tak mempan karena mungkin sudah ada komplikasi. Komplikasi dapat terjadi karena virus campak menyebar melalui aliran darah ke jaringan tubuh lainnya. Yang paling sering menimbulkan kematian pada anak adalah kompilkasi radang paru-paru (broncho pneumonia) dan radang otak (ensefalitis). Komplikasi ini bisa terjadi cepat selama berlangsung penyakitnya. Gejala ensefalitis yaitu kejang satu kali atau berulang, kesadaran anak menurun, dan panasnya susah turun karena sudah terjadi infeksi "tumpangan" yang sampai ke otak. Lain halnya, komplikasi radang paru-paru ditandai dengan batuk berdahak, pilek, dan sesak napas. Jadi, kematian yang ditimbulkan biasanya bukan karena penyakit campak itu sendiri, melainkan karena komplikasi. Umumnya campak yang berat terjadi pada anak yang kurang gizi (Nakita.com).

8. Pencegahan

Vaksin campak merupakan bagian dari imunisasi rutin pada anak-anak. Vaksin biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan campak Jerman (vaksin MMR/mumps, measles, rubella), disuntikkan pada otot paha atau lengan atas.

Jika hanya mengandung campak, vaksin dibeirkan pada umur 9 bulan. Dalam bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun. Selain itu penderita juga harus disarankan untuk istirahat minimal 10 hari dan makan makanan yang bergizi agar kekebalan tubuh meningkat.

Tidak jauh beda dengan gondongan, upaya pencegahan penyakit campak dilakukan dengan cara menghindari kontak dengan penderita, meningkatakan daya tahan tubuh dan vaksinasi campak (Dr. Suharjo,J.B, Sp.PD, 2010).

1 komentar: